Jejak AS dalam Mendorong HAM


521

Jejak AS dalam Mendorong HAM

Oleh: Ndaru Anugerah

Dulu, begitu anda mencari kaitan antara AS dan gerakan pro-demokrasi dan HAM dibelahan dunia, maka anda dengan mudah dicap sebagai teori konspirasi oleh siapapun, secara khusus media mainstream. Meskipun data-data yang ada punya lumayan mumpuni dalam menjawab masalah tersebut.

Memang sekarang ada yang berbeda?

Belum lama ini, Trump mengangkat Michael Pack untuk memimpin badan propaganda yang disebut dengan US Agency for Global Media (USAGM). (https://www.scmp.com/news/china/article/3102958/us-government-media-chief-undermines-hong-kong-protesters-say-officials)

Pack diangkat dengan satu misi, yaitu membuat perombakan besar-besaran pada media pemerintah yang dijalankan oleh USAGM seperti Voice of America dan Radio Free Asia. Singkat cerita, staf senior dan hingga manajemen dipecat-pecatin oleh Pack.

Dan belakangan, Pack juga membekukan pendanaan pada outlet media tersebut. Dana itu yang belakangan dikenal sebagai Open Technology Fund alias OTF.

OTF dibentuk pada 2012 dan beroperasi pada media pemerintah AS. Dan pada 2019, OTF berubah menjadi NGO tapi tetap mendapat sokongan dana dari pemerintah AS melalui tangan USAGM.

Apa peran penting OTF? Mendukung pengunjuk rasa di negara lain di seluruh dunia.

Grant Turner mantan kepala keuangan USAGM mengatakan, “Di banyak tempat di dunia, OTF secara diam-diam memberikan ‘dukungan’ kepada pengunjuk rasa.” (https://www.intellasia.net/us-government-media-chief-undermines-hk-protesters-say-officials-815309)

Ini bisa terjadi di banyak tempat (dimana kepentingan Washington nggak terakomodir), seperti Hong Kong, Iran, hingga Belarus,” ungkap Turner.

Karen Kornbluh selaku anggota dewan pengurus OTF juga mengamini penyataan yang dibuat oleh Turner, bahwa OTF banyak membantu gerakan protes yang ditujukan pada rejim yang hendak dilengserkan, dalam bentuk peralatan hingga pelatihan digital. (https://www.theguardian.com/us-news/2020/sep/24/trump-open-technology-fund-hong-kong-belarus-iran?fbclid=IwAR00UMbgwcm-psdEsXY_4ebgxmPHc8f04YKhSMXKSanD7BV0yldBRJcYZMY)

Memang berapa dana OTF yang digelontorkan?

Untuk dana bagi gerakan pro-dem di Hong Kong saja, angkanya mencapai USD 2 juta. (https://time.com/5860163/trump-hong-kong-funding-freeze/)

Dana OTF lainnya adalah dalam bentuk hibah yang diberikan pada kelompok masyarakat sipil, pengunjuk rasa, jurnalis hingga pembela HAM di kolong jagat, sebanyak USD 500 ribu.

Dengan kata lain, ada peran rahasia pemerintah AS dalam gerakan protes yang bertujuan menumbangkan rejim pemerintahan yang mbalelo terhadap kebijakan AS. Nggak terkecuali di Hong Kong dan belahan dunia lainnya. (https://www.ned.org/region/asia/hong-kong-china-2019/)

Makanya jangan heran kalo anda lihat tayangan media mainstream dalam meliput gerakan protes yang bertujuan akhir menggulingkan pemerintah yang sah, para demonstran-nya kerap mengibarkan bendera AS. Kenapa? Karena mereka-lah pihak dibelakang layar sesungguhnya.

Bahkan nggak sedikit para pemimpin gerakan yang bisa melenggang ke AS dan bersaksi di depan Kongres dengan tujuan akhir meminta intervensi AS pada negara sasaran. Apa iya bisa jelong-jelong ke AS tanpa ada kepentingan tertentu?

Lantas kenapa OTF dihentikan?

Karena USAGM menilai dana yang telah dikeluarkan nggak efektif dalam mencapai tujuannya, seperti di Hong Kong misalnya. Wajar, dana besar pasti ada target besar. Dan USAGM boleh dibilang boncos dalam mendanai gerakan pro-dem di Hong Kong.

Nyatanya, apakah sekarang ada lagi gerakan pro-dem di Hong Kong setelah dana operasionalnya dibekukan?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!