Ada kesamaan dari organisasi al-Shabab di Somalia, Boko Haram di Nigeria, Islamic Emirate of Chechnya di bekas pecahan Soviet, Jabhat al-Nusra di Suriah, al-Tawhid wal-Jihad di Irak sampai Hizbut Tahrir di Inggris, Al-Qaeda di Afghanistan dan ISIS di Irak.
Betul! Semuanya memakai bendera hitam sebagai simbol yang mengusung ideologi mereka.
Dari mana sebenarnya warna hitam itu muncul?
Menurut tinjauan historik, warna hitam mucul pertama kali dalam dunia Islam, saat pertempuran Badar antara bani Abbasiyah (pasukan Muslim) melawan bani Ummayah (yang merupakan suku Quraish) dalam rangka memperebutkan wilayah pada sekitar tahun 750 Masehi.
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, konon pasukan Abbasiyah mendirikan kekhalifahan dan mendeklarasikan bendera hitam sebagai bendera resmi negaranya. Begitu bekennya bendera hitam tersebut, sehingga orang Cina pada masa Dinasti Tang menjuluki bani Abbasiyah sebagai “orang-orang Arab yang berjubah hitam.”
Namun menurut Mustazah Bahari dan M. Haniff Hassan yang merupakan peneliti di International Center for Political Violence and Terrorism Research yang berlokasi di Singapura, bendera hitam tidak pernah tersurat secara eksplisit di Al-Quran.
“Paling banter, hanya mucul dalam sebuah Hadits,” demikian ungkap sebuah sumber.
Bunyinya:, “Pada suatu saat di akhir zaman, akan datang pasukan dari Khusaran menuju Yerusalem yang mengibarkan bendera hitam. Itulah tanda kedatangan Imam Mahdi.” Konsepsi Imam Mahdi sebenarnya sama dengan konsepsi Mesias di kekristenan.
Dari situ, kemudian banyak tafsir terhadap isi Hadits eskatologis yang menyorot akhir jaman tersebut.
Bahwa pasukan Imam Mahdi inilah yang kelak akan memimpin Islam menuju kejayaan. Bahwa lokasi perang besar itu kelak akan mengambil tempat di Yerusalem, ibukota Israel kini. Bahwa Imam Mahdi pasti akan mengusung bendera hitam.
Nah, dari tafsir tersebut itulah yang kemudian ramai-ramai dicatut oleh kelompok teroris, dari mulai Boko Haram sampai ISIS. Caranya, dengan mengusung bendera hitam sebagai simbol yang mengusung ideologis mereka. Dengan mengusung bendera hitam, mereka ingin menyampaikan pesan bahwa mereka-lah yang kelak akan memimpin Islam menuju kejayaan.
Padahal itu hanyalah klaim sepihak mereka. Dalam bukunya yang berjudul The Jihad of Images, Asiem El-Difraoui menyatakan, “ISIS (dan kelompok teror lainnya) berhasil membajak simbol agung umat Islam.” Lewat apa? Yah lewat warna hitam sebagai simbolisasi gerakan ‘jihad’ ala mereka.
Paham dengan ulah akal-akalan yang kerap digelar oleh organisasi teroris yang kerap mencatut simbol Islam, Saudi Arabia telah lama melarang keras segala bentuk jargon, atribut maupun lambang apapun yang berbau teror. “Ah, itu mah bisa-bisaan antum aja,” demikian kurang lebihnya.
Karena dibalik warna ada simbol. Simbol mengusung ideologi teror yang kalo dibiarkan bisa mengancam eksistensi pemerintahan Saudi. Jangan heran kalo akhirnya Rizieq Shihab akhirnya ‘diamankan’ oleh pemerintah Saudi akibat ‘ulahnya’ memasang bendera hitam alias ‘bendera tauhid’ di kosan-nya.
Padahal, dengan mengibarkan bendera hitam di suatu negara, maka secara otomatis seseorang sudah melecehkan kedaulatan negara, dimana dia berada. Tak terkecuali di Saudi, tak terkecuali di Indonesia.
Sekaranglah saatnya pemerintah harus bisa tegas seperti pemerintahan Saudi. Jangan ragu melarang pengibaran bendera hitam yang alih-alih diakui sebagai “bendera tauhid”. Itu mah akal-akalan organisasi teror HTI yang sudah kebelet memberontak dengan berpura-pura mengusung konsep Islam.
Pukul mereka saaat mereka masih lemah. Sebab sesal kemudian gak akan berguna. Atau pemerintah mau bayar harga mahal, atas kedaulatan negara yang telah sukses mereka injak-injak hingga kini?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments