Bukaan Kembali


507

Bukaan Kembali

Oleh: Ndaru Anugerah

“Apa rencana Jokowi ke depannya, bang?” tanya seseorang. Maksudnya mungkin apa yang bisa dilakukan Jokowi dalam waktu dekat selama pandemi C19 berlangsung.

Saya akan coba jawab pertanyaan tersebut.

Pada suatu kesempatan Jokowi pernah mengatakan bahwa selama wabah masih terus ada, masyarakat diminta untuk tetap disiplin dan mematuhi protokol kesehatan (7/5).

“Artinya sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus bisa berdamai dengan C19 untuk beberapa waktu ke depan,” katanya di Istana Merdeka. (https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/09/201453065/tentang-new-normal-life-hidup-berdamai-dengan-covid-19-seperti-diungkapkan?page=all#page3)

Apa maksud kalimat: ‘berdamai dengan C19’?

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden – Bey Machmudin – memberikan klarifirikasi (7/5), “C19 memang belum ada antivirus-nya, tapi kita bisa mencegah diri agar tidak tertular darinya. Artinya jangan kita menyerah, (melainkan) hidup berdamai itu penyesuaian baru dalam kehidupan.” (https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/istana-jelaskan-maksud-jokowi-soal-hidup-berdamai-dengan-covid-19/ar-BB13LmOx)

Dengan kata lain, pemerintah mengupayakan agar pandemi segera berlalu, tapi masyarakat diminta untuk tetap produktif dan melakukan penyesuaian dengan kondisi yang tidak normal ini.

Artinya secara implisit, bahwa Jokowi mau melakukan pembukaan kembali agar ekonomi nggak terjerumus ke jurang kebangkrutan massal.

Ini jelas langkah yang masuk akal dan patut didukung. Jangan sampai melakukan perpanjangan masa karantina terus menerus, sementara sektor ekonomi yang akan kena imbasnya.

Walhasil bukan Corona yang akan bunuh kita semua, tapi karena kelaparan akibat nggak punya duit buat beli makanan karena terpaksa diberhentikan dari pekerjaan gegara perusahaan pada bangkrut berjamaah. (baca disini)

Namun dalam melakukan bukaan tersebut, pakde dipaksa ‘main kalem’ dengan cara mengikuti aturan main internasional yang mengacu pada badan kesehatan dunia (WHO). Itulah yang jadi pijakan beliau, yang kini banyak disebut-sebut sebagai new normal life.

Secara umum, new normal life merupakan bagian dari exit strategy alias strategi keluar di setiap negara dalam menghadapi pandemi Corona. Strategi umum yang disarankan oleh WHO meliputi: testing, tracing, treating dan isolating. (https://www.kalderanews.com/2020/05/apa-itu-new-normal-setelah-pandemi-covid-19/) (https://news.un.org/en/story/2020/04/1061642)

Ingat lho ya, kata ‘disarankan’ bukan berarti ‘diharuskan’. Ada makna yang berarti tiap negara diberikan pilihan untuk bisa mengikuti atau malah mengabaikan himbauan tersebut. “Ikut silakan, nggak manut yah nggak papa juga.”

Yang perlu dicatat adalah exit strategy ini bersifat temporal. Maksudnya? Tiap negara dipersilakan membuka sementara karena kondisi darurat (biar nggak bangkrut) hingga ditemukannya vaksin yang efektif bagi pandemi C19.

Jadi negara secara teknis akan mempersilakan anda beraktivitas, namun ada ketentuan-ketentuan yang diatur, seperti: menghindari kerumunan, menjaga jarak sosial dan fisik, memakai masker dimanapun anda berada, melakukan deteksi suhu tubuh di kantor, sekolah dan juga pusat perbelanjaan.

