Varian Palsu?


506

Varian Palsu?

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang paling sering digunakan oleh media mainstream untuk menakut-nakuti orang sedunia, agar terus-terusan parno terhadap virus ghaib yang dikasih nama si Kopit?

Banyak tentunya. Salah satunya adalah sifat mudah bermutasinya, sehingga diklaim sulit untuk dihentikan. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-08-31/alpha-delta-and-more-why-virus-variants-cause-alarm-quicktake://www.bbc.com/news/health-55659820)

Bahkan yang paling gres, varian Mu, diklaim sebagai varian yang kebal terhadap vaksin. (https://thehill.com/policy/healthcare/public-global-health/570353-who-warns-new-mu-variant-could-be-more-vaccine)

Kalo kebal terhadap vaksin, ngapain program suntik massal dilanjutkan?

Lucunya, di AS sana, kalo seseorang terkena Kopit, maka bisa dipastikan nggak akan menemukan jawaban jika menanyakan varian mana yang menginfeksi mereka. (https://www.businessinsider.in/science/news/you-arent-legally-allowed-to-know-which-variant-gave-you-covid-19-in-the-us-even-if-its-delta/articleshow/85562890.cms)

Sungguh hal yang WOW…

Ini menimpa pada Sam Reider yang merupakan musisi asal San Francisco. Saat menerima telepon dari Departemen Kesehatan Masyarakat California, Reider yang telah menerima suntikan vaksin 2 kali, dinyatakan positif Kopit.

Adalah hal yang lumrah kalo kemudian Reider menanyakan perihal varian apa yang menimpa dirinya, mengingat banyak sekali varian dari si Kopit.

Namun apa yang didapatkan?

Dokter yang menanganinya nggak bisa kasih keterangan perihal varian Kopit yang menimpanya. “Pokoknya anda positif Kopit. Titik.”

Apa sebabnya sang dokter nggak bisa kasih jawaban?

Untuk buat tes sekuensing yang dijadikan rujukan sebuah varian, makan banyak biaya selain butuh waktu lama dan sumber daya yang nggak sedikit untuk melakukannya. Sudah gitu, butuh validasi dari pihak federal sebelum dirilis. Intinya ruwet untuk dilakukan.

Nggak aneh kalo kemudian baik dokter maupun pasien, dilarang menanyakan hal yang berkaitan varian mana yang menimpa mereka.

Itu karena datanya nggak ada, alias hanya asumsi belaka.

Itu di Amrik yang negaranya canggih, lho?

Lha gimana di Wakanda, yang dikit-dikit pejabat dan dokternya latah ngomongin soal varian Kopit, biar nggak dianggap kudet. Coba anda balik tanya, “Bisa kasih bukti nggak kalo varian yang diomongin itu, benar-benar ada?”

Saya yakin, jurus ngeles bakal dikeluarin, “Jangan nanya mlulu. Pokoknya varian itu ada.”

Kalo udah begini, mending ngomong sama tukang cilok dah…

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!