Butuh Jawaban Putin


512

Butuh Jawaban Putin

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bisa ulas bagaimana proses vaksinasi Kopit di Rusia? Apakah Rusia menolak program Ndoro besar tersebut di bawah kepemimpinan Putin?” tanya seorang melalui kanal Telegram.

Sebagai analis, saya harus bersikap netral dalam mengulas suatu masalah, agar kelak pembaca mendapatkan insight dari apa yang telah disajikan. Keputusan ada di tangan anda.

Menurut data yang ada, tingkat kematian di Rusia saat ini adalah yang tertinggi sejak PD II. Angkanya mencapai lebih dari 350 ribu jiwa selama plandemi Kopit. (https://www.vedomosti.ru/society/articles/2021/11/21/896895-pandemiyu-veterana-vov)

Dan itu tidak wajar.

Bagaimana orang bisa meninggal demikian banyaknya?

Jawabannya mungkin karena kebijakan penanganan Kopit yang diambil pemerintah Rusia. Sama seperti banyak negara lainnya, nyatanya Rusia nggak berkutik terhadap program Ndoro besar tersebut.

Menarik apa yang diungkapkan oleh Riley Waggaman selaku jurnalis dan senior editor pada RT yang kini tinggal di Moskow. Menurutnya, kematian yang tinggi selama plandemi disebabkan oleh salah penanganan terhadap pasien Kopit. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/war-begins-but-why?s=r)

Asal tahu saja, bahwa pemerintah Rusia (sama halnya negara lain) menggunakan Kopit sebagai dalih untuk menghentikan laju plandemi.

Jadi kalo ada warga Rusia yang menolak aturan derivasi dari plandemi, maka harus siap menanggung konsekuensinya. Misalnya ada seorang wanita hamil yang ditolak berobat di RS, gegara nggak mau ikutan program vaksinasi Kopit. (https://octagon.media/istorii/lokdaun_rossijskogo_zdravooxraneniya.html)

Bahkan para manula yang tidak bisa mengurusi dirinya sendiri, terpaksa di-isolasi pada ‘zona merah’, dimana nggak ada orang yang akan merawat mereka disana. Dengan kata lain, mereka akan dibiarkan mati secara perlahan pada zona tersebut. (https://www.gazeta.ru/social/2021/10/30/14152975.shtml?updated)

Di rumkit-pun, penanganan Kopit juga sama kacaunya, dimana banyak pasien yang nggak setuju menjalani perawatan, terpaksa menjalani penanganan medis, karena ada ‘ancaman’ dari pemerintah.

Dan banyak dari mereka akhirnya meregang nyawa akibat adanya malpraktik saat treatment diberikan. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/they-were-simply-killed-brazen-butchery?utm_source=substack&utm_campaign=post_embed&utm_medium=web)

Ini bukan tudingan mengada-ada, karena Dr. Denis Protsenko selaku kepala dokter di RS Kommunarka, mengakui hal tersebut. “Kematian akibat Kopit dikarenakan adanya superinfeksi yang terjadi di rumkit.” (https://edwardslavsquat.substack.com/p/the-ugly-truth-about-russias-covid?utm_source=url)

Lantas apa kata Putin soal hal ini?

Dia mengatakan bahwa dirinya mempunyai kewajiban moral untuk mendukung sistem apartheid dalam menangangi plandemi. Salah satunya dengan memberlakukan QR Code alias green passport untuk mendeteksi siapa saja yang sudah divaksin atau belum. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/russia-gives-up-on-covid-restrictions?utm_source=url)

Nggak hanya itu, bahkan Dr. Alexander Gintbaurg selaku penemu vaksin Sputnik V kasih masukan kepada pemerintah Rusia untuk menarik garis tegas antara warga yang menerima dan menolak vaksin Rusia tersebut. (https://iz.ru/1246224/anna-urmantceva/my-vyiasnili-chto-300-edinitc-antitel-zashchishchaiut-ot-delty-polnostiu)

Waggaman menuding bahwa pemerintahan Rusia telah melakukan eksperimen besar-besaran pada manusia, tanpa menyajikan data yang transparan. Misalnya tidak tersedianya database dugaan efek samping akibat penggunaan vaksin Sputnik.

Padahal di AS sana, mereka punya VAERS yang setidaknya memberi laporan tentang banyaknya korban akibat vaksinasi Kopit yang diberlakukan. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/vaccine-safety-in-russia-no-vaers)

Menanggapi keterbukaan data, pemerintah Rusia malah mengatakan bahwa kalo ada transparansi data akibat efek samping vaksin, maka orang akan memiliki sikap negatif terhadap program vaksinasi, sehingga mereka nggak akan mau dienjus massal di akhir cerita. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/a-major-victory-for-vaccine-transparency?utm_source=url)

Tentang hasil uji coba klinik dari Sputnik V, juga nggak ada kejelasan data, mengingat informasi tersebut sengaja di keep oleh pemerintah karena dianggap rahasia dagang yang tidak perlu diungkap ke publik. (https://edwardslavsquat.substack.com/p/more-brazen-disdain-for-the-russian?utm_source=url)

Menanggapi polemik ini, sekali lagi Putin menegaskan bahwa vaksin Sputnik V tidak memiliki komplikasi yang serius sama sekali sejak mulai diluncurkan pada 2020 silam. (https://www.rt.com/russia/539869-russian-lawmaker-mandatory-vaccine/)

Berbekal alasan tersebut, menurut Waggaman, menjadi ironis jika Rusia yang mengumandangkan membela nilai kemanusiaan (demi membela warga Donbass), dan rela melakukan operasi militer khusus di wilayah Ukraina, tapi menjadi mandul saat ada nilai kemanusiaan warga Rusia yang dilabrak oleh program Ndoro besar tersebut.

Menjawab tudingan yang dilontarkan Waggaman, sepertinya Putin harus buka suara dalam menanggapi masalah ini.

“Jangan-jangan Putin bagian dari kartel Ndoro besar, lagi Bang?” timpal seseorang.

Apa iya? Kita akan bahas soal itu pada lain tulisan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!