Ketika Hamba Tuhan Didenda


519

Ketika Hamba Tuhan Didenda

Oleh: Ndaru Anugerah

Plandemi Kopit memang nggak ada matinya. Berbagai cara dilakukan agar proyek global sang Ndoro besar tersebut dapat diperpanjang guna menyukseskan program The Great Reset. (baca disini, dan disini)

Banyak cara dilakukan, dari mulai menambah banyaknya jumlah test Kopit yang dilakukan agar terlihat makin banyak kasus harian yang didapat, hingga menakut-nakuti kaum middle class di seluruh dunia dengan munculnya varian baru dari si Kopit yang diklaim lebih menular dan lebih mematikan.

Apa benar begitu? Saya pernah mengulasnya. (baca disini dan disini)

Di Aussie sana, bahkan dengan hadirnya satu infeksi varian Delta yang tercatat di Canberra, sontak membuat kota tersebut terpaksa lockdown. Dan kebijakan ini kemudian menyebar ke kota-kota besar lainnya seperti Sydney dan Melbourne. (https://www.bbc.com/news/world-australia-58182419)

Sangat lebay.

Mungkin karena jenuh dengan kondisi plandemi yang belum juga nampak kapan roman-romannya akan berakhir, seorang pendeta dari gereja Christ Embassy yang ada di pinggiran Sydney, justru menentang kebijakan lockdown yang dibuat pemerintah setempat.

Lockdown telah berakhir di kota ini, dalam nama Yesus! Bisnis kembali normal, setiap taman kembali hidup dan kita akan menentang setiap upaya lockdown,” demikian khotbah pendeta Marvin Osaghae kepada para jemaatnya. (https://www.rt.com/news/533007-australia-pastor-lockdown-rules/)

Sasus beredar, pendeta Osaghae juga mengajak umatnya untuk tidak mengindahkan prokes ketat yang diberlakukan pemerintah setempa, karena dinilai nggak mendasar.

Walhasil, gereja dan juga jemaatnya tersebut langsung kena denda karena dianggap melanggar aturan lockdown.

Jumlah uang dendanya-pun bervariasi. Makin banyak aturan dilanggar, maka makin banyak denda diberikan. Misalnya mereka yang nggak pakai masker saat ibadah, akan berbeda uang dendanya dari mereka yang pakai masker.

Bukan itu saja, bahkan gereja Christ Embassy tersebut langsung di-framing sebagai gereja yang menganut aliran teori konspirasi gegara aksi nekat melabrak lockdown. (https://www.perthnow.com.au/news/health/christ-embassy-leader-shares-conspiracies-c-3756418)

Dan akhirnya, gereja tersebut dilarang beroperasi selama proses lockdown berlangsung, dengan dijaga aparat keamanan secara ketat.

Pertanyaannya: ini gereja apa Guantanamo?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!