Menyambung apa yang pernah saya ulas pada tulisan saya sebelumnya, bahwa sebagai sebuah partai besar, PDIP punya target jangka panjang yang namanya Nawacita, sedangkan target jangka pendeknya adalah suksesi kepemimpinan nasional di 2024.
Namun keduanya jadi percuma alias sia-sia jika pertarungan yang fair di semua lini, khususnya gelaran pilpres 2024 tidak terjadi.
Apa maksudnya?
“Selama masih ada kampret-kampret berseliweran dan selalu ikut andil menunggangi salah satu capres dihajatan tersebut, maka panasnya hawa pilpres 2014 dan 2019 bakalan berulang,” demikian salah satu teman yang jadi analis politik.
Sudah bisa dipastikan bahwa suasana rusuh akan tercipta lagi, dan hoax kembali bertebaran sampai Upin Ipin lulus SMA.
Mau tak mau, upaya mencari akar masalah kenapa para kampret bisa leluasa bergerak di Indonesia, ya harus dilakukan segera. Diharapkan, minimal gerakan kampret bisa dihambat, syukur-syukur bisa tutup buku.
Dan ahaa… Setelah rapat marathon sekian lama, tim yang dibesut pihak istana mulai menemukan titik terangnya. Ternyata yang menyebabkan para kampret bisa beroperasi selama ini, karena ada yang ngedanain. Ada bahan bakar, aksi-pun akan bisa digelar.
Singkatnya, pendana sebagai penyedia bahan bakar bagi para kampret, harus ditemukan dan dihentikan. Siapa kira-kira penyandang dananya?
Sudah rahasia umum kalo pihak luar yang tidak senang Indonesia maju, adalah penyandang dana kampret lewat jaringan trans-nasional yang mereka punya. Mamarika adalah salah satunya. Masih banyak juga yang lainnya, dan udah sering saya ulas.
Dulu mereka bebas bertransaksi tanpa batas. Namun, sejak adanya PPATK, transaksi mereka jadi terhambat. Transfer dengan jumlah agak gede aja, bakal dengan mudah ditenggarai sebagai ‘transaksi mencurigakan’. Kalo sudah begini, metode jadul dengan sistem transfer jadi nggak efektif lagi.
Makanya, sebagai bagian jaringan trans-nasional, para kampret mulai mengembangkan sistem bisnis mandiri yang mampu menunjang biaya-biaya operasional mereka.
Soal jaringan bisnis mandiri ini, pada kesempatan lain saya akan membahasnya.
Selain itu, mereka juga mengandalkan donatur tetap yang tak lain adalah para kader kampret di negeri berflower ini. Setelah ditelisik oleh tim, ternyata mereka adalah pimpinan-pimpinan menengah ke atas yang ada di kementerian dan BUMN plat merah.
Amazing, kan?
Mau kerja sebagai abdi negara dan menerima semua fasilitas yang disediakan oleh negara, namun di sisi lain mereka menggembosi pemerintahan yang telah memberi mereka tempat untuk mencari nafkah. Sangat mirip parasit, kan?
Untuk mengantisipasi ini, tim bentukkan istana mulai merumuskan strategi penanganannya.
Caranya?
Bocorannya, akan ada semacam litsus alias penelitian khusus yang menyasar 10 Kementerian dan beberapa BUMN strategis, yang diduga kuat menjadi sarang donatur kampret. Kementerian dari mulai kemenkeu hingga kemendikbud, sedang BUMN mulai dari Pertamina hingga Garuda Indonesia.
Program litsus ini kini tengah digodok oleh suatu tim yang beranggotakan pejabat dan para ahli di bidang anti-radikalisme, berjumlah 12 orang. Rencananya kelak, tim akan merekrut banyak anggota untuk menjalankan program skrining tersebut secara nasional. Dan ini dimulai pada akhir tahun ini.
Bagaimana jika seorang ASN dan pejabat BUMN teridikasi menganut paham radikalisme?
“Orang tersebut nggak akan dipecat. Cuma mentok karir dan posisinya dipindahkan ke bagian kering,” demikian ungkapnya.
Kalo sudah nggak ada dibagian basah, alias hanya ngandelin gaji doang, bisa mati gaya bongg….
Untuk mengetes bagaimana reaksi kampret kelak, sengaja program yang masuk kategori classified ini “dibocorkan”. Nggak tanggung-tanggung, sekelas Reuters bisa mendapatkan informasi yang konon sangat dirahasiakan ini.
“Exclusive: after bruising election, Indonesia to vet public servants to identify Islamists” begitu headline Reuters pada 21 Juni yang lalu. Serem juga lihat judulnya.
Akankah para kampret yang terkenal baperan kembali menggelar aksi berjulid-julid gegara donator setianya diobok-obok oleh seorang tukang kayu?
Semakin ngeri-ngeri sedap saja menantikan episode kedepannya. Apalagi Indonesia sudah mulai mengukuhkan China sebagai mitra strategis ke depannya lewat proyek BRI yang mereka usung.
Pertinyiinnyi: apa iya Mamarika yang mulai dicampakkan oleh Jokowi, akan berdiam diri saja?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments