Fanatisme Yang Tak Perlu
Oleh: Ndaru Anugerah – 18032024
Gelaran pilpres memang sudah usai, namun hasil resmi belum dirilis. Tapi, final result sudah bisa dipastikan bahwa paslon Oke Gas berhasil memenangkan kontestasi, dengan hasil yang spektakuler. Dan prediksi saya meleset kali ini, dengan cukup telak.
Ajaibnya, masih ada saja yang nyinyir prediksi salah yang saya buat.
Untuk yang satu ini, saya perlu tanggapi.
Pertanyaan saya: apakah saya meminta anda untuk membaca analisa yang saya buat?
Apakah anda telah membayar saya untuk membuat prediksi, sehingga anda punya hak untuk menilai analisa salah yang saya buat atas kontribusi yang anda sudah keluarkan? Kan nggak ada.
Apakah saya meminta anda untuk berkomentar atas analisa saya? Kan nggak ada.
Apakah saya partisan salah satu paslon, sehingga anda bebas nyinyir terhadap saya? Kan nggak juga.
Jadi buat apa anda nyinyir, jika anda sendiri tidak pernah diminta untuk melakukannya?
Sebagai analis saya katakan diawal, bahwa saya tidak bisa menjamin kalo analisa saya 100% benar adanya. Nggak pernah saya katakan itu.
Sebaliknya saya katakan bahwa jika analisa saya salah, ya lupakan saja. Analis seperti saya kan juga manusia yang bisa salah. Artinya pisau analisa yang saya pakai kali ini kurang tajam sehingga hasilnya meleset.
Lantas apa yang membuat analisa saya salah?
Salah satunya adalah faktor X, menyangkut netralitas pejabat negara pada gelaran pilpres tersebut. Adakah mereka menjaga netralitasnya, atau justru sebaliknya? Dengan adanya ketidaknetralan, maka analisa sebaik apapun jadi nggak ada gunanya.
Pertanyaannya: apakah aparatus negara bersifat netral?
Ini bagian, harus anda yang menjawabnya. Saya enggan berkomentar soal ini. (https://www.voaindonesia.com/a/koalisi-ngo-temukan-praktik-ketidaknetralan-aparat-dan-pejabat-negara-di-pemilu-2024/7478204.html)
Dengan ketidaknetralan yang terjadi, menjadi masuk akal jika hasil pemilu bisa diarahkan sesuai keinginan pihak berwenang yang sengaja cawe-cawe di dalamnya. Setidaknya dengan pengerahan apartus negara, upaya mengarahkan hasil pemilu sesuai pesanan, bisa dilakukan dengan lancar.
Apalagi ada bonus pembagian sembako pada masyarakat kurang mampu, tepat beberapa hari jelang pencoblosan, yang janggalnya tanpa melibatkan pihak kementerian yang berwenang. Apakah itu nggak punya tujuan politis? (https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/648280/jokowi-bagi-bansos-depan-istana-jusuf-kalla-tugas-camat-itu)
Belum lagi, dengan adanya utak-atik gatuk hasil pemilu melalui mesin ‘doraemon’. Makin melesat saja hasil final yang akan didapat.
Kalo memang tidak ada sesuatu yang salah dengan lembaga penyelenggara pemilu, kenapa juga situs-nya bisa down sehingga tidak bisa meng-update hasil pemilu tepat dihari pencoblosan? (https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240214074926-37-514011/website-kpu-down-tak-bisa-diakses-di-hari-pemilu-2024)
Sebagai gantinya, publik diarahkan untuk mempercayai hasil pemilu yang disajikan oleh para lembaga riset penyedia jasa quick count ketimbang situs resmi penyelenggara pemilu.
Apakah nggak ada kaitan antara pemberian tunjangan kinerja oleh pemerintah kepada anggota KPU, dengan upaya abrakadabra yang dilakukan sebagai bentuk ucapan ‘terima kasih’? (https://www.antaranews.com/berita/3893388/jokowi-upayakan-pencairan-tunjangan-kinerja-kpu-rampung-januari-2024)
Kalo memang nggak ada kepentingan penguasa, untuk apa tunjangan kinerja diberikan tepat satu bulan sebelum hari pencoblosan?
Belum lagi menyangkut kerjasama KPU dengan Alibaba dalam rangka pengadaan cloud yang menyimpan hasil perhitungan suara.
Ngapain kerjasama dengan pihak yang sebelumnya dituding banyak pihak sebagai penyedia server mesin ‘doraemon’ di luar negeri? (https://nasional.tempo.co/read/1845338/sempat-bantah-kini-kpu-akui-jalin-kerja-sama-dengan-alibaba-cloud)
Atau bagaimana paslon Oke Gas bisa memesan tempat di Istora Senayan sebagai tempat deklarasi kemenangan, tepat 2 hari sebelum pemilu dilakukan. Seolah-olah mereka telah tahu hasil yang bakal keluar nantinya.
Kok bisa tahu hasil pemilu sebelum hasilnya diumumkan? Atau ini hanya untuk menggiring opini publik bahwa mereka-lah yang bakal memenangkan kontestasi. (https://www.youtube.com/watch?v=7sIIU28b1WE)
Dan masih banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya, yang kerap ditemukan pada gelaran pemilu kali ini.
Sekali lagi, apakah pemilunya berjalan tanpa intervensi pejabat negara?
Silakan anda menjawabya. Point-nya, saya nggak mencari justifikasi atas kesalahan yang saya buat. Bagi saya, salah tetaplah salah, dan saya sudah lontarkan permohonan maaf saya atas hal tersebut.
Satu yang pasti, siapapun pemenangnya nanti, hasilnya nggak akan lebih baik.
Kenapa?
Karena para oligarki pada gilirannya akan menagih janji atas sokongan yang mereka berikan pada tiap paslon semasa kampanye. Jadi, baik paslon A-B-C yang menang, pihak oligarki tetap saja diuntungkan. (baca disini dan disini)
Sehingga kepentingan rakyat tinggal-lah janji yang tidak akan pernah bisa ditepati.
Ini yang harusnya menjadi concern anda. Bukan malah nyinyir atau sekedar menunjukkan fanatisme berlebihan pada salah satu paslon. Nggak ada gunanya itu.
Lagian, siapa dari ketiga paslon yang tersaji, yang jelas-jelas menentang agenda sang Ndoro besar di 2030 mendatang lewat konsep keberlanjutan?
Kan nggak ada.
Atau bagaimana sepak terjang ketiga paslon saat plandemi Kopit melanda. Bukankah semuanya bertindak sebagai tim sukses program sang Ndoro besar tersebut? Benar, bukan?
Anyway, tulisan ini saya sengaja keluarkan tepat 2 hari sebelum pengumuman resmi dari lembaga penyelenggara pemilu menyangkut hasil pemilu.
Jika paslon Oke Gas berhasil memenangkan kontestasi tanpa adanya gejolak penolakan sana-sini, artinya pihak oligarki global a.k.a Ndoro besar, telah memberi restu pada mereka. Dari sini bisa kebayang bagaimana formatur pemerintahan mendatang yang kemungkinan bakal diisi oleh para pemegang bedil dan spirit neo-orba.
Sebaliknya, jika kelak terjadi penolakan besar-besaran lewat parlemen jalanan, menyangkut hasil pemilu yang kini diupayakan lewat Hak Angket, maka otomatis kartel sang Ndoro besar tidak memberikan restunya kepada paslon makan siang gratis tersebut. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240314125503-617-1074212/pkb-susun-naskah-hak-angket-ungkap-poin-dugaan-kecurangan-pemilu)
Kita akan lihat pada 2 hari mendatang.
Pada akhirnya, pemilu hanyalah ilusi demokrasi yang paling sempurna. Dan anda nggak bisa protes untuk yang satu ini. (baca disini dan disini)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments