Bukan Sekedar Anjuran Pakai Masker


527

Bukan Sekedar Anjuran Pakai Masker

Oleh: Ndaru Anugerah

“Apa sih sulitnya ikutin anjuran pemerintah untuk memakai masker saat beraktivitas?” demikian ungkap seorang mama pada sebuah postingan di laman media sosialnya.

Tentang memakai masker, utamanya secaka eksesif, pernah saya bahas pada awal-awal plandemi. (baca disini, disini dan disini)

Point utama yang mau saya sampaikan adalah pemakaian masker harus tahu kadarnya dan lihat urgensinya. Saya bukan anti pakai masker, karena masker tentu ada gunanya. Yang saya kritisi adalah pemakaian masker di luar batas kewajaran.

Misalnya: saat berolah raga, masa iya disuruh pakai masker? Dimana logikanya? Orang membutuhkan banyak oksigen karena aktivitas berat yang dilakukannya, kok malah dikasih CO2? (https://theconversation.com/why-it-could-be-dangerous-to-exercise-with-a-face-mask-on-140277)

Lagian, pemakaian masker dalam rangka menyaring virus Kopit, apakah kebijakan yang efektif? (baca disini)

Memang apa yang akan terjadi saat kita menggunakan masker secara terus menerus?

Ini dapat memicu hiperkapnia, dimana oksigen dalam darah akan berkurang secara signifikan. Proses ini akan mendorong serangan panik, vertigo, sakit kepala hingga mati lemas. (https://www.ucc.org/daily_covid_19_brief_issue_39/)

Lebih parahnya lagi, pemakaian masker berlebih akan mampu mengubah komposisi kimia darah dalam tubuh seseorang. Dan kalo kondisinya parah, ini akan mengganggu tingkat kesadaran yang dimilikinya. (https://www.health.com/condition/infectious-diseases/coronavirus/does-wearing-face-mask-increase-co2-levels)

Bahkan, sekelas pakar neurologi kondang asal Jetman, Dr. Margarite Griesz Brisson mengatakan bahwa kekurangan oksigen karena pemakaian masker berkepanjangan akibat takut terinfeksi Kopit, dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen.

“Ada sel-sel saraf, misalnya hipokampus, yang sangat riskan tanpa paparan oksigen kurang dari 3 menit. Tanpa asupan oksigen selama durasi tersebut, maka sel-sel itu akan mati,” ungkap Dr. Brison. (https://catholictruthscotland.com/2020/10/20/brain-damage-from-masks-cannot-be-reversed-stop-wearing-yours/)

Selain itu, Dr. Brisson menambahkan bahwa kurangnya pasokan oksigen akan mampu merusak proses degeneratif pada tubuh seseorang. “Sel saraf yang ada di otak, nggak akan bisa membelah diri secara normal, sehingga otak akan dipenuhi sampah yang harusnya ‘dibuang’,” tambahnya.

Apa ciri-cirinya kalo sel-sel hipokampus mengalami gangguan karena kurangnya oksigen?

Bisa jadi sakit kepala, ngantuk, gagal fokus, hingga melambatnya reaksi yang berkaitan dengan sistem kognitif. Dan biang kerok utamanya adalah kurangnya pasokan oksigen yang menuju otak gegara pemakaian masker secara berlebihan.

Jadi, ini bukan semata-mata pakai masker, karena ada tujuan tertentu yang ingin dikembangkan dibalik anjuran yang terus didengungkan. (baca disini)

Pertama, ini akan mengarah pada Oxygen Deprivation Mask Syndrome yang dapat merusak struktur kimia darah pada tubuh seseorang. Dan kedua, ini akan mengarah pada penyakit yang serius dipicu oleh rusaknya sel-sel saraf pada otak manusia.

Satu yang mungkin anda kurang paham, bahwa proses ini terjadi menahun dan bukan secara instan. Bukankah plandemi sudah berlangsung hampir 2 tahun, sehingga aturan pakai masker terus didengungkan? Apa ini nggak ada dampaknya?

Lantas apakah muara dari masquerade game ini selain agenda depopulasi?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!