Pertemuan Manhattan
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada 2008, dunia mengalami resesi global berkepanjangan, dipicu oleh ambruknya Lehman Brotthers lewat krisis Subprime Mortgage. (baca disini)
Setahun kemudian, para milyarder di dunia mengadakan pertemuan tertutup dikediaman presiden The Rockefeller University, Sir Paul Nurse pada 5 Mei 2009 yang ada di kompleks Manhattan, AS. (https://www.theguardian.com/world/2009/may/31/new-york-billionaire-philanthropists)
Menurut liputan media, pertemuan tersebut sangat rahasia, dan sudah pasti nggak kasih media untuk buat liputannya.
Memang siapa saja yang menghadiri pertemuan tersebut?
Ada beberapa nama beken, antara lain mendiang David Rockefeller, Bill Gates, Warren Buffett, George Soros, Michael Bloomberg, Ted Turner, Oprah Winfrey, dan masih banyak yang lainnya.
Pertemuan ‘rahasia’ tersebut oleh media belakangan diberinama The Good Club (TGC). (https://www.thetimes.co.uk/article/billionaire-club-in-bid-to-curb-overpopulation-d2fl22qhl02)
Merekalah kelompok yang sama dalam menggelar The Great Reset yang diperkenalkan oleh World Economic Forum yang berpusat di Davos. Singkatnya, mereka adalah kartel Ndoro besar.
Menurut media, TGC berfokus pada mandat filantropis yang mereka miliki, dengan memberikan sumbangan uang guna mengentaskan kemiskinan dan juga ‘kelebihan’ populasi.
Asal tahu saja, selain mandat yang ‘katanya’ mereka emban, mereka juga bicara soal pandemi H1N1 yang saat itu tengah merebak. Sehingga flu babi juga jadi bahan pembicaraan mereka.
Pandemi abal-abal flu babi adalah buah tangan dari Prof. Neil Ferguson yang berasal dari Imperial College, London. Jadi beliau yang buat simulasi alias pemodelan ngawur yang mengklaim bahwa 40% orang Inggris akan terinfeksi dengan virus flu Babi tersebut dalam kurun waktu 6 bulan. (http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/8022102.stm)
Nyatanya, pemodelan yang dibuat oleh Prof. Ferguson, jauh panggang dari asap. (baca disini)
Dan jangan lupa, bahwa Prof. Ferguson adalah sosok yang sama dalam menginisiasi kebijakan lockdown untuk diterapkan diseluruh dunia. Belakangan, julukan yang diberikan kepadanya adalah Prof. Lockdown yang sukses memicu kebangkrutan global. (baca disini)
Kenapa sudah sering buat pemodelan ngawur, Prof. Lockdown kok tetap dipakai sebagai rujukan? Karena ada peran Bill Gates dibelakangnya. (https://www.imperial.ac.uk/news/189502/145m-gates-foundation-grant-help-improve/)
Kembali ke laptop…
Salah satu topik bahasan serius TGC adalah isu over-populasi. Jadi, bagaimana upaya yang dilakukan agar bisa mengurangi populasi tersebut yang dianggap sebagai biang kerok permasalahan di dunia?
Mungkin jawabannya bisa dilihat pada TED Talk yang dibesut oleh BG di tahun 2010, “Dan jika kita melakukan pekerjaan vaksinasi dengan benar, maka kita akan dapat menurunkan populasi sebanyak 10-15%.” (https://www.ted.com/talks/bill_gates_innovating_to_zero/transcript#t-281283)
Dengan kata lain, kunci utamanya (salah satunya) ada di vaksinasi.
Apakah kebetulan kalo kemudian BG berinvestasi pada bidang vaksin, termassuk vaksin Kopit? (https://www.nytimes.com/2020/11/23/world/bill-gates-vaccine-coronavirus.html)
Dan TGC menyetujui bahwa kelebihan populasi menjadi prioritas yang akan mereka ambil. Nggak aneh jika kebijakan turunan yang kemudian diambil, antara lain peningkatan program kontrasepsi dan juga ‘mendorong’ pendidikan bagi kaum wanita.
Kenapa menyasar pendidikan bagi kaum Hawa?
Karena dengan wanita diberi space pendidikan secara berlebih, mereka akan dipacu untuk berkarir sehingga diharapkan lupa akan kondratnya sebagai ibu yang akan melahirkan dan merawat anak-anaknya sesuai nilai-nilai tradisional. Dan ini sudah membuahkan hasil, bukan? (https://www.forbes.com/sites/ashleystahl/2020/05/01/new-study-millennial-women-are-delaying-having-children-due-to-their-careers/)
Singkatnya, kelebihan populasi dianggap oleh TGC sebagai ancaman yang dapat menimbulkan bencana. “Ini adalah sesuatu yang mengerikan sehingga semua orang di grup ini setuju bahwa ini membutuhkan jawaban yang sangat ‘cerdas’,” ungkap salah satu tamu pada forum tersebut.
“Dan kita wajib membentuk badan global yang bersifat independen yang lepas dari pengaruh pemerintah,” tambahnya lagi.
Kalo bisa dibilang, sang Ndoro besar ingin buat lembaga independen yang lebih ‘berkuasa’ ketimbang pemerintahan sekalipun. Semacam pemerintahan dunia bayangan atau alternatif. Kok konsepnya bisa sama dengan deep-state? (baca disini dan disini)
Jika demikian adanya, masih adakah yang mau bilang kalo isu depopulasi hanya sekedar khayalan semata?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
ini thanos versi real dan elega tapi jahat