Rencana Besar Elite Global (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
“Abang sering ulas dalam tulisan tentang rencana besar elite global. Apa sih sebenarnya rencana besar mereka?” tanya seseorang melalui kanal Telegram.
Sebenarnya saya mau ulas tentang hal ini, sudah sejak lama. Cuma belum kesampaian mengingat banyaknya kerjaan dan juga pertanyaan banyak orang seputar pandemi abal-abal si Kopit. Terpaksa rencana saya untuk mengulasnya jadi dikesampingkan.
Mumpung saya ada waktu, saya akan mengulasnya.
Bapak pendiri Zionisme, Theodore Herzl pernah mengatakan, “Wilayah negara Yahudi membentang dari Sungai Mesir ke Sungai Eufrat.” Bahkan Rabbi Fischmann menambahkan, “Tanah Perjanjian membentang dari Sungai Mesir hingga Sungai Eufrat, dan mencakup bagian-bagian dari Suriah dan Lebanon.” (https://dailytimes.com.pk/373631/the-pursuit-of-greater-israel/)
Maksud pernyataan tersebut apa?
Bahwa Negara Israel bukan hanya wilayah yang saat ini mereka duduki saja. Akan ada pertambahan wilayah yang mencakup daerah yang disebutkan oleh tetua negara Israel tersebut. Bagaimana wilayah tersebut akan ditambahkan?
Pernah dengan Oded Yinon’s Plan?
Sebelum tahu apa itu, saya mau jelaskan sedikit tentang Oded Yinon. Dia adalah ahli strategi sayap kanan yang berpengaruh di Israel. Yinon punya rencana untuk membentuk kekaisaran Israel alias Israel Raya yang berpusat di Timur Tengah. (http://cosmos.ucc.ie/cs1064/jabowen/IPSC/articles/article0005345.html)
Yinon menulis dalam Jurnal untuk Yudaisme dan Zionisme yang berjudul Strategi untuk Israel di tahun 1982 silam. “Saya meniolak gagasan bahwa Israel harus melaksanakan perjanjian Camp David dan mencari perdamaian.”
Sebaliknya Yinon malah menyarankan, “Negara-negara Arab harus dihancurkan dari dalam dengan mengeksploitasi ketegangan agama dan etnis internal mereka.”
“Pembubaran Lebanon menjadi 5 provinsi menjadi contoh bagi dunia Arab termasuk Mesir, Suriah, Irak dan Semenanjung Arab akan mengikuti jalur tersebut. Pembubaran Suriah dan Irak kemudian ke daerah-daerah unik secara etnis atau agama, seperti Lebanon, adalah target utama Israel di front timur dalam jangka panjang. Untuk jangka pendeknya adalah pembubaran kekuatan militer di wilayah tersebut. Suriah akan runtuh, sesuai dengan struktur etnis dan religiusnya, menjadi beberapa negara seperti di Lebanon saat ini.” (http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=oded_yinon)
Secara singkat Yinon mau ngomong kalo Israel hanya bisa bertahan hidup sebagai sebuah negara, dengan cara membentuk kekaisaran di Timur Tengah. Karenanya, negara-negaraa Arab yang termasuk dalam bagian rencana Yinon harus dibubarkan menjadi negara-negara kecil (berbasis mazhab atau etnis).
“Kalo negara-negara Arab bisa mewujudkan negara berbasis mazhab atau etnis, apa salah kalo kemudian Israel mendeklarasikan negara dengan konsep yang sama?” begitu kurleb rencananya.
Lalu kenapa rencana besar tersebut ‘sengaja’ disebar ke seluruh dunia?
Agar semua bangsa Yahudi sedunia tahu dan sadar akan rencana tersebut, serta diharapkan mendukung rencana Yinon tersebut. (https://defence.pk/pdf/threads/greater-israel-the-zionist-plan-for-the-middle-east.330053/)
Kenapa akhirnya terjadi upaya destabilisasi di Timur Tengah hingga saat ini? Jawabannya dalam rangka mewujudkan rencana Yinon tersebut. Dari mulai invasi Irak (2003), perang Lebanon (2006), perang di Libya (2011), hingga perang berkelanjutan di Suriah, Irak dan Yaman.
Lantas bagimana rencana ini bisa diwujudkan?
Dengan menjalankan politik pecah belah. Antara mazhab dalam Islam saling diadu. Antara suku juga, saling diadu. Begitulah caranya. Dan dalam menjalankan skenario tersebut, elite global sudah punya mesin perangnya, yaitu para jihadis yang jadi proxy mereka di Timur Tengah. (baca disini dan disini)
Setidaknya begitu yang diucapkan oleh Mahdi Darius Nazemroaya. “Rencana Yinon harus dijalankan dengan mengkonfigurasi ulang kawasan geopolitiknya melalui Balkanisasi dimana negara-negara Arab di sekitarnya akan dipecah menjadi negara-negera kecil dan otomatis lemah.” (http://www.globalresearch.ca/preparing-the-chessboard-for-the-clash-of-civilizations-divide-conquer-and-rule-the-new-middle-east/27786)
Lalu apa tantangan utama bagi terwujudnya rencana tersebut?
Ahli strategi Israel memandang Irak sebagai tantangan strategis terbesar bagi mereka dibanding negara-negara Arab lainnya. Itulah sebab mengapa Irak perlu ditunjuk sebagai pusat Balkanisasi di Timur Tengah dan dunia Arab. “Irak lebih kuat dari Suriah. Karenanya, pembubaran Irak menjadi lebih penting ketimbang Suriah.”
“Irak akan terbagi menjadi negara Kurdi dan dua negara Arab. Satu untuk muslim Syiah dan yang lain untuk muslim Sunni.” Dan perang Iran Irak pada meletus pada 1980-an, adalah langkah awal dalam mewujudkan rencana Yinon tersebut.
Ini mendapat pembenaran dari Jenderal Wes Clark yang sempat ngomong demikian, “Pada 2011 saya melihat memo yang berasal dari Departemen Pertahanan Bush yang mengungkapkan bahwa invasi ke Irak hanyalah awal dari program ‘perubahan rezim’ yang lebih luas lagi di Timur Tengah.”
Hal itu ditegaskan kembali oleh Jenderal Clark saat berkata kepada publik, “Apakah kita masih akan berperang dengan Irak? Oh, lebih buruk dari itu.”
Lalu Jenderal Clark mengambil kertas yang ada di mejanya, dan berkata, “Saya baru dari kantor Sekretaris Pertahanan hari ini. Dan dia mengatakan kepada saya: Ini adalah memo yang menggambarkan bagaimana kita akan mengeluarkan tujuh negara dalam 5 tahun ke depan, dimulai dari Irak, lalu Suriah, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan akan berakhir di Iran.” (https://www.youtube.com/watch?v=9RC1Mepk_Sw)
Jadi mulai paham skenario yang telah dan sedang dimainkan, bukan?
Lantas, bagaimana rencana elite global tersebut akan dijalankan ke depannya?
Saya akan ulas pada bagian kedua nanti.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Bagian ke dua nya dimana yah Bang
Ini pertanyaan ketiga yg sy dapatkan.