Mengamankan Program Ndoro
Oleh: Ndaru Anugerah
Mengapa pemerintah Wakanda menjadi demikian eksesif belakangan ini, hingga ormas yang sudah bubar di tahun 2019 silam terpaksa ‘dibubarkan’ kembali di akhir 2020? Kenapa juga pelibatan aparat pemegang bedil menjadi begitu dominan akhir-akhir ini?
Untuk menjawabnya, saya bantu dengan kasih satu pertanyaan: apa program besar yang kini akan dijelang di Republik Wakanda? Itu-lah jawabannya.
Benar sekali, program besar sang Ndoro adalah vaksinasi global. Termasuk di Wakanda.
Namun 2 masalah utama bagi program vaksinasi ini.
Pertama ada ditubuh pemerintah sendiri, tepatnya sang Menkes. Dan kedua, banyak rakyat Wakanda yang sadar, vaksin mana yang kira-kira aman untuk dipakai jika program tersebut dieksekusi.
Apa maksudnya? Saya coba bahas dengan memakai bahasa yang sederhana ya, sehingga anda gampang ‘mengunyah’ informasi yang saya berikan.
Sudah rahasia umum bahwa Menkes mister Nice Guy, termasuk figur yang keukeuh nggak mau pakai vaksin pabrikan luar negeri. Karenanya dia nggak mau teken perjanjian kerjasama untuk pembelian vaksin.
Salah seorang anggota parlemen, mengamini hal tersebut. “Upaya pembelian vaksin dari luar negeri kabarnya gagal karena sang menkes nggak mau tanda tangan,” demikian kurleb-nya. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201228210037-20-587169/politikus-pkb-sebut-terawan-pernah-tolak-beli-vaksin-sinovac)
Apa alasan utama mister Nice Guy menolak membeli vaksin dari LN? Nggak ada yang tahu pasti. Cuma menurut dugaan saya, mungkin kewajiban moral. Si mister Nice Guy tahu kalo bahan vaksin, terutama yang pabrikan Big Pharma, sudah terkenal banyak masalahnya.
Kebayang dong, jika dia tanda tangan beli vaksin, dan kemudian hari ada ‘cedera vaksin’ akibat memakai vaksin bermasalah tersebut, apa dia nggak bertanggungjawab secara moral?
Pikir-pikir, daripada berlawanan dengan hati nurani, mendingan mundur dari jabatan menkes.
Lagian, menu utama si Uncle adalah program vaksinasi yang akan dibesut pada awal 2021 ini. Dan ini jadi prioritas, ungkap anggota parlemen tersebut. Lha gimana program-nya mau sukses kalo menkes-nya gak mau tanda tangan untuk beli vaksin? Apa bisa pakai vaksin Tetanus?
Dan titik temu masalah ini adalah reshuffle kabinet, dimana mister Nice Guy akhirnya diganti agar program vaksinasi sang Ndoro bisa optimal. (https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-091183446/buka-bukaan-politikus-pkb-sebut-terawan-pernah-tolak-beli-vaksin-covid-19-sinopharm-dan-astrazeneca?page=2)
Lalu siapa penggantinya? Ya tentu saja yang bisa mempercepat program sang Ndoro. Dia harus punya koneksi, cepat ambil keputusan dan sudah pasti disukai ‘rekan-rekan’ medis lainnya.
Makanya, jauh sebelum reshuffle dilakukan, tepatnya saat petisi dari Koalisi Wakanda Bebas Kopit untuk mengganti mister Nice Guy, santer terdengar bahwa den Bagus akan menggantikannya, walaupun dia nggak punya latar belakang pendidikan dokter.
Dan begitu dilantik, satu persatu rekan-rekan medis yang selama ini berseberangan dengan mister Nice Guy, langsung kasuh persetujuan.
Epidemiolog kondang Wakanda salah satunya. Dia langsung bilang, “Nggak apa-apa Kemenkes dipimpin oleh seseorang yang bukan dokter, asal punya kapabilitas menangani pandemi. Dan den Bagus punya visi untuk menyediakan 16 juta dosis vaksin dalam waktu satu bulan.” (https://www.suara.com/news/2020/12/22/135015/nilai-terawan-layak-diganti-epidemiolog-ui-menkes-tidak-perlu-dokter?page=all)
Pengurus Besar profesi kedokteran Wakanda yang selalu berseberangan dengan mister Nice Guy, juga kasih persetujuan atas penunjukkan den Bagus sebagai Menkes yang baru. “Belia punya kemampuan manajerial dan pengelolaan keuangan di Kemenkes, walaupun bukan seorang dokter.” (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201223144021-20-585685/idi-tak-masalah-menkes-budi-gunadi-bukan-berlatar-dokter)
Kenapa jadi kasih persetujuan pada sosok den Bagus? Karena mereka ‘satu kubu’ dimana punya tujuan yang sama agar program sang Ndoro besar bisa sukses di Wakanda.
Masalah pertama selesai. Lantas gimana dengan masalah kedua.
Ini pakai strategi eksesif tadi, dimana orang atau ormas yang ‘susah diatur’ langsung digebuk pakai kekuatan pemegang bedil.
Coba saya tanya: gimana caranya agar program vaksinasi berjalan lancar tanpa adanya pelibatan pemegang bedil? Apa mungkin rakyat Wakanda diajak secara sukarela tanpa ‘paksaan’ untuk ikutan program vaksinasi gratis tersebut? Pasti banyak yang menolak, bukan?
Satu-satunya cara yang efektif, ya pakai kekuatan bersenjata. “Ajigile. Ormas RS aja bisa ‘dipentung’ apalagi kita yang rakyat biasa yang nggak nurut sama program pemerintah?” demikian kurleb-nya.
Dan parahnya, kebijakan gula-gula tersebut langsung dianggap sebagai hadiah akhir tahun bagi para uncle lovers di Wakanda. (baca disini)
Sesuai rencana, maka kini orang ramai-ramai tergiring opininya dengan berita ‘pelarangan’ ormas RS yang dilakukan oleh pemerintah. Mereka mendadak lupa bahwa vaksin yang tadinya dijegal untuk di-impor oleh mister Nice Guy bukan lagi jadi prioritas utama berita untuk dibahas.
Saat orang-orang sibuk membahas ‘pelarangan’ ormas RS, den Bagus sukses menandatangani program pembelian vaksin impor bagi Wakanda, tanpa halangan yang berarti. Skenario yang cantik. (https://www.voaindonesia.com/a/pemerintah-segera-beli-vaksin-pfizer-dan-astrazeneca-/5717084.html)
Lalu, vaksin apa yang kira-kira bagus untuk dipakai, jika misalnya program vaksinasi dijalankan. Tentang ini saya pernah bahas berulang-ulang. (baca disini, disini dan disini)
Kalo anda ragukan saya, silakan coba tanya pak Diskan selaku mantan Menteri BUMN Wakanda.
Saat beliau ditanya pilih vaksin Sinovac atau Pfizer, apa tanggapan beliau?
“Sikap saya terhadap vaksin sama halnya dengan tempe di meja makan. Kalo ada tempe yang bukan hasil modifikasi gen, saya pilih yang itu,” ungkapnya. (https://www.disway.id/r/1158/modifikasi-vaksin)
Artinya, pak Diskan pilih vaksin yang murni alias nggak dimodifikasi, karena sadar akan efek samping yang bisa ditimbulkan jika memaksa pakai vaksin hasil modifikasi gen.
Tapi ini jelas nggak mungkin.
Kalo vaksin Sinovac atau Sinopharm yang akan dipakai dan bukan vaksin pabrikan Big Pharma, Ndoro besar dapat untung apa? Lantas program digital ID apa bisa jalan dengan memakai vaksin Aseng tersebut?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments