Ide Terbodoh Dalam Sejarah Dunia
Oleh: Ndaru Anugerah
“Yang bilang 5G nggak ada gunanya, pasti antek elite global. Itu propaganda Amerika, jadi jangan didengarkan,” demikian ungkap seorang netizen dengan garangnya.
Saya cuma mikir sederhana. Nih orang analis geopolitik bukan (karena hanya ngadellin copas tulisan orang), pakar bukan, akademisi juga bukan. Nah terus kalo dia mengeluarkan statement model gitu yang cuma ngendelin jigong, gimana kita mau percaya apa yang diomongin? Rujukannya apa?
Kecuali, dia kasih pernyataan bantahan sambil dikasih sumber-sumber yang kredibel.Itu baru bisa kata-katanya ‘layak’ dijadikan referensi.
Tapi kan itu tidak dia lakukan. Asal ngomong dengan semua huruf di-caps lock, udah merasa paling bener sedunia. Cendol deh…
Tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan jaringan nirkabel (termasuk 5G), saya pernah ulas setahun yang lalu. (baca disini)
Namun ironisnya, secara umum, kalo orang awam ditanya dampak dari jaringan 5G, pasti bilangnya standar: “aman dan tidak membahayakan manusia”.
Bahkan sekelas PM Kanada Justin Trudeau saja bisa mengatakan hal yang kurleb sama. (https://www.collective-evolution.com/2019/02/06/canadian-prime-minister-justin-trudeau-completely-ignores-serious-5g-health-hazards/)
Menariknya, pakar Biokimia dan ilmu kedokteran dari Washington State University Prof. Martin L. Pall buat penelitian tentang jaringan 5G dan pengaruhnya pada manusia yang diterbitkan pada jurnal bergengsi kedokteran National Center for Biotechnology Information (NCBI). (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26300312/)
Lantas apa hasil penelitian beliau?
Secara singkat Prof. Pall bilang, “Medan elektomagnetik frekuensi gelombang mikro (EMFs) menghasilkan efek neuropsikiatri yang luas pada manusia.” Jadi efeknya sudah mengarah ke sistem jaringan syaraf.
Dan hasil penelitian Prof. Pall telah ditinjau juga oleh rekan sejawat (peer review). Jadi hasil penelitiannya kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0891061815000599)
Yang paling menok adalah kalimat yang diungkapkan sang profesor kepada publik, “Menempatkan puluhan juta antenna 5G tanpa satupun uji keamanan biologis merupakan ide terbodoh yang dimiliki siapapun dalam sejarah dunia.” (https://peaceinspace.blogs.com/files/5g-emf-hazards–dr-martin-l.-pall–eu-emf2018-6-11us3.pdf)
Wajar Prof. Pall kesel karena dia tahu bahwa jaringan nirkabel mempunyai dampak negatif pada manusia dari mulai penurunan kesuburan, insomnia, depresi, perubahan struktur otak, stress oksidatif, gangguan hormonal hingga pemicu kanker.
“Ini bisa terjadi karena kabut elektromagnetik yang dipancarkan jaringan nirkabel dan 5G pada sel manusia,” ungkap Prof. Pall.
Sebenarnya apa yang diungkapkan Prof. Pall bukan yang pertama. Banyak sudah penelitian sejenis yang telah dikemukakan oleh para peneliti. Silakan anda cek di situs berikut untuk tahu lebih banyak tentang efek 5G pada kesehatan manusia. (https://ehtrust.org/)
Bahkan karena tahu akan efek radiasi yang ditimbulkan, ratusan ilmuwan sedunia di bawah Prof. Martin Blank selaku pakar Fisiologi dan Biofisika Seluler dari Universitas Columbia, mengajukan petisi kepada PBB di tahun 2019 silam, agar jaringan 5G ditinjau ulang. (https://www.businesswire.com/news/home/20150511005200/en/International-Scientists-Appeal-to-U.N.-to-Protect-Humans-and-Wildlife-from-Electromagnetic-Fields-and-Wireless-Technology)
“Kalo efek bola lampu Edison saja mengandung sedikit radiasi elektromagnetik, maka jaringan 5G (dan jaringan nirkabel lainnya) membawa efek radiasi elektromagnetik dengan level yang jauh lebih berbahaya bagi manusia karena dapat membunuh sel-sel hidup yang ada di tubuh kita,” demikian ungkap Prof. Blank.
Sah-sah saja petisi tersebut diluncurkan. Lha wong teknologi 5G diluncurkan tanpa pengujian keamanan yang mumpuni terlebih dahulu. Tahu-tahu muncul dan pasang dimana-mana.
Pertanyaannya, kenapa jaringan 5G ini dikebut untuk dikerjakan terutama saat pandemi Kopit berlangsung?
Karena ada proses transformasi besar yang sekarang tengah dikerjakan oleh sang Ndoro besar. Dan salah satu instrumen transformasi yang akan digunakan adalah jaringan 5G tersebut. Tanpa jaringan 5G, maka proses transformasi besar sang Ndoro terancam gagal. (baca disini)
Kalo sudah begini, lantas siapa yang sesungguhnya jadi antek Ndoro besar?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Knapa malah china ya om yg 5g nya gencar
Krn China adalah sebuah surveilance state. Bagaimana bs mengawasi WN nya kalo nggak ada jaringan 5G? Nggak aneh China leading pd teknologi tsb selain mmg China punya cetak biru pd Made in China: 2025 utk jadi leader pd teknologi digital.