Ini Permainan Tingkat Tinggi


521

Ini Permainan Tingkat Tinggi

Oleh: Ndaru Anugerah

Seorang pembaca bertanya kepada saya menanyakan tentang sikap Rusia terhadap Kopit. “Mendukung atau nggak sih sebenarnya, mengingat kebijakan (prokes) yang diambil di negaranya sama aja dengan yang dilakukan di Barat dan belahan bumi lainnya,” begitu kurleb pertanyaannya.

Pertanyaan yang bagus, karena jarang juga anda temukan secara gamblang ulasan dari analis Geopolitik tentang hal ini, bukan?

Saya akan coba menjawabnya.

Gaya perang yang dilakukan Rusia dan juga China nggak jauh beda. Kalo dulu gaya perangnya selalu mengandalkan power. Makin kuat power yang diperlihatkan, maka makin dipandanglah negara tersebut. Kalo power nggak keluar yang ada Perang Dingin alias Cold War yang tercipta.

Namun seiring ambruknya kondominium Ndoro besar tersebut, Rusia mereposisi gaya perangnya. Apa gaya perang yang paling relevan dipakai untuk saat ini? Sebab kalo hanya mengandalkan ‘kekuatan’ itu sudah jadul sifatnya. (baca disini)

Sun Tzu dalam karya gemilangnya The Art of War mengatakan begini: “Keep your friends close, and your enemies closer.” Artinya kamu harus lebih dekat dengan musuhmu agar kamu lebih waspada terhadap mereka. Kalo kamu nggak tahu baik siapa musuhmu, jangan harap kamu bisa memenangkan peperangan. (https://www.therobinreport.com/keep-your-friends-close-and-your-enemies-closer/)

Ini yang nampaknya dijadikan gaya perang Rusia dibawah kepemimpinan Vladimir Putin. Nggak aneh saat pandemi merebak, bukan sikap frontal yang dipertontonkan Putin, tapi sikap makin ‘mendekat’ ke kubu lawannya. Rusia ‘seakan’ hanyut pada permainan bertajuk Kopit.

Kalo anda jeli, bukan itu yang sesungguhnya terjadi.

Coba anda bayangkan seandainya Rusia ambil sikap frontal dengan menolak pandemi abal-abal bertajuk Kopit, apa mungkin Rusia bisa mengambil alih permainan yang digelar?

Selanjutnya, apa untungnya jika Rusia menentang narasi utama yang dibesut oleh sang Ndoro besar lewat peran media mainstream?

Berbekal dua alasan itu saja maka nggak layak untuk Rusia menentang secara blak-blakan tentang game yang tengah berlangsung.

Lalu apa yang paling mungkin dilakukan Rusia?

Ikut dalam permainan tersebut bukan untuk larut, tapi dengan tujuan meraih kemenangan atas skenario yang ditelah dibuat.

Dan ini terbukti efektif. Saat Rusia mulai berhasil mengembangkan vaksin Sputnik V buatannya, siapa yang kebakaran jenggot? Sang Ndoro bukan? (baca disini)

Kalo Big Pharma berhak membuat vaksin, Rusia pastinya punya hak yang sama, bukan?

Coba kalo Rusia ambil sikap berseberangan terus tiba-tiba menawarkan vaksin, apa nggak aneh? “Ini sama aja agen asuransi jualan produk, tapi nggak pake produk asuransi yang ditawarkan.” Mana ada yang mau vaksin Rusia kalo seandainya begitu skenario yang diambil Putin.

Kemudian yang paling terbaru, saat vaksin Sputnik V telah divalidasi dan masuk dalam jurnal ilmiah The Lancet, siapa yang kelabakan? (baca disini)

Jadi, gaya perang yang ambil Putin terbukti efektif dengan mendekat ke pihak musuh. Harapannya satu: vaksin Rusia-lah yang kelak akan banyak dipakai warga dunia dalam mengentaskan pandemi Kopit dan bukan vaksin-vaksin Big Pharma. “Bukankah sudah terbukti paling aman?”

Dengan skenario ini, maka rencana besar bertajuk The Great Reset bisa berantakan. Sistem ID digital yang akan diterapkan bersamaan dengan program vaksinasi, terancam gagal total.

Karenanya, jangan heran kalo vaksin Sputnik V awalnya banyak di-bully oleh media mainstream Barat. (https://www.cnbc.com/2020/08/11/scientists-worry-whether-russias-sputnik-v-coronavirus-vaccine-is-safe-and-effective.html)

Sial bagi sang Ndoro. Vaksin Rusia yang awalnya dicemooh habis-habisan nyatanya justru satu-satunya vaksin Kopit di dunia yang paling aman karena sudah divalidasi oleh para ahli. (https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(21)00191-4.pdf)

Dengan semua itu, jadi wajar kalo Rusia memberlakukan prokes kepada semua warganya sebagai konsekuensi ikut dalam ‘permainan’. Jadi social distancing, pakai masker dan lain sebagai, otomatis jadi pemandangan yang lazim di Rusia sana, karena Rusia punya kepentingan jualan vaksin.

Tapi bukan untuk cari untung lho ya, melainkan untuk mengacaukan rencana sang Ndoro besar.

Kalo saat ini Rusia akan memberlakukan program vaksinasi massal bagi seluruh warganya, menjadi hal yang lumrah. Coba kalo misalnya warga Rusia disuruh pakai vaksin Big Pharma, apa nggak berabe?

Begitupun dengan program passport digital yang akan digelar.

Pada tataran teknis, warga yang menerima passport digital (karena sudah disuntik vaksin Kopit) akan dibebaskan untuk bepergian dan beraktivitas secara normal di Rusia sana.

Dan ini mempercepat keadaan pulih seperti sedia kala sepenuhnya dan bukan hidup new normal ala WHO.

Bahkan jubir Putin, Dmitri S. Peskov mengatakan bahwa pemerintahh Rusia sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan paspor Kopit yang terkoneksi dengan negara lain. “Syaratnya mereka harus mengakomodir standar yang Rusia keluarkan.” (https://www.nytimes.com/2021/01/19/world/russia-covid-passports.html)

Jadi jelas ya, gaya permainan yang diambil Putin.

Oleh karena itu Rusia nggak terlalu ngoyo untuk kejar target vaksinasi massal harus rampung dalam satu tahun. Karena Putin sadar betul permainan yang sedang berlangsung. (https://www.themoscowtimes.com/2021/01/21/russian-region-becomes-first-to-introduce-covid-19-passports-a72678)

Makanya saya selaku analis menyarankan, kalo pemerintah Wakanda beneran mau menuntaskan pandemi, baiknya pakai vaksin Rusia atau China (dan jangan vaksin Big Pharma), bagi seluruh warganya.

Tapi ini jelas nggak mungkin, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bang apakah wakanda juga ikut permainan juga (“Keep your friends close, and your enemies closer.”), vaksinnya pake sinovac?

    1. Nggak lah. Sinovac hanya sebagian kecil saja. Mayoritas ya pakai vaksinNdoro. Ingat utangan itu ada syaratnya, salah satunya wajib pakai vaksin Big Pharma.

    1. namanya influencer, ya tergantung siapa yang bayar. kalo anda mampu bayar, terus anda mereka nge-buzz bahwa anda pahlawan, maka seketika as you wish.

      hari gini ikutan kata influencer mah ke laut aja. kritis lah dalam berpikir.

error: Content is protected !!