Apakah Sehijau Energinya? (*Bagian 2)


530

Apakah Sehijau Energinya? (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita telah mengulas tentang arti penting Serbia secara khusus wilayah Lembah Jadar, sebagai pemasok Lithium (dan juga Borat) bagi pengembangan teknologi hijau yang kini dibesut oleh kartel Ndoro besar. (baca disini)

Namun, energi hijau yang dikenal ramah lingkungan tersebut, nyatanya banyak merusak ekosistem Jadar, layaknya penambangan mineral lainnya yang nggak eco-friendly.

Saya pernah bahas tentang dampak energi hijau pada 2 tulisan seri beberapa waktu yang lalu. (baca disini dan disini)

Sekarang kita mau tahu lebih dalam, apakah klaim hijau yang dihasilkan Lithium, sesuai dengan faktanya?

Pertama anda harus pahami, bahwa untuk mengekstraksi Lithium membutuhkan air yang sangat banyak. Kurleb-nya 500 ribu gallon per ton mineral yang dihasilkan. (https://www.wired.co.uk/article/lithium-batteries-environment-impact)

Berdasarkan datanya, mineral Lithium banyak ditemukan pada wilayah-wilayah kering di bumi, misalnya di pegunungan Andes.

Kalo anda tahu Salar de Atacama yang ada di Chile, aktivitas penambangan Lithium telah menghabiskan 65% air di kawasan itu. (https://www.instituteforenergyresearch.org/renewable/the-environmental-impact-of-lithium-batteries/)

Apa dampaknya bagi lingkungan?

Terjadi proses penipisan air tanah hingga kontaminasi lingkungan yang akhirnya merugikan penduduk setempat. Nggak aneh jika penduduk asli di kawasan Lembah Jadar protes pada Rio Tinto, karena tempat dimana mereka tinggal telah tercemar. (https://www.rferl.org/a/serbia-mining-rio-tinto-lithium-protests/31589239.html)

Salah satu pencemaran lingkungan yang cukup fatal adalah limbah tailing. Ini adalah residu beracun sebagai dampak dari penggunaan zat-zat kimia keras dalam mengekstraksi Lithium.  

Berdasarkan data, Proyek Jadar telah menghasilkan limbah tailing yang mempengaruhi ratusan hektar hutan lindung yang ada di kawasan Radjevina. Yang namanya hutan lindung, pasti banyak spesies yang dilindungi pada kawasan tersebut. (https://www.cevreadaleti.org/print/lithium-project-in-jadar-and-radjevina)

Itu di hutan lindung. Bagaimana dengan konservasi airnya?

Ini juga sama parahnya karena telah tercemar logam berat.

Badan Perlindungan Lingkungan Serbia (SEPA) menyatakan bahwa kandungan logam berat seperti arsenik, timbal, tembaga dan seng dalam jumlah ‘tidak wajar’ ditemukan pada saluran air sekitar area pertambangan Jadarite. (http://sepa.gov.rs/download/DegradacijaRudnikStolice.pdf)

Bahkan pemerintah Serbia mengatakan bahwa ada sekitar 360 hektar tanah yang terkena imbas pencemaran logam berat dari aktivitas pertambangan. (http://www.obnova.gov.rs/english/news/article/rehabilitation-works-start-in-stolice-mine-tailings-pond)

Kondisi ini diperparah, karena Lembah Jadar adalah kawasan langganan banjir. (https://reuters.screenocean.com/record/1633873)

Dengan semakin banyaknya polutan, maka otomatis tanah pada kawasan itu sangat tercemar. Apa mungkin penumpukan polutan nggak mendatangkan bencana dimasa depan? (https://www.earthworks.org/blog/history-of-mine-waste-failures-in-serbia-sheds-light-on-new-threats/)

Selain itu, tambang Jadar juga mengancam warisan budaya penting di kawasan tersebut, karena ada lebih dari 50 situs arkeologi berada disana yang sudah pasti bernilai sejarah. (https://www.scribd.com/document/505934567/2021-Investor-briefing-Rio-Tinto-s-Jadar-mine-Serbia)

Ini nggak mengada-ada.

Ingat kasus yang menimpa perairan Sungai Liqi di daerah Tibet pada 2016 silam? (https://www.wired.co.uk/article/lithium-batteries-environment-impact)

Waktu itu banyak ikan mati terapung pada Sungai Liqi, akibat keracunan bahan kimia beracun hasil dari pertambangan Lithium di kawasan Ganzizhou Ronda yang dijalankan oleh perusahaan China BYD.

Nggak hanya itu karena sapi dan yak meminum air dari aliran sungai juga kemudian tewas mengenaskan akibat keracunan logam berat. (http://freetibet.org/files/BYD%20in%20Tibet%20-%20the%20costs%20of%20lithium%20extraction.pdf)

Siapa pihak yang berada dibalik China BYD? Sama halnya dengan Rio Tinto, nggak lain adalah kartel Ndoro besar itu sendiri. (https://money.cnn.com/quote/shareholders/shareholders.html?symb=BYDDF&subView=institutional)

Itu baru dari segi lingkungan. Bagaimana dengan aspek kemanusiaan?

Anda harus tahu, bahwa yang namanya investor pasti cari keuntungan sebesar mungkin atas investasi yang telah digelontorkannya. Termasuk dalam hal para pekerja yang dipakai pada proyek pertambangan.

Guna menekan biaya, banyak anak-anak yang dipakai sebagai pekerja pada proyek mereka.

Di Kongo pada 2018 silam, perusahaan tambang Kobalt (yang digunakan sebagai bahan baku energi hijau) telah menggunakan puluhan ribu anak-anak di bawah umur. (https://www.cbsnews.com/news/children-cobalt-mining-congo-cbsnews-investigation-ziki-swaze/)

Atas temuan ini, Amnesti Internasional kemudian menyatakan tentang pelanggaran HAM dalam penambangan Kobalt. (https://www.amnestyusa.org/files/this_what_we_die_for_-_report.pdf)

Ini diperburuk dengan temuan lainnya bahwa pertambangan Kobalt telah memicu kerusakan paru-paru secara akut. (https://www.cdc.gov/niosh/topics/cobalt/default.html)

Dengan kata lain, nggak butuh seorang Einstein untuk melihat kerusakan yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan Lithium dan Borat di Serbia, karena penduduk lokal saja bisa langsung menjawabnya. (https://balkangreenenergynews.com/voices-of-discontent-over-rio-tintos-jadarite-mine-investment-in-serbia-grow-louder/)

Sebagai penutup, saya mau menegaskan kembali pertanyaan diawal: apakah energi hijau sesuai dengan propaganda yang dihembuskannya?

Silakan menjawab sesuai jenis kelamin masing-masing!

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!