Janji Surga Sang Ndoro (*Bagian 2)


527

Janji Surga Sang Ndoro (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita telah membahas tentang teknologi pengeditan gen yang dikenal dengan istilah CRISPR Cas9. Dengan hadirnya teknologi ini, maka sifat buruk yang ada pada diri seseorang bisa disunting dan digantikan dengan sifat yang ‘baik’. (baca disini)

Untuk tahu apakah dampak CRISPR Cas9 pada manusia, sebelumnya kita harus paham cara kerjanya.

Anda tahu gen p53?

Berdasarkan penelitian, tumor manusia ‘tertentu’ (yang dijadikan obyek penelitian), nggak akan dapat berkembang sebagai mana mestinya jika gen p53 dapat bekerja dengan normal. (https://medlineplus.gov/genetics/gene/tp53/)

Dengan kata lain, p53 bertindak sebagai mekanisme pertahanan alami dalam tubuh seseorang guna melindungi genom dari jenis perubahan yang dibuat oleh CRISPR Cas9.

Saat CRISPR Cas9 digunakan untuk mengedit susunan genetik seseorang, gen p53 langsung ambil bagian dalam sistem pertahanan tubuh sehingga secara efektif akan membunuh sel-sel yang diedit. Dan ini menyebabkan gen tersebut hancur dalam upaya ‘perlawanannya’.

Gen inilah yang jadi biang keladi gagalnya mekanisme penyuntingan gen dengan teknik CRISPR Cas9. Ujung-ujungnya mengalami kegagalan, karena rusaknya gen p53 tersebut.

Kalo gen p53-nya nggak berfungsi, maka tubuh seseorang menjadi impoten dalam melawan sel kanker. Bukan itu saja, karena gen p53 yang salah malah dapat menyebabkan sel tumbuh menjadi tidak terkendali dan menjadi sel kanker.

Ini bukan kaleng-kaleng.

Penelitian yang dilkukan oleh Karolinska Institute telah membuktikan hal itu.

Jika ditransplantasikan ke pasien dalam terapi gen (dalam kasus memiliki penyakit bawaan), sel-sel tersebut dapat menyebabkan kanker. Ini meningkatkan kekhawatiran pada segi keamanan dari terapi gen berbasis CRISPR,” ungkap Dr. Emma Haapaniemi selaku peneliti. (https://ki.se/en/news/genome-editing-tool-could-increase-cancer-risk)

Ada juga penelitian sejenis yang dilakukan oleh Novartis, dan hasilnya kurleb sama, Teknik penyuntingan gen yang memotong/merubah susunan genetik seseorang, berpotensi mengaktivasi sel kanker dalam tubuhnya. (https://www.nature.com/articles/s41591-018-0050-6)

Secara umum dapat dikatakan bahwa teknik terapi gen CRISPR dapat melemahkan kemampuan seseorang dalam melawan tumor dan juga berpotensi menimbulkan sel kanker akibat aktivitas penyuntingan gen tersebut.

Ini penelitian sudah diterbitkan pada jurnal internasional Nature Medicine di tahun 2018 silam, yang tentu saja sudah dilakukan tinjauan rekan sejawat.

Kalo anda kurang yakin juga, saya coba kasih satu bukti lainnya.

Di tahun 2015, peneliti China juga telah menggunakan teknik CRISPR Cas9 untuk mengedit gen yang menyebabkan beta thalassemia di setiap sel yang tidak dapat menghasilkan kelahiran hidup. Jadi sel yang digunakan adalah sel reject.

Lalu apa hasilnya?

Dr. Jungiu Huang mengatakan, “Kami mengalami kegagalan, makanya kami berhenti. Kami pikir itu terlalu tidak dewasa untuk dilakukan.” (http://www.nature.com/news/chinese-scientists-genetically-modify-human-embryos-1.17378)

Berdasarkan paparan Dr, Huang, New York Times melaporkan, “Para peneliti China menunjukkan bahwa eskperimen penyuntingan gen yang mereka lakukan hampir pasti menyebabkan kerusakan yang lebih luas daripada yang mereka dokumentasikan, mengingat mereka tidak memeriksa seluruh genom sel embrio.” (http://www.nytimes.com/2015/04/24/health/chinese-scientists-edit-genes-of-human-embryos-raising-concerns.html)

Artinya apa?

Silakan simpulkan sendiri.

Ahli biologi asal Harvard, Dr. Kevin Esvelt, yang mula-mula mempromosikan teknik penyuntingan gen tersebut, belakangan malah balik badan. Menurutnya pengeditan gen malah berpotensi menjadikan sel yang serba salah. Misalnya, gen yang tadinya jinak, malah menjadi agresif.

Simulasi gen yang dilakukannya menghitung bahwa gen yang dihasilkan dengan teknik penyuntingan dapat menyebar ke 99% populasi hanya dalam 10 generasi, dan dapat bertahan selama 200 generasi mendatang. Emejing! (https://www.wired.com/2017/04/creating-zika-proof-mosquitoes-means-rigging-natural-selection/)

Ibaratnya begini: anda disuruh menyantap makanan hasil rekayasa gen yang sangat riskan mengalami mutasi gen yang tidak dikehendaki, tapi sebaliknya mereka mengatakan itu bukan masalah bagi anda. Orang waras mana yang mau mempercayainya?

Sudah tahu kontroversial, mengapa CRISPR tetap digunakan?

Karena adanya 2 entitas utama yang menyokongnya.

Pertama DARPA selaku kepanjang tangan Deep State, yang telah menghabiskan jutaan dollar untuk mengembangkan teknik penyuntingan gen tersebut. (https://news.berkeley.edu/2017/07/19/defense-department-pours-65-million-into-making-crispr-safer/)

Dan kedua ada Bill Gates yang telah konsisten mendukung teknik CRISPR.

Teknik penyuntingan gen harus digunakan secara global untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat, selain untuk mencegah penyakit, terutama malaria. Akan menjadi tragedi untuk melewatkan kesempatan ini,” demikian ungkapnya. (https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-04-10/gene-editing-good)

Bisa disimpulkan, bahwa sang Ndoro melalui kaki tangannya berencana mewujudkan tatanan dunia baru yang berkeadilan dan berkelanjutan dalam hal pangan dan kesehatan, dengan memakai teknologi rekayasa gen, layaknya cerita di negeri dongeng.

Pertanyaannya: apakah anda hidup di negeri dongeng?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!