Gagalnya Sebuah Skenario


517

Dalam menjalankan operasi intelijen, tidak selamanya berjalan mulus. Kasus Ahok adalah satu dari sekian banyak operasi senyap yang berhasil mendulang sukses besar. Bukan saja Ahok terdepak dari kursi singgahsananya, tapi juga harus masuk hotel prodeo.

Namun, kasus pembakaran bendera ‘tauhid’ adalah contoh sebuah operasi yang gagal.

Bagaimana tidak. Awalnya kasus pembakaran bendera ‘tauhid’ di Garut dijadikan entry point untuk menggalang konsentrasi massa yang lebih besar. Demo berjilid-jilid sudah disiapkan dengan sasaran utama Banser sebagai organisasi yang selalu berhasil menggagalkan aksi bani kampret di lapangan.

Harapannya sudah pasti, Banser ibarat Samson yang diikat dengan tali pada kedua tangannya, sedangkan para kampret bebas berbuat sesuka hati pada dirinya. Mau nge-kick balik jelas nggak mungkin, karena stigma sebagai organisasi yang menista Islam sudah dialamatkan kepada Banser.

Puncaknya, ajang reuni 212 yang akan digelar Desember (2/12) nanti sebagai alat mobilisasi massa guna mengulang nostalgia demo berjilid-jilid ala kampret, dapat tercipta.

Apa yang terjadi kemudian, layaknya sebuah cerita sinetron. Banser jadi mandul karena sudah dicap anti Islam, dan masjid-masjid kembali digunakan sebagai sarana untuk memobilisasi massa dan khotbah-khotbah provokatif menemukan salurannya kembali.

Sebagai klimaksnya, suara Jokowi-Ma’ruf otomatis tergerus. Dan di pilpres 2019, gerakan tagar mendulang sukses keduanya.

Begitulah skenario awalnya.

Sayang beribu sayang, rencana tinggal rencana. Kasus bendera hitam yang digadang-gadang sebagai panji Rasullulah, malah dicap sebagai bendera ektrimis bin teroris. Dan parahnya lagi, Saudi-lah yang menyatakannya. Tragis, padahal bani kampret sudah mendaulat Saudi sebagai negara ideal dengan konsep islami di mata mereka.

Pokoknya, apapun yang berbau Saudi, pasti benar. pasti sesuai dengan syariat, dan pasti Islam.

Sial, semua berbalik 180 derajat. Udah coba-coba mendewakan Saudi, bahkan Rizieq Shihab yang digadang-gadang cucu nabi, dekat sama Raja Salman, tetap aja dicyduk. Artinya apa? Klaim kedekatan RS dengan pihak kerajaan Saudi adalah isapan jempol belaka.

Katanya dekat dengan kerajaan kok tinggalnya di kosan kumuh?

Tinggal kini RS yang repot klarifikasi sana-sini. Bahwa dirinya bukan yang menaruh bendera ‘teroris’ di kosannya. Bahwa dirinya bukan ditahan tapi diajak bicara sama pihak berwajib Saudi. Bahwa dirinya dijebak oleh intel. Khayalan demi khayalan kembali dinarasikan.

Untuk apa RS sibuk ngeles? Yah untuk menjaga reputasi dirinya.

Masa pemimpin ummat kok tersandung kasus kriminal mlulu. Nggak di Indonesia, nggak di Saudi, 11-12. Lama-lama para laskar bisa bertanya-tanya, RS itu sebenarnya pemimpin ummat apa pemimpin kumat?

Harusnya lewat peristiwa ini, RS balik bertanya, mengapa semua ini terjadi padanya? Bukan sibuk ngeles mulu kek bajaj.

Ibarat Sora Aoi yang dilambungkan oleh sang manajer, begitu juga yang diperbuat HTI pada diri RS. Namanya makin lama makin melambung. Sehingga bak orang suci, gak boleh sekalipun nama baik itu rusak. Nama itu sudah begitu dekat dengan aroma surga. Dan sudah pasti, pengikutnya selalu dibuat orgasme tiap kali mendengarkan ocehan surganya.

Padahal jaman sudah berubah.

Kalo dulu penggemar Japan Adult Video (JAV) begitu mendewakan sosok Sora Aoi, kini sang aktris panas-pun dipaksa pensiun. Kenapa pensiun? Karena ia sadar bahwa ia tak lagi muda dan bahwa sang manajer-lah yang membesarkan namanya. Bukan dirinya semata.

Masa kita masih mau nonton adegan panas Sora Aoi yang usianya udah hampir 40an? Apa bisa ente orgasme? Yang boneng aja, brayy…

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!