Lembaga Independen?


512

Lembaga Independen?

Oleh: Ndaru Anugerah

Selama plandemi Kopit, apa lembaga yang dijadikan rujukan berkaitan bertambahnya kasus ataupun kematian? Selanjutnya, apakah lembaga yang menjadi rujukan bersifat independen?

Lembaga rujukannya, banyak tentunya.

Tapi secara global mayoritas media mainstream mengutip catatan statistik yang dirilis oleh Johns Hopkins Center for Health Security (JHCHS). Jadi secara langsung ataupun tidak langsung, sumber rujukan informasi utama di media mainstream adalah mereka. (https://www.centerforhealthsecurity.org/resources/COVID-19/)

Gampangnya gini: kalo anda cari data kematian, bertambah kasus hingga jumlah orang yang sembuh akibat Kopit hingga catatan statistik lainnya yang berkaitan dengan Kopit di suatu negara, rujukan utamanya (salah satunya) adalah portal yang disediakan oleh Johns Hopkins tersebut.

Bisa dikatakan Johns Hopkins (melalui JHCHS) adalah crisis center dari plandemi Kopit secara global.

Pertanyaan pertama telah terjawab.

Sekarang kita masuk ke pertanyaan kedua: apakah lembaga tersebut independen dalam menjalankan pekerjaannya? Ini patut dipertanyakan, mengingat kalo nggak independen, apakah anda yakin datanya dapat diandalkan?

Secara gamblang pada situsnya, Johns Hopkins menyatakan bahwa mereka mendapatkan kucuran dana dari dua pendonor utama yaitu: Bloomberg Philanthropies dan Stavros Niarchos Foundation. (https://coronavirus.jhu.edu/about)

Bagaimana kaitan antara Bloomberg dengan Big Pharma, kita sudah tahu bersama soal itu. (https://data.bloomberglp.com/professional/sites/10/783359_AUD_CORP_HealthCare_BCH_DIG-1.pdf) (https://www.bloomberg.com/markets/sectors/health-care)

Selanjutnya, crisis center tersebut juga memiliki kedekatan dengan American Enterprise Institute (AEI). (https://www.aei.org/research-products/report/public-health-principles-for-a-phased-reopening-during-covid-19-guidance-for-governors/)

Bagi anda yang kurang paham apa itu AEI, ini adalah lembaga think-tank yang paling keras menyuarakan tentang WMD (Weapons of Mass Destruction) yang ‘katanya’ dikembangkan di Irak semasa kepemimpinan Saddam Hussein, sehingga menyebabkan invasi AS ke Irak di tahun 2003 silam. Dan ternyata itu hoax. (https://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=5024408)

Kalo nggak ada rekomendasi dari AEI, mungkinkah invasi AS ke Irak di tahun 2003 terlaksana?

Jadi, bicara soal independensi dan cara kerja lembaga sekelas JHCHS, silakan anda simpulkan sendiri.

Pertanyaannya: apakah hanya kebetulan jika Johns Hopkins menyajikan data Kopit pada laman portalnya, dengan menggunakan statistika teror? (baca disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!