Propaganda Kusut Orde Baru


519

Propaganda Kusut Orde Baru

Oleh: Ndaru Anugerah

Seorang teman bertanya kepada saya pada tengah malam. Pertanyaannya sederhana, apa mungkin terjadi upaya kebangkitan PKI di Indonesia? Saya hanya senyum-senyum sendiri membaca pertanyaan retorik tersebut.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan peristiwa 30 September 1965? Kalimat kuncinya cuma 1. Ada campur tangan asing di dalamnya. Situasi itu dipicu oleh mesranya hubungan Indonesia dan RRC. Sampai terbentuk poros Jakarta-Peking.

Hubungan mesra tersebut, membuat 2 negara jealous.

Uni Soviet dan Amerika. Soviet merasa cemburu, karena selaku negara komunis, kok Indonesia malah ngeblok ke RRC ketimbang ke mereka? Seperti kita tau, komunisme saat itu bukanlah satu ideologi yang utuh. Maksudnya? Blok Uni Soviet udah pasti nggak sama dengan Blok RRC.

Keduanya berebut pengaruh negara-negara lain di dunia, sebagai imbas pecahnya kongsi komunisme dunia dalam wadah Internationale. Singkatnya, Soviet menginginkan hubungan mesra Indonesia dan RRC berakhir.

Itu dari pihak Uni Soviet. Bagaimana dengan Negeri Paman Sam?

Sebagai anti-tesis gerakan komunisme, Amrik punya banyak kepentingan dengan Indonesia. Hasil SDA banyak, dan SDM yang bisa diandalkan sebagai market, apalagi. Dan Paman Sam ketar-ketir, saat Indonesia mulai mesra-mesranya dengan RRC yang notabene’nya negara komunis, musuh bebuyutannya.

Lalu bagaimana skenario-nya?

Penguasa Indonesia, dalam hal ini Soekarno, harus ditumbangkan guna mengakhiri hubungan tersebut. Maka digelarlah operasi intelijen dengan misi khusus, menumbangkan rejim Soekarno.

Pihak Uni Soviet melalui pihak intel Cekoslowakia (yang merupakan negara satelit Uni Soviet) yang bernama Ladislav Bittman, merekayasa apa yang dikenal dengan dokumen Gilchrist. Andrew Gilchrist adalah dubes Inggris untuk Indonesia saat itu. (https://historia.id/politik/articles/dinas-intelijen-cekoslowakia-dan-dokumen-gilchrist-D84YZ)

Apa tujuan operasi rahasia tersebut? Kalo terjadi apa-apa di Indonesia, maka yang akan dituding adalah pihak AS karena punya rencana jahat pada Soekarno. Dengan menyingkirkan AS, akan lebih mudah bagi Rusia dalam melawan China.

Apa isi dokumen Gilchrist tersebut? Kurleb akan ada upaya kudeta di Indonesia, yang dipimpin oleh Dewan Jenderal dan disokong oleh AS dan Inggris. (https://historia.id/politik/articles/operasi-palmer-dinas-intelijen-cekoslowakia-di-indonesia-v22m1)

Pertanyaan: kok bisa dokumen intelijen sangat rahasia bisa bocor ke tangan Indonesia? Karena memang skenario harus demikian. Setidaknya melalui Syam Kamaruzzaman (yang belakangan diketahui sebagai agen CIA sekaligus orang nomor dua di CC PKI), mengamini hal tersebut. (https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/download/1054/pdf)

Mendengar adanya gerakan Dewan Jenderal tersebut. paniklah Aidit. Lalu Aidit curcol ke Soekarno, kurang lebih menerangkan bahwa akan ada upaya kudeta gerakan 30 September yang dipimpin oleh Dewan Jenderal.

Berhasil diyakinkan oleh Aidit, selanjutnya Soekarno menugaskan PKI dibawah pimpinan Syam, untuk ambil alih operasi. Perintahnya jelas: mengkonfirmasi isu Dewan Jenderal. Untuk operasi militer, maka Syam-pun minta bantuan militer kepada Soekarno.

