Janji Surga Sang Ndoro (*Bagian 1)


527

Janji Surga Sang Ndoro (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Dunia akan menjadi lebih baik dengan prinsip keberlanjutan, dan manusia nggak akan mati kelaparan karena pangan masa depan dapat disediakan tanpa kontribusi pertanian yang dapat merusak alam dengan GRK-nya.”

Mungkin itulah kalimat yang tepat dari sang Ndoro besar bagi penduduk dunia. Serasa janji surga, bukan?

Lantas, bagaimana mewujudkan pangan masa depan tanpa keterlibatan pertanian?

Tentu saja dengan teknik penyuntingan gen alias gene editing, yang dilakukan di laboratorium. (baca disini, disini dan disini)

Masalahnya: apakah teknik penyuntingan gen aman bagi manusia?

Sebelum kita jawab pertanyaan itu, kita harus tahu dulu apa itu teknik penyuntingan gen.

Pernah dengar proyek Diversity Seek (DivSeek)?

Secara umum, DivSeek adalab proyek global yang dirilis pada tahun 2015 silam.

Tujuannya nggak lain untuk memetakaan data genetik dari benih yang disimpan di bank gen, dan setelah benih barunya siap, kemudian DivSeek akan mengambil paten atas benih baru tersebut. (https://www.foodsovereignty.org/divseek-initiative-loses-support-international-treaty-plant-genetic-resources-food-agriculture/)

Dengan adanya DivSeek, maka semua benih di dunia bakal menjadi milik pemodal proyek tersebut.

Memang siapa tauke alias pemodal besarnya?

Dialah Bill Gates.

Jadi, dalam melakukan pekerjaannya, DivSeek menggunakan teknik CRISPR agar dapat mengedit gen benih guna menghasilkan benih baru yang tentu saja sesuai dengan keinginan pemodalnya.

Dengan teknologi CRISPR, maka kromosom organisme (benih) dipaksa untuk memprogram ulang DNA yang dimilikinya dengan mematikan sifat pewarisan genetik yang terjadi secara alami, kepada generasi selanjutnya.

Walhasil gen benih hasil rekayasa itu, sama sekali nggak memiliki sifat benih assli alami mereka. (http://www.crisprtx.com/gene-editing/crispr-cas9#:~:text=CRISPR%2FCas9%20edits%20genes%20by,revolutionary%20technology%20into%20transformative%20therapies.)

Singkatnya, tujuan yang hendak dicapai BG adalah memusnahkan spesies yang nggak sesuai dengan keinginannya, sebaliknya menciptakan spesies baru yang sudah pasti sesuai dengan rencana besar yang dimilikinya. (https://www.pnas.org/content/116/16/7692#:~:text=Critics%20and%20groups%20that%20are,nefarious%20uses%20of%20gene%20drive.)

Lantas bagiamana keamanan dari teknik CRISPR itu sendiri?

Teknik CRISPR pertama kali diperkenalkan pada 2013 silam. CRISPR sendiri adalah kepanjangan dari Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats yang berarti pengulangan palindromic pendek yang dikelompokkan secara teratur.

Sedangkan Cas9 sendiri pertama kali diamati pada dekade 1980an sebagai bagian dari mekanisme pertahanan bakteri bersel tunggal (E. Coli), dimana sel-sel tersebut akan mampu menghilangkan ‘penyusup’ yang tidak diinginkan pada struktur mereka. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5319590/)

Belakangan, ahli genetika top dunia Dr. Jennifer Doudna mempresentasikan CRISPR-Cas9 kepada masyarakat global, sebagai platform penyuntingan gen dengan menggunakan protein yang diturunkan dari bakteri. (https://www.researchgate.net/publication/336634450_Enter_CRISPR_Jennifer_Doudna’s_autobiographical_assessment_of_the_science_and_ethics_of_CRISPRCas9)

Dengan adanya CRISPR Cas9, maka para insinyur genetika dapat memilih dan memecah untai ganda DNA dari suatu makhluk hidup, dan menaruhnya pada lokasi yang tepat dalam genom sesuai yang dikehendaki. Ini adalah terobosan spektakuler yang pertama kali ada di dunia.

Aliasnya, CRISPR Cas9 memungkinkan seseoorang untuk ‘membentuk’ varietas baru, sesuai yang dikehendakinya, pada makhluk hidup apapun. Tak terkecuali virus.

Kalo tujuannya positif, tentu nggak masalah.

Tapi bayangkan jika para desainer genetika ingin menghasilkan virus tertentu yang berbeda dari aslinya yang sifatnya ‘lebih ganas’, apa nggak mungkin? Kalo ini terjadi, apa dampaknya?

Masalah keamanan CRISPR, bukan hal yang abrakadabra, karena memang teknologi tersebut nggak sesuai dengan teori di atas kertas pada tataran operasionalnya.

Maksudnya bagaimana?

Apa mungkin suatu teknologi baru yang super ruwet kompleksitasnya, nggak membawa dampak sama sekali saat diterapkan?

Misalnya teknologi 5G yang kini banyak dipakai dimana-mana sebagai konduktor pada 4IR. (https://techwireasia.com/2021/06/5g-will-set-fire-to-the-fourth-industrial-revolution/)

Benarkah teknolgi super canggih 5G nggak membawa dampak apa-apa pada manusia?

Prof. Martin Pall selaku pakar kesehatan dan biokimia mengatakan, “Medan elektomagnetik frekuensi gelombang mikro (EMFs) menghasilkan efek neuropsikiatri yang luas pada manusia.” Jadi efeknya sudah mengarah ke sistem jaringan syaraf.

