Kepatuhan Mutlak adalah Kuncinya


525

Kepatuhan Mutlak adalah Kuncinya

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa frase yang paling tepat dalam menggambarkan berita yang disampaikan media mainstream terkait Kopit?

Banyak ngibulnya ketimbang mengupas fakta yang sesungguhnya.

Karena mereka telah ‘didaulat’ untuk mengusung narasi menakutkan tentang si Kopit oleh sang Ndoro, makanya mereka juga bertindak sebagai fact-checker yang punya hak super dalam mengeksekusi siapapun yang menentang narasi utama. (baca disini dan disini)

Dan julukan yang akan disematkan adalah teori konspirasi. Titik.

Contoh terbaru tentang berita ngibul yang diusung oleh media mainstream adalah berita tentang kematian pelatih senam Hungaria yang bernama Szilvester Csollany. Adalah The Independent yang mengusung berita tersebut.

Headline-nya cukup provokatiif: “Antivax Covid asal Hungaria sebagai Gold Medalist, Szilvester Csollany mati karena Kopit.” (https://www.independent.co.uk/sport/olympics/antivax-covid-szilveszter-csollany-hungary-b2000002.html)

Pesan yang mau disampaikan adalah: “Karena nggak mau dienjus vaksin Kopit, akibatnya peraih emas dalam bidang olahraga senam saja akhirnya mati akibat Kopit yang dideritanya. Gimana orang biasa yang bukan atlet dan menolak vaksin Kopit?”

Memangnya benar bahwa Csollany nggak pernah divaksin Kopit?

Surat kabar lainnya dengan jelas membantah berita tersebut. Nyatanya Csollany walaupun ‘katanya’ menyatakan pandangan anti-vaksinnya di akun media sosialnya, toh tetap saja dirinya telah mendapatkan enjusan vaksin Kopit.

Sekali lagi, itu baru katanya lho ya, mengingat sumber kutipan akan status Csollany di akun media sosialnya, nggak pernah ditemukan. Jadi hanya asumsi alias ‘katanya’.

Ini dilakukannya, karena ada aturan administratif yang harus dilakukannya terkait vaksinasi, agar dirinya bisa tetap melatih senam. (https://summit.news/2022/01/25/anti-vax-olympic-gold-medallist-dies-of-covid-but-he-was-vaccinated/)

Singkatnya, sekelas media mainstream ternama sekelas TI, telah (dengan sengaja atau tidak) menyebarkan berita hoaks. Apa iya jurnalisnya (yang kebanyakan wartawan senior) nggak paham makna check-recheck dalam kaji jurnalistik?

Saya sangat meragukan itu.

Masalah nggak berhenti sampai disitu, karena apa yang menyebabkan kematian sang Gold Medalist, justru nggak mendapatkan sorotan tajam dari TI.

Misalnya, menurut koran lokal (Blikk) bahwa Csollany mendapatkan treatment dengan memakai ventilator saat dirinya dirawat di rumkit. Ngapain atlet sehat kok dikasih ventilator? Bukankah ventilator adalah salah satu penyebab pasien ‘lewat’ saat diberi perlakuan? (https://www.spectator.co.uk/article/Ventilators-aren-t-a-panacea-for-a-pandemic-like-coronavirus)

Atau saat Csollany terkena Kopit, justru nggak lama setelah mendapatkan enjusan vaksin Kopit. Alasannya klasik: karena ‘diduga’ gagal mengembangkan antibody yang cukup pasca vaksinasi. Setidaknya koran lokal menyatakan demikian, dan kutipan itu ada pada TI.

Kenapa bisa atlet sehat kok justru terinfeksi Kopit setelah mendapatkan enjusan? Bukankah faktanya dibanyak negara, program enjus massal malah menambah banyak kasus orang terinfeksi Kopit? (baca disini dan disini)

Adakah sisi berita tersebut mendapatkan perhatian TI?

Kan nggak. Kenapa?

Karena narasi yang harus dibangun: semua yang punya pandangan negatif tentang program vaksinasi Kopit, meskipun dia telah divaksin sekalipun, maka akan dianggap anti-vax. Jadi kalo dia mati, itu sepadan dengan ‘pandangannya’ tersebut.

Ini bukan mengada-ada, sebab pejabat teras di Aussie sana, juga mendukung skenario ini. “Jika anda mendukung siapapun yang menentang vaksin, artinya anda anti-vax juga meskipun anda telah divaksin sekalipun.” (https://www.abc.net.au/news/2021-11-22/nt-covid-vaccine-mandate-opponents-anti-vaxxers-michael-gunner/100640656)

Kalo sudah begini, maka saat anda telah divaksin berapa kalipun, tapi kemudian punya pertanyaan kapan plandemi akan berakhir (yang secara nggak langsung mempertanyakan keefektifan vaksin), artinya anda harus siap dicap sebagai anti-vax.

Jadi, kalo anda mendukung program enjus massal, just enjoy the show and don’t you ever ask when plandemic will be over.

Kecuali anda punya sikap patuh, nggak banyak tanya, dan harus siap kapanpun dan berapapun anda akan mendapatkan enjusan dari sang Ndoro.

Kasus yang menimpa Csollany adalah keprihatian kita, dimana semua suara kritis pada dasarnya akan diberangus demi terciptanya tatanan dunia baru sang Ndoro besar selepas plandemi, dimana semua menuntut kepatuhan ‘mutlak’ atas apapun yang akan menimpa seseorang adalah sebuah keniscayaan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!