Program Sekutu Serangga


516

Program Sekutu Serangga

Oleh: Ndaru Anugerah

Bayangkan: jutaan belalang yang telah diinfeksi virus penyakit menular melalui proses modifikasi genetika, menyerang tanaman pertanian suatu negara dan menghancurkan produksi makanannya.

Tamatlah riwayat negara tersebut, karena kedaulatan pangannya mendapatkan serangan mematikan.

Ini bukan cerita fiksi ilmiah (sci-fi) ataupun cuplikan film. Ini skenario yang telah diciptakan oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang berbasis di Pentagon. Inilah program insect allies pertama di dunia yang dikembangkan oleh AS dan sudah ready to go.

Didirikan di tahun 2016, program insect allies alias sekutu serangga dibesut oleh Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA). Program ini konon diaktifasi untuk memastikan keamanan pangan AS dalam menghadapi bencana, patogen alami maupun serangan yang disengaja. (https://www.express.co.uk/news/nature/738835/Birds-Spain-environment-danger-risk-WWF)

Kenapa program ini perlu digelar?

Bukan nggak mungkin, kegagalan panen massal berpotensi menimbulkan konsekuensi bencana bagi ratusan juta orang diseluruh dunia yang bergantung pada bahan pokok (padi dan gandum) untuk memenuhi kebutuhan gizi standar mereka.

Karenanya, program sekutu serangga merupakan langkah yang diambil oleh DARPA untuk melindungi ketersediaan pangan nasionalnya.

“Melindungi tanaman secara genetik memakan waktu yang lama. Jadi serangan pada tanaman akan bisa menghantam lebih cepat sebelum pewarisan sifat pemuliaan ke generasi tanaman berikutnya dapat terjadi.” (https://www.express.co.uk/news/uk/647034/Genetically-modified-GM-food-organic-Britain)

Sebagai solusinya, ilmuwan DARPA memperkenalkan virus yang dimodifikasi secara genetik yang dapat secara langsung mengedit kromosom pada tanaman. Dan pasukan serangga-lah yang akan membawa virus tersebut dalam tubuhnya.

Proyek ini menggunakan teknik penyuntingan gen untuk bisa menginfeksi serangga dengan virus, sehingga tanaman bisa lebih tahan terhadap ‘serangan’. (https://www.express.co.uk/news/science/983817/designer-babies-gene-editing-sperm-conception)

Menurut keterangan resmi yang dirilis oleh DARPA, program ini hanya berlaku dalam satu musim tanam tunggal yang berpotensi melindungi sistem tanaman AS dari ancama keamanan pangan seperti penyakit, banjir, salju atau bahkan ancaman yang dilakukan oleh aktor negara/non-negara. (https://www.darpa.mil/program/insect-allies)

Misalnya nih, jika ada ladang jagung yang dilanda kekeringan atau terpapar patogen, pasukan sekutu serangga akan diterbangkan guna mengatasi masalah tersebut. Pada akhirnya, risiko gagal panen akan bisa diminimalisir.

Blake Bextime selaku manajer program mengatakan kepada The Washington Post, “Setiap kali kita mengembangkan teknologi baru dan revolusioner, selalu ada potensi ofensif dan defensif…. Namun kami hanya ingin memastikan keamanan pangan nasional saja.”

Pertama, ini bukan program kaleng-kaleng, karena melibatkan dana jumbo sekitar USD 27 juta. (https://www.mpg.de/12318180/darpa-insect-ally)

Kedua yang harus anda perlu ketahui, bahwa ada peran BG melalui Bill and Melinda Gates Foundation, selaku donatur utama program pengeditan gen yang dilakukan DARPA tersebut. (https://news.psu.edu/story/495037/2017/11/20/research/penn-state-team-receives-7m-award-enlist-insects-allies-food)

Apakah benar DARPA akan mewujudkan tujuan mulia tersebut?

Alih-alih pujian, DARPA justru mendapat kecaman karena ditenggarai tengah mengembangkan serangga untuk dijadikan senjata biologis jenis baru. (https://www.express.co.uk/news/world/1033997/world-war-3-killer-robots-biological-weapons-warfare-captain-jerry-kyd-gavin-williamson)

5 ilmuwan Perancis dan Jerman telah mengungkapkan dalam jurnal Science (5/10) bahwa program sekutu serangga cukup diragukan. “Kapasitas dimana virus ditransmisikan ke tanaman dan memodifikasi kromosomnya, kecil kemungkinannya untuk berhasil.” (https://science.sciencemag.org/content/362/6410/35)

Dalam lingkungan ilmiah, program ini justru ditenggarai sebagai upaya mengembangkan senjata biologis yang menyasar negara lain yang tidak tunduk pada kebijakan Washington. Aliasnya, program sekutu serangga nggak lain adalah bentuk baru senjata biologis.

Dan ini jelas melanggar Konvensi Senjata Biologis yang berlaku sejak 1975. Sebagai informasi, AS kerap menolak inspeksi internasional terhadap bio-laboratorium yang mereka miliki.

Singkatnya, kelima ilmuwan tersebut menyatakan ada upaya untuk menghasilkan kelas baru senjata biologis, dengan menggunakan serangga sebagai medium perantaranya.

“Menurut kami, pembenarannya tidak cukup jelas. Misalnya, mengapa mereka menggunakan serangga? Toh mereka bisa menggunakan sistem penyemprotan yang lebih aman,” ungkap Prof. Silia Voeneky dari Universitas Freiburg, Jerman kepada The Washington Post. (https://www.washingtonpost.com/science/2018/10/04/pentagon-is-studying-an-insect-army-defend-crops-critics-fear-bioweapon/?noredirect=on&utm_term=.405e039e216c)

Sebagai informasi, selama perang dingin (cold war), AS telah mengembangkan penelitian tentang bakteri/virus, dengan melibatkan serangga (seperti: kutu, lalat, belalang, nyamuk) sebagai pemicu epidemi di negera musuh. Ingat pandemi demam berdarah di Kuba? (baca disini)

Dengan teknik tersebut, mungkin-mungkin saja bagi AS untuk menghasilkan jenis-jenis patogen baru yang kelak akan disebarkan oleh serangga. Dan negara yang akan disasar sudah pasti tidak memiliki pertahanan yang cukup untuk menghalaunya.

Kasus C19 saja belum usai, kok mau ditambah lagi program insect allies?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!