Kelompok Anti Ndoro Besar?
Oleh: Ndaru Anugerah
Siapa yang bakal menantang hegemoni Ndoro besar?
Jika pertanyaan ini dilontarkan pada outlet media alternatif, maka jawabannya: BRICS. Organisasi inilah yang digadang-gadang bakal menentang aksi sang Ndoro besar utamanya dalam membentuk tatanan dunia baru.
Apa iya?
Tentang ini saya pernah bahas jauh sebelumnya. (baca disini, disini dan disini)
Cara menjawabnya gampang.
Apakah program besar sang Ndoro dalam membentuk tatanan dunia baru?
Ada SDG 2030 dan juga The Fourth Industrial Revolution (4IR).
Apakah anggota BRICS tidak mendukung program tersebut?
Nyatanya semua negara anggota BRICS mendukung penuh 4IR yang dipromosikan oleh World Economic Forum. (https://c4ir.ru/en/)
SDG 2030 juga sami mawon, dimana anggota BRICS juga ‘menyukseskan’ program tersebut tanpa banyak pertanyaan. (https://english.news.cn/20220622/2531b1cc563d4f59b11a3f2f42eea908/c.html)
Penonton kecewa?
Silakan. Tapi begitu faktanya.
Nggak hanya itu, sebab anggota BRICS juga berencana meluncurkan mata uang digital dengan Central Bank Digital Currency (CDBC) sebagai otoritasnya. (https://cyberbrics.info/promoting-brics-economic-integration-via-central-bank-digital-currencies%EF%BF%BC/)
Bahkan People’s Bank of China sedang menimbang-nimbang untuk menetapkan tanggal kadaluarsa tentang rencana peluncuran mata uang digital mereka lewat CBDC. (https://cbdcinsider.com/2022/12/17/cbdcs-have-an-expiry-date-where-you-have-to-spend-your-money-focus-on-bitcoin-and-stellar-lumens/)
Mengapa rencana peluncuran mata uang digital oleh BRICS kok bisa sama dengan rencana peluncuran mata uang digital oleh Bank for International Settlements (BIS)? (https://www.trtworld.com/magazine/cbdcs-to-be-centrepiece-of-future-monetary-system-bis-report-12787336)
Apakah ini terjadi secara kebetulan?
Who knows.
Yang jelas, BRICS nggak punya niatan sama sekali untuk menentang hegemoni keuangan Barat sekelas Bretton Woods.
Faktanya BRICS malah terlibat kerjasama dengan lembaga keuangan sang Ndoro Besar tersebut. Bisa anda tunjukkan, dimana letak pertentangannya? (https://www.sciencespo.fr/ceri/sites/sciencespo.fr.ceri/files/n11_112011.pdf)
Bagaimana dengan fase plandemi Kopit?
Berdasarkan data di lapangan, Rusia selaku salah satu pentolan BRICS mendorong program enjus massal bagi warga negaranya. Dan kebetulan lagi, menkes Rusia Mikhail Albertovic merupakan anggota Dewan Eksekutif WHO. (https://apps.who.int/gb/gov/en/composition-of-the-board_en.html?utm_source=substack&utm_medium=email)
Jadi nggak aneh kalo program sang Ndoro yang dibesut oleh WHO dengan narasi plandemi Kopit untuk memberlakukan vaksinasi massal, otomatis dilakukan oleh Rusia. Lha wong Menkes-nya orang WHO juga. (https://tass.ru/obschestvo/11787133)
Kebetulan lainnya masih banyak.
Misalnya saat Rusia merilis vaksin Kopit yang dibandrol dengan nama Sputnik V. Awalnya saya pikir vaksin ini menawarkan ‘keselamatan’ bagi yang menerimanya.
Belakangan, Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) selaku lembaga Kremlin yang mendanai pengembangan Sputnik V, malah menjalin kerjasama dengan AstraZeneca dalam upaya pengembangan vaksin. (https://sputnikglobe.com/20201221/russias-gamaleya-research-uk-swedish-astrazeneca-sign-memorandum-of-cooperation-in-covid-19-fight-1081524451.html)
Makin aneh saja. Kok malah bekerjasama dengan jaringan Big Pharma?
Lantas bagaimana dengan tingkat keamanan yang dihasilkan oleh vaksin Kremlin tersebut?
Agak sulit menjawabnya.
Kenapa?
Karena Rusia nggak punya data komplit tentang pelaporan efek samping yang dihasilkan vaksin tersebut, layaknya VAERS yang ada di Amrik. Meskipun data dilapangan menunjukkan bahwa banyak kematian mendadak selepas program enjus massal digelar di Rusia. (https://telegra.ph/Skolko-dolzhno-umeret-Vnezapnye-smerti-rossijskih-sportsmenov-04-03)
Walaupun demikian, ada secuil data yang didapat di Argentina.
Menurut keterangan resmi dari Kemenkes Argentina, dari ketiga vaksin Kopit yang dipakai disana (Sputnik V, AstraZeneca dan Sinopharm), justru Sputnik yang mendatangkan efek yang paling merugikan bagi yang memakainya. (https://bancos.salud.gob.ar/recurso/14o-informe-de-vigilancia-de-seguridad-en-vacunas)
Dan yang terakhir, tahukah anda jika Herman Gref selaku CEO Sberbank Rusia (yang juga merupakan anggota Dewan Pengawas WEF (https://www.weforum.org/press/2019/08/world-economic-forum-appoints-new-members-to-board-of-trustees)
telah menjamin kemitraan dengan raksasa telekomunikasi Rusia, Rostelecom untuk membentuk Digital Identification Technologies JV? (https://ict.moscow/en/news/sberbank-and-rostelecom-to-create-a-joint-venture-to-develop-digital-identification-technologies-together/)
Apa tujuannya?
Pemberlakuan sistem biometrik terpadu yang akan diberlakukan bagi segenap warga Rusia.
Jika ini diterapkan, bukankah pengawasan digital berbasis data biometrik yang selama ini didengung-dengungkan oleh kartel Ndoro besar, otomatis dijalankan di Rusia? Dimana letak perlawanan Rusia terhadap hegemoni Ndoro besar?
Selamat berpikir.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments