Langkah Akhir?


507

Langkah Akhir?

Oleh: Ndaru Anugerah

Pengumuman pemerintah untuk mengadakan vaksinasi massal disambut beragam oleh beberapa kalangan. Ada yang optimis, nggak sedikit juga yang pesimis.

Saya jadi ingat. Dulu, waktu awal-awal pandemi dinyatakan (Maret 2020), saya termasuk yang pertama kali menganalisa bakalan ada program vaksinasi global. (baca disini)

Tapi oleh media mainstream saya dicap sebagai penganut teori konspirasi. Apakah teori konspirasi bisa memprediksi dengan baik adanya program vaksinasi jauh-jauh hari sebelumnya?

Nggak apa-apa juga sih. Itu memang sudah risiko yang harus saya dapat sebagai seorang analis geopolitik. Negative labeling yang disematkan kepada saya nggak akan menyurutkan langkah saya dalam menganalisa. Percayalah!

Lanjut mang…

Pertinyiinnyi: apakah program vaksinasi massal yang akan dilaksanakan pemerintah menjadi akhir skenario dari pandemi si Kopit?

Adalah LBP selaku Waka Komite Kebijakan Penanganan C19 dan Penulihan Ekonomi Nasional, yang pertama kali mewacanakan adanya vaksinasi massal bagi rakyat Indonesia (18/9). Luhut mengatakan akan ada imunisasi dalam rentang akhir 2020 hingga awal 2021.

“Yang akan divaksinasi pertama-tama adalah orang yang bertugas di bidang kesehatan (nakes), sehingga mereka nggak akan jadi korban lagi untuk yang kedua kali,” begitu kurleb ungkap LBP.

Bukan itu saja, vaksinasi akan dilakukan pada daerah dengan kasus penyebaran virus tertinggi, seperti Jakarta dan Bali. Setelah itu, penyuntikan vaksin bisa menyasar sisa dari 270 juta penduduk Indonesia lainnya. (https://bisnis.tempo.co/read/1387806/luhut-ungkap-kelompok-pertama-yang-diimunisasi-vaksin-corona/full&view=ok)

Pada bulan sebelumnya (20/8), Menlu Retno Marsudi juga sudah kasih sinyal kuat kalo perusahaan vaksin asal China (Sinovac), bakal menyediakan kebutuhan vaksin si Kopit bagi Indonesia. Rencananya akan didistribusikan lewat BUMN Biofarma.

“Kedua negara menyepakati komitmen ketersediaan supply bulk vaksin hingga 40 juta dosis mulai November 2020 hingga Maret 2021,” ungkap Retno. (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5140893/dirayu-erick-retno-sinovac-siap-pasok-40-juta-dosis-vaksin-ke-ri)

Bukan itu saja. Rusia juga sudah menawarkan vaksin si Kopit buatannya (Sputnik V) kepada pemerintah Indonesia pada bulan Agustus silam.

Dubes Rusia untuk Indonesia – Lyudmila Vorobieva – bahkan menyatakan bahwa vaksin buatan Rusia memiliki keunggulan dibanding vaksin lainnya (26/8).

Kok bisa? Karena vaksin tersebut menggunakan 2 jenis vektor (Ad5 dan Ad6), sehingga tingkat imunitas yang tinggi akan jauh lebih lama dalam tubuh manusia jika disuntikkan. (https://health.grid.id/read/352310954/vaksin-covid-19-sputnik-v-ditawarkan-ke-indonesia-ini-kelebihannya?page=all)

Lalu ada yang tanya kepada saya, “Amankah kedua vaksin tersebut? Kalo aman, akankah pandemi segera berakhir?”

Bicara keamanan, saya pernah membahasnya. (baca disini dan disini)

Bicara tentang akhir dari pandemi, disini letak masalahnya. Baik Rusia dan China keduanya punya rencana yang sama untuk mengakhiri pandemi. Makanya mereka berupaya keras untuk menciptakan vaksin. Dengan vaksinasi massal, maka otomatis dunia akan terbebas dari si Kopit.

Hanya yang perlu disadari, bukan begini akhir dari pandemi yang diharapkan elite global. Kenapa? Vaksin-nya harus keluaran Big Pharma yang boleh dipakai, karena ada program sisipan nanochip yang juga diaplikasikan saat penyuntikan.

Nggak aneh WHO sebagai kepanjangan tangan elite global mengarahkan semua negara untuk berpartisipasi pada program COVAX dengan menyediakan vaksin sebanyak 2 milyar dosis.

Vaksinnya dari mana? Tentu saja dari Big Pharma (lewat GAVI dan CEPI) dan bukan vaksin China ataupun Rusia. Dan Tedros bilang bahwa vaksin si Kopit yang efektif akan tersedia pada akhir 2021 nanti. (https://internasional.kontan.co.id/news/bergabung-dengan-inisiatif-vaksin-covax-who-terima-kasih-indonesia)

Jadi paham ya letak masalahnya.

Akan ada skenario susulan yang akan dibesut nantinya, mulai mutasi si Kopit yang membuat vaksin yang sudah disuntikkan menjadi tidak efektif, gelombang kedua hingga skenario lainnya yang sengaja dibuat dalam rangka memperpanjang masa pandemi hingga vaksin Big Pharma siap edar.

“Terus kapan akan berakhir pandemi-nya, Bang?”

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!