Bisnis Narkoba (*Bagian 2)


519

Bisnis Narkoba (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, saya telah mengulas bagaimana kartel narkoba di Afghanistan dijalankan dengan bantuan AS. (baca disini)

Apakah hanya AS yang terlibat dalam kartel narkoba di negeri Taliban tersebut?

Tidak juga, karena nyatanya Inggris juga bermain di lapak yang sama.

Di tahun 2006, Inggris protes kepada AS karena dituduh telah merusak skenarionya dengan memecat Mohammed Daud selaku gubernur di provinsi Helmand, Afghanistan.

Siapa sebenarnya Mohammed Daud?

Dia adalah kaki tangan Inggris di Afghanistan dalam bisnis barang haram tersebut. Dan menurut informasinya, Daud dipecat oleh Hamid Karzai selaku Presiden Afghanistan kala itu, setelah dapat ‘bisikan’ dari CIA. (https://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/cia-is-undermining-british-war-effort-say-military-chiefs-427848.html)

Kenapa Inggris sewot?

Karena lapaknya diserobot oleh CIA.

Craig Murray selaku pejabat Inggris di 2007 silam pernah menyatakan, “Afghanistan adalah ladang opium tertinggi yang pernah ada di dunia. Dan faktanya, Afghanistan tidak lagi mengekspor opium mentah melainkan heroin guna meningkatkan nilai tambah.” (https://www.dailymail.co.uk/news/article-469983/Britain-protecting-biggest-heroin-crop-time.html)

Pertanyaannya: siapa yang mampu mengolah opium menjadi heroin dalam skala industri alias dibuat di pabrik?

Asal tahu saja. Dalam membuat heroin, butuh bahan kimia dalam jumlah sangat besar. Apa mungkin Taliban memproduksinya tanpa bahan kimia tersebut?

Jawaban itu ada pada AS dan sekutunya, terutama Inggris. Jutaan gallon bahan kimia diangkut dengan kapal tanker ke Afghanistan, dan pejabat berwenang disana telah kasih akses untuk memproduksi barang haram tersebut. Kalo mereka nggak mau ‘diatur’, siap-siap dilenyapkan.

Jadi, CIA sangat terlibat atau setidaknya melindungi kartel narkoba yang ada di Afghanistan. “85% dari semua obat bius yang diproduksi di provinsi selatan dan tenggara Afghanistan, dikirim ke luar negeri dengan memakai penerbangan AS,” ungkap seorang jurnalis Rusia. (https://frontline.thehindu.com/world-affairs/article30194651.ece)

Dengan demikian, selain AS, Inggris juga berperan dalam perdagangan narkoba yang ada di Afghanistan. Makanya Inggris mencak-mencak saat ‘kaki tangannya’ didepak oleh klik CIA.

Lalu bagaimana Inggris bisa terlibat dengan pemerintahan Taliban?

Di tahun 2008, ada dokumen rahasia yang bocor yang menyatakan bahwa Inggris punya rencana untuk membangun kamp pelatihan bagi Taliban yang jumlahnya mencapai 2000 orang di wilayah Afghanistan Selatan. (https://www.independent.co.uk/news/world/asia/revealed-british-plan-to-build-training-camp-for-taliban-fighters-in-afghanistan-777671.html)

Dalam mewujudkan rencananya tersebut, Inggris menghabiskan setidaknya £ 64.000 dalam membuat kamp pelatihan dan tambahan sekitar USD 200 ribu untuk biaya operasional di tahun pertama. Uang yang nggak sedikit, tentunya.

Dengan adanya bantuan tersebut, pemerintah Afghanistan jadi curiga, apa motif utama Inggris membantu Taliban, mengingat kelompok ini nggak kena dipegang buntutnya.

“Apa jangan-jangan Inggris ingin mengubah Taliban menjadi kekuatan bersenjata yang terlatih guna menjalankan operasi rahasia?” demikian kurleb-nya.

Bukan itu saja, dokumen yang bocor tersebut juga menyatakan, bahwa pelatihan tersebut bakalan menggunakan jaringa telpon satelit yang aman sehingga mereka dapat berkomunikasi langsung dengan pejabat Inggris.

Walaupun pemerintah Inggris bungkam terhadap bocornya dokumen tersebut, spekulasi berkembang bahwa Taliban dilatih oleh Inggris dengan imbalan mereka akan mendapatkan ‘jatah preman’ atas perdagangan heroin di Afghanistan.

Kembali ke laptop.

Lantas, siapa yang paling diuntungkan atas perdagangan heroin?

Anda perlu tahu, bahwa heroin yang dijual di pasaran, harganya bisa meroket 80-100 kali lipat dari harga yang dibeli dari petani di Afghanistan. (https://www.scoop.co.nz/stories/HL0404/S00063/afghanistans-multibillion-dollar-heroin-trade.htm)

Kok bisa harganya demikian meroket? Karena ada peran kartel, di dalammnya.

IMF melaporkan bahwa pada akhir 1990-an, pencucian uang memberi kontribusi setidaknya 2-5% Product Domestic Bruto dunia, dan bahwa sekitar USD 590 milyar hingga USD 1,5 trilyun pencucian uang tersebut, adalah hasil perdagangan narkoba. (https://scholarworks.rit.edu/cgi/viewcontent.cgi?filename=0&article=7979&context=theses&type=additional)

Dan uang hasil keuntungan bisnis haram tersebut, kemudian mendekam di Channel Island, Cayman Island hingga perbankan di Swiss, dimana bank-bank besar dan lembaga keuangan sang Ndoro besar yang paling diuntungkan dengan adanya transaksi tersebut.

Contoh yang paling sederhana adalah kaitan antara para bankir Wallstreet dan London dan bisnis narkoba yang dijalankan oleh pemberontak FARC di Kolombia. Bahkan demi menjaga hubungan, Dick Grasso selaku Ketua New York Stock Exchange sampai terbang ke Kolombia di tahun 1999, guna bertemu dengan pemimpin FARC.

“Grasso meminta kepada para pemberontak Kolombia untuk menginvestasikan keuntungan besar mereka di Wall Street,” ungkap Michael Ruppert. (http://infinity.wecabrio.com/865715408-crossing-the-rubicon-the-decline-of-the-american-e.pdf)

Bahkan, Grasso tak segan untuk mengundang para pemimpin FARC untuk mengunjungi Wall Street guna melancarkan upaya investasi besar tersebut. (https://www.latimes.com/archives/la-xpm-1999-jun-27-mn-50699-story.html)

Dan menurut Michael Ruppert, sudah menjadi rahasia umum bila para bankir Wall Street dari mulai Citigroup hingga JP Morgan, semua telah melakukan ‘pencucian’ uang dari bisnis haram tersebut.

Dengan semua ini, anda jadi tahu bahwa narkoba dan terorisme itu, setali tiga uang karena digerakkan oleh kartel yang sama, sang Ndoro besar.

Pertanyaannya: mungkin nggak sih diberantas habis sampai ke akar-akarnya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Gimana bang, taliban udah mengusai Afghanistan.

    Sesuai skenario Biden kah?

    Bagaimana situasi geopolitik ke depannya di Timur Tengah dan dunia

    1. Kan sdh sy prediksi sblmnya. AS bakal masuk lagi dgn alasan GWOT.

      Lagian AS nggak betul2 keluar dr Afghanistan, bukan?

      Situasi geopolitik akan sy bahas satu persatu. Be patient.

error: Content is protected !!