Nah, dalam melakukan pembukaan kembali ada sejumlah protokol yang harus dilakukan suatu negara, antara lain: “Pertama, negara harus mengkonfirmasi bahwa penularan virus telah dikontrol. Kedua, sistem kesehatan mampu mendeteksi, menguji, mengisolasi dan mengobati setiap kasus C19, serta melacak setiap kontak. Ketiga, risiko wabah juga harus diminimalkan, terutama dalam fasilitas kesehatan dan panti jompo.”

Selanjutnya. “Keempat, negara harus menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan tempat penting lainnya. Kelima, mengelola risiko impor, dan keenam, mereka harus sepenuhnya mendidik, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan “norma baru” kehidupan sehari-hari.” (https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/covid-strategy-update-14april2020.pdf?sfvrsn=29da3ba0_19)

Rencananya, Jokowi bakalan menerapkan new normal life pada empat provinsi dan 25 kabupaten/kota dengan tingkat penularan C19 yang sudah tergolong rendah. (https://www.wartaekonomi.co.id/read287257/gak-main-main-jokowi-bilang-tatanan-normal-baru-bakal-diterapkan)

Jadi bisa disimpulkan bahwa new normal life yang akan dibesut Jokowi merupakan protokol pembukaan kembali sektor ekonomi dan juga sosial untuk mengantisipasi kejatuhan ekonomi negara ke tahap yang lebih parah lagi.

Di titik ini, saya sangat sepakat terhadap langkah pragmatis yang diambil Jokowi dalam rangka menyelamatkan ekonomi negara. Bahkan saya salah satu orang yang kasih masukkan ke beliau terhadap rencana pembukaan kembali tersebut. (baca disini)

Cuma masalahnya nggak semudah membalikkan telapak tangan. Kenapa?

Saat pembukaan kembali dilakukan, maka akan ada serangan bertubi-tubi terhadap rencana tersebut. Dan ini akan dimainkan oleh media mainstream dengan menyebar berita menakutkan, seperti: “Begitu sekolah/mall dibuka, jumlah pasien positif C19 langsung merangkak naik.”

Apa tujuannya? Sebagai proxy elite global yang mereka kehendaki adalah perpanjangan masa karantina, sampai vaksin C19 ditemukan. “Kalo nggak diperpanjang, apa mungkin rencana jualan vaksin bakal terlaksana?”

Lantas, apakah new normal life bakal membawa kita pada kehidupan normal seperti dulu?

Tentang ini saya pernah bahas. (baca disini)

Coba perhatikan apa yang sekarang tengah diperkenalkan ke kita akhir-akhir ini, selain kehidupan berbasis digital. Mau belajar sama guru, pakai google-meet. Mau rapat, pakai google-meet. Sehingga digitalisasi dalam kehidupan keseharian kita menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan.

Memang ada cara hidup sehat yang coba juga diperkenalkan (seperti mencuci tangan), tapi bukan itu yang utama.

Kenapa bisa begitu? Karena memang itu salah satu tujuan rencana elite global untuk bisa ‘mengontrol dunia’ lewat teknologi digital. (baca disini) (baca disini)

“Kita tengah digiring pada rencana penataan dunia kembali oleh elite global, dimana kehidupan selepas pandemi C19 tidak lagi sama seperti dahulu.”

Pernyataan saya nggak mengada-ada. Coba perhatikan apa yang diucapkan oleh pemenang Pulitzer – Laurie Garret – “Dunia tak akan pernah lagi sama setelah pandemi C19 berlalu, bahkan setelah bertahun-tahun ke depan.” (https://www.nytimes.com/2020/05/02/opinion/sunday/coronavirus-prediction-laurie-garrett.html)

Terlepas dari semua itu, kita wajib dukung Jokowi untuk melakukan pembukaan kembali, karena dia butuh dukungan saat ini. Jangan juga jadi perpanjangan elite global dengan menyerang rencana pakde tersebut. Apapun yang diambilnya, kita dukung. Kalo perlu kasih masukkan konstruktif guna perbaikkan.

Kita ini bangsa besar, bukan bangsa jongos. Buktikan itu!!

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!