Makanya Otak Jadi Kopong
Oleh: Ndaru Anugerah
Apa yang paling saya ‘suka’ pada plandemi Kopit yang dibuat oleh sang Ndoro besar?
Dimana setiap orang dipaksa untuk pakai masker terus menerus, guna menghindari paparan alias terinfeksi virus Kopit tersebut. Jadi nggak ada cara lain dalam menghentikan laju penularan Kopit, selain memakai masker. Dan kalo anda melawan aturan main ini, maka sanksi sudah menanti anda di depan sana.
Ini sangat ‘cerdas’.
Kenapa?
Karena dengan memakai masker secara eksesif, anda nggak akan dapat asupan oksigen yang cukup untuk otak anda. Padahal oksigen adalah salah satu makanan utama yang diperlukan oleh otak manusia.
Nggak percaya?
Penelitian yang dilakukan oleh Steve Riggs, bisa dijadikan referensi yang mumpuni. (https://www.nacd.org/my-brain-needs-oxygen-what-can-i-do/)
Dikatakan, layaknya organ tubuh yang lain, otak manusia juga membutuhkan diet dan olahraga. Jadi butuh asupan yang baik, agar kerjanya bisa optimal.
Apa asupan yang dimaksud? Nggak lain adalah oksigen yang baik.
Nah, oksigen ini diperoleh saat kita bernapas, lalu dibawa oleh darah menuju ke otak kita. Kurleb begitu prosesnya.
Untuk mengukur berapa kandungan oksigen dalam darah seseorang, biasanya digunakan alat yang bernama oksimeter. Dengan alat tersebut, akan ketahuan seberapa baik sel darah seseorang bersifat jenuh terhadap oksigen. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4504215/)
Menurut Riggs, saat bernapas akan ada perpindahan udara dan oksigen ke area paru-paru, tempat dimana sebagian besar sirkulasi darah berada. “Disinilah sebagian besar pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi,” ungkapnya.
Jadi kalo nggak dapat asupan oksigen yang cukup, otomatis sirkulasi darah akan terganggu dan otak yang membutuhkan oksigen tersebut, bakal terkena dampaknya.
Lalu bagaimana caranya untuk mendapatkan oksigen yang baik? “Tentu saja dengan olahraga, seperti berjalan kaki hingga aktivitas berat, agar tubuh mendapatkan asupan oksigen yang baik.” pungkas Riggs.
Pendapat senada juga dikatakan oleh ilmuwan yang lain.
Menurut Dr. Ludwig Maximilians dari Universitas Munchen, otak membutuhkan oksigen yang sangat banyak sebagai bahan bakar utamanya, melebihi massa tubuhnya. (https://www.sciencedaily.com/releases/2020/07/200706140847.htm)
Dengan kata lain, walaupun ukurannya kecil, namun kebutuhan akan oksigen melebihi kapasitas tubuh otak tersebut.
Apa yang akan terjadi kalo otak kekurangan oksigen?
Dr, Maximilians mengatakan bahwa ini dapat mempengaruhi fungsi sel saraf dan glial pada tubuh manusia. “50% konsumsi oksigen diperlukan oleh sel glial dan untuk mempertahankan tingkat metabolism dasar sel saraf,” ungkapnya.
Singkatnya, tanpa oksigen yang cukup, sel saraf dan glial pada manusia akan terganggu sebagai imbas kurang optimalnya kerja otak.
Dari kedua ilmuwan ini saja kita bisa tarik kesimpulan bahwa otak nggak bisa bekerja tanpa oksigen yang didapat melalui proses pernapasan.
Sekarang coba jawab, dengan memakai masker secara eksesif sesuai anjuran otoritas berwenang, bagaimana bisa memberikan supply oksigen yang cukup buat otak anda?
Alih-alih takut tertular Kopit, yang ada sel saraf anda nggak bekerja denga baik karena nggak otak nggak mendapat asupan oksigen yang memadai.
Kalo sel saraf sudah terganggu, bagaimana mungkin tubuh anda nggak gampang sakit? Setidaknya ada bakal terkena hipoksia. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/322803)
Makanya saya bilang, skenario sang Ndoro besar sungguh sangat cerdas, sehingga mampu membuat otak manusia jadi kopong karena asupan oksigennya jadi berkurang, gegara parno tingkat dewa sama si Kopit.
Jangan heran kalo banyak yang nge-blank atau tulalit alias gak bisa mikir secara sehat. Lha wong kebanyakan pakai masker. (baca disini, disini dan disini)
Yang ada kemudian, dengan menggunakan masker secara lebay, bukan oksigen yang didapat, tapi karbondioksida dan uap air sebagai sisa pernapasan yang dikeluarkan oleh mulut.
Coba anda perhatikan dengan baik, jika kemudian karbondioksida dan uap air tersebut disatukan, apa yang terbentuk selain asam karbonat (H2CO3)?
Anda tahu apa bahayanya zat tersebut jika dihirup oleh manusia secara simultan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments