Trendsetter Kaum Milenial


518

Bicara tentang kaum milenial, memang gampang-gampang sulit. Banyak orang mencoba memahami karakteristik kelompok ini, namun tak sedikit yang gagal. “Sulit ngerti apa maunya tuh generasi,” demikian salah seorang teman HRD manajer di sebuah perusahaan papan atas di bilangan Sudirman.

Gimana sulitnya? Begini ilustrasinya..

Kalo orang susah-susah ngelamar kerja di perusahaan bonafide, dan berharap bisa diterima, tidak demikian halnya dengan generasi milenial. Bagi mereka, tidak ada yang istimewa dengan diterima bekerja di perusahaan mentereng sekali-pun.

Giliran sudah diterima kerja, eh paling banter cuma 6 bulan mereka tahan.

“Banyak tuntutannya. Dari mulai naik gaji tiap bulan, sampai liburan yang di luar batas kewajaran. Masa setahun minta cuti 3 bulan. Emang perusahaan nenek moyangnya, apa?” begitu keluh teman saya itu.

Terima tidak terima, suka atau tidak suka, begitulah milenial adanya.

Namun, mereka-lah yang banyak diprediksi oleh pakar ekonomi internasional, sebagai pemain utama ekonomi di dunia pada tahun 2025. Jumlahnya tidak main-main, sekitar 75%. Efek disrupsi adalah senjata utama mereka.

Dengan fakta yang ada, perusahaan yang sungguh berinvestasi pada sumber daya manusia, tentu akan berpikir ulang untuk membuang generasi ini, walaupun tingkahnya boleh dikatakan rada ngelunjak.

Oleh sebab itu-lah, tak aneh bila seorang Jokowi menaruh harapan yang besar pada generasi milenial. Mereka-lah aset bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Jadi jangan sampai mereka disia-sia oleh negara ini.

Pakde bahkan mati-matian menggarap generasi ini, bukan semata untuk memperoleh pundi-pundi suara di 2019 nanti, tapi berharap lebih jauh. Agar generasi milenial negeri ini mau bangkit dan membangun bangsa ini bersama-sama.

Bicara soal generasi milenial, bicara juga siapa yang dijadikan ikon pujaannya. Ada banyak sebenarnya. Salah satunya adalah grup K-Pop asal Korea yang bernama Super Junior alias Su-Ju.

Su-Ju adalah magnet utama bagi generasi milenial. Sudah rahasia umum kalo K-Pop yang diusung kelompok ini identik dengan musik idola anak muda di Asia dan dunia. Bahkan sampai ngefans-nya dengan kelompok ini, para penggemar-nya yang biasa disapa sebagai EFL, merupakan kelompok yang fanatik.

Saking fanatiknya, setiap ada konser Su-Ju digelar, tiketnya pasti laris manis tanjung kimpul. Tak ketinggalan dengan album-album yang dikeluarkannya. Begitu rilis, langsung sold-out. Sudah hilang akal sehat bila kita bicara tentang penggemar Su-Ju. Fanatisme yang mereka tebar, sungguh warbiyasah.

Singkat kata, Su-Ju adalah trendsetter kaum milenial bukan saja di Asia tapi juga di dunia.

Nah, yang lebih gila lagi, seorang Pakde bisa menerobos kelompok ini.

Kondisinya dibalik. Kalo orang tergila-gila dengan Su-Ju, tapi Su-Ju dan masyarakat Korea Selatan malah mengidolakan Pakde. Apa yang dilakukan Pakde, merupakan magnet yang memicu generasi muda Korsel, tak terkecuali Su-Ju, untuk menirunya.

Kocak juga sih kalo dipikir. Orang rame-rame kepengen jadi fans-nya Su-Ju, eh Su-Ju malah nge-fans berat sama Pakde. Sampe personel Su-Ju berebut minta diajarin goyang dayung yang dipopulerkan pakde saat gelaran opening ceremony Asian Games yang lalu.

Image yang beredar di dunia maya tentang Su-Ju dan Jokowi, tak pelak menjadi trending. Dan bicara soal kontestasi, seorang Jokowi bukan saja mampu memenangkan Su-Ju, terlebih lagi beliau mampu memenangkan hati para milenial Indonesia yang tengah diincarnya sebagai lumbung suara pada pilpres 2019 nanti.

“Ah itu mah pencitraan doang,” teriak para kampret di luar sana.

Biarlah para kampret itu teriak-teriak, karena memang bagi mereka Su-Ju bukan idolanya.

“Mang idola kampret siapa, bang?”

“Meneketehe? Paling banter nenk firza atau nggak bu Lia… asal ada yang nongol dikit aja, praktis itulah idola mereka!”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!