Singkatnya bantuanpun diberikan lewat Laksamana Omar Dani. Skip-skip

Syam lantas minta saran Soeharto, tentang kira-kira siapa yang cocok untuk memimpin eksekusi di lapangan. Soeharto kemudian memilih Kol.Latief dan Letkol. Untung yang merupakan orang dekatnya (sesama gang Pathuk) dan pastinya dapat dipercaya. Soeharto-pun sudah mengetahui kemampuan kedua orang tersebut. (https://majalah.tempo.co/read/wawancara/95790/siapakah-syam-kamaruzaman)

Ibarat kata, mereka bukan orang terbaik, melainkan orang lapis kedua dalam memimpin eksekusi.

Kenapa Soeharto tidak memilih orang-orang yang bebar-benar kompeten untuk menggelar operasi militer? Ya jelas aja, Soeharto sudah tau kalo kedua orang pilihannya tersebut bakal gampang dipukul saat operasi militernya gagal di lapangan.

Soeharto sebagai panglima Kostrad, sudah mengetahui skenario ini, dan terlebih dia sudah dipersiapkan oleh Paman Sam sebagai orang yang akan ambil alih pimpinan dari tangan Soekarno. Berarti baik Kol. Latief maupun Letkol. Untung tak lebih hanya merupakan tumbal politik Soeharto semata.

Dalam daftar culik yang dirilis oleh Syam, terdapat keanehan. Coba kita tilik.

Korban pertama, Letjen.Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat. Korban kedua, Mayjen. R.Soeprato (Deputi II Menpangad), Korban ketiga, Mayjen. MT. Haryono (Deputi III Menpangad).

Pertanyaannya, kok dari Menpangad langsung lompat ke Deputi II? Deputi I kenapa di-skip?

Ya jelas aja, itu posisi ada ditangan Soeharto. Apa hanya kebetulan?

Keanehan kedua. Kenapa yang disasar orang seperti: Yani, Suwondo Parman, Sutoyo Siswomiharjo dan MT. Haryono? Apa cuma jabatan semata mereka dijadikan target operasi?

Dalam sebuah kejadian di akhir dekade 1950-an, Soeharto pernah kedapatan melakukan penyeludupan ketika menjadi Panglima Tentara Teritorial Diponegoro di Jawa Tengah.

Soeharto menggandeng Bob Hasan serta Liem Sioe Liong dalam bisnis illegal tersebut, tepatnya bisnis impor beras dari Singapura yang dibarter dengan gula. (https://tirto.id/persinggungan-soeharto-dengan-para-pahlawan-revolusi-bXsU)

Sialnya, upaya ini terendus pihak Angkatan Darat. Maka pihak Markas Besar AD pun mengirim tim inspeksinya tertanggal 18 Juli 1959. Tim itu terdiri para perwira yang mempunyai latar belakang sebagai intelijen, jaksa militer dan polisi militer. Merekalah: Soeprato dengan anggotanya S.Parman, MT.Haryono, Sutoyo Siswomiharjo.

Aliasnya merekalah yang belakangan disasar sebagai korban wajib culik Gerakan 30 September.

Terus, bagaimana dengan Ahmad Yani?

Setelah tim inspeksi Mabesad berhasil membuktikan Soeharto sebagai seorang penyeludup beras, Yani pun sebagai atasannya sontak marah dan menampar Soeharto. Plak-plok.. “Malu-maluin korps aja”, demikian pak Yani berkilah. (https://tirto.id/persinggungan-soeharto-dengan-para-pahlawan-revolusi-bXsU)

Nasution yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), lantas merekomendasikan agar Soeharto diadili Mahkamah Militer dan segera dipecat dari Angkatan Darat.

Beruntunglah Soeharto, dia tidak jadi dipecat karena ada peristiwa Trikora alias pembebasan Irian Barat dikemudian hari, yang kelak menempatkan dirinya ke dalam posisi penting sebagai Pangkostrad.

Jadi jelaslah, kenapa para perwira AD tersebut menjadi daftar wajib culik. Benar sekali. Semuanya pernah membuat malu Soeharto sebagai seorang perwira di lingkungan AD dan karenanya Soeharto ingin membalasnya. Yang kedua, Soeharto nggak akan bisa naik jabatan selama para jenderal itu masih hidup.

Malam sebelum kejadian, Kol. Latief sempat mendatangi Soeharto di RSPAD Gatot Subroto, dan menceritakan perihal skenario penculikan para jenderal tersebut. (https://majalah.tempo.co/read/iqra/112707/kolonel-a-latief-saya-ingin-meluruskan-sejarah)

Lagi pula, Batalyon 454 Diponegoro dan Batalyon 530 Brawijaya yang ditugaskan menculik para jenderal, bukan ujug-ujug datang ke Jakarta, kalo nggak ada telegram dari Pangkostrad, yaitu Mayjen. Soeharto. Pasukan ini diperintahkan membawa persenjataan siap tempur dengan alasan untuk parade HUT ABRI.

Ngapain juga bawa senjata lengkap kalo nggak ada misinya?

Tambahan lagi, tim culik ini berkemah di sekitar lapangan Monas. Mereka-pun kerap hilir mudik ke Markas Kostrad untuk sekedar mandi dan buang hajat. Jadi, kalo Soeharto nggak tau Gerakan 30 September, yang bokir aja?

Singkat kata, operasi culik-pun berhasil. Maka semua yang tersisa, baik Soekarno maupun AH.Nasution yang selamat dari penculikan-pun dibuat pusing tujuh keliling. “Ada apaan sih ini?” begitu kurleb pemikiran mereka. Tapi Soeharto-lah yang bisa tersenyum gembira, karena berhasil.

Gimana nggak gembira? Dia berhasil pukul semua lawannya dengan sukses, lewat tangan orang lain.

Singkat cerita, pasukan Yon 454 dan Yon 530 berhasil ditekuk dengan mudah oleh Soeharto, dengan mengirim pasukan RPKAD yang secara kemampuan berada diatas tim culik tersebut. Dan terakhir, Soeharto-pun tampil sebagai sosok pahlawan. Plok-plok-plok…

Aksi Soeharto tidak berhenti sampai disitu. Untuk memuluskan langkah yang disusun oleh Paman Sam, PKI harus dibubarkan. Untuk membubarkan PKI dibutuhkan dukungan rakyat. Maka disusunlah skenario yang mampu memancing emosi rakyat.

Lewat media mainstream saat itu, Soeharto menyebarkan propaganda kalo PKI telah bukan saja menculik tapi juga mencukil bola mata dan memotong alat kelamin para jenderal serta memakannya.

Belakangan, berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter Lim Joe Thay alias Arief Budianto dkk, berita tentang Gerwani yang memotong dan memakan alat vital jenderal adalah hoax semata, karena para jenderal ternyata mati ditembak dan ditusuk oleh bayonet. (https://id.wikipedia.org/wiki/Lim_Joey_Thay)

Membaca berita provokatif tersebut, maka tersulutlah emosi massa, yang belakangan menyebabkan tragedi kemanusiaan, yaitu jatuhnya banyak korban dari simpatisan dan kader PKI, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah.

Dilain sisi, Kol. Latief dan Letkol. Untung, yang sangat yakin akan mendapatkan kebebasan kembali dari Soeharto setelah peristiwa tersebut, terpaksa hanya menggantang asap diakhir cerita. (https://tirto.id/soeharto-dan-dua-anak-buahnya-yang-pelaku-makar-untung-latief-ecWJ)

Dan satu yang pasti, penggulingan Soekarno dibayar tuntas oleh rejim Soeharto dengan menyerahkan Papua Barat untuk dieksploitasi sepenuhnya oleh Freeport; usaha yang dulunya sangat ditentang oleh Soekarno. (https://tirto.id/freeport-di-papua-ialah-warisan-daripada-soeharto-cjrC)

So, bicara soal kasus Gestapu, sudah nggak relevan jika kita mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Kenapa?

Karena dengan mengungkit masa lalu, kita tidak akan mampu melangkah maju sebagai sebuah bangsa. Bangsa yang maju itu harus bisa move on, Malih.

Lalu kalo ada pihak yang saban tahun mengungkit masa lalu dengan menonton film propaganda Orde Baru (yang dibuat guna melanggengkan kekuasaan Soeharto), apakah itu nggak konyol namanya? (https://news.detik.com/berita/d-5189008/tujuan-film-g30spki-dibuat-propaganda-orba)

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


15 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bang ndaru nanya dr perintah untuk mengkonfirmasi tentang dewan jendral yg diperintahkan Soekarno dan Aidit, kenapa akhirnya menjadi pembunuhan para jendral oleh Kol.Latif dan Letkol Untung. Apa ada perintah tambahan dari Syam selaku agen CIA atau perintah dari Soeharto.??. Terima kasih sudah menbaca dan menjawab.

    1. pemain utama yang bertindak sebagai penculikkan jelas syam dan harto. itu sudah saya jelaskan. kenapa akhirnya dipilih para jenderal yang dianggap sebagai ‘dewan jenderal’ juga saya sudah jelaskan. point-nya: selama para jenderal itu ada, maka ambisi harto untuk naik menggantikan soekarno akan kandas, mengingat mereka tahu ‘borok’ yang dimiliki harto.jadi mereka bukan korban acak, melainkan sudah dijadikan target.

  2. Siap bang ndaru terima kasih, berarti Syam jg akhirnya di kambing hitamkan oleh Soeharto ya. Di tunggu tulisanya perjalanan karir dan turning point yg membuat akhirnya Soeharto dipilih sebagai boneka mamarika.

  3. Bang,
    1. jadi benar ya, kalau itu semua ulah CIA dan termasuk ibu dan bapak angkat Barry Soetoro terlibat operasi penggulingan Soekarno dan penghancuran PKI?.
    2. Apa benar seandainya operasi itu gagal, Soekarno tetap presiden, Indo bakal jadi negara komunis?
    3. Benar ngga pendapat saya gini bang, 1965 sebenarnya PKI adalah korban fitnah. Tapi rakyat pun seandainya paham itu tetap ga mau tahu, toh 1948 mereka pernah “berbuat dosa” juga?
    4. Saya pernah baca artikel, yg menyusun daftar target pembunuhan jendral dan orang2 penting dalam peristiwa itu adalah CIA bang termasuk ibunya BARRACK OBAMA.

    1. saya coba jawab ya.
      1. tentang peran AS lewat CIA pada peristiwa 30 september, itu memang sudah diakui oleh yang bersangkutan. (https://nsarchive.gwu.edu/briefing-book/indonesia/2017-10-17/indonesia-mass-murder-1965-us-embassy-files)
      2. kalo seandainya gagal, Soeharto tidak akan naik tahta, karena A. Yani yang punya kans ke kursi kepresidenan. kalo Indonesia bakal menjadi negara komunis, saya menyangsikannya. apa ada rejim komunis terbentuk tanpa angkat senjata alias lewat jalur parlemen seperti yang dilakukan PKI?
      3. bahwa ada anggota PKI yang terlibat, itu iya. tapi kalo dikatakan secara organisasi terlibat, nggak bisa dibuktikan ya.
      4. tentang siapa yang susun daftar culik, saya sudah jelaskan dalam tulisan. apakah ada keterlibatan AS didalamnya, sepertinya itu pertanyaan retorik ya.

      semoga membantu.

      1. Terimakasih responnya bang. Web anda favorit banget lah. Btw selain web ini Abang aktif dimana? IG? Twitter? Info ya bang. Trmkasih.

  4. saya hanya aktif di blog, facebook dan twitter. fb: ndaru anugerah meanwhile twitter: danoefrederick

    semoga membantu.

    1. Bang, soeharto naik, AS seneng (jelas). Tapi pas krisis 98 smp soeharto mundur, AS “ngapain” aj bang? Melihat bonekanya lengser. Suwun

  5. Ok bang, tapi setelah boneka lengser, ada presiden2 berikutnya, salah satunya GD. Menurut abang, GD & AS ni seperti apa tolak-tariknya bang? Yaa itung2 bahas si Mbah yg 1 ini, soalnya beliau pernah bilang “PKI itu akal2annya Soeharto”. Suwun

error: Content is protected !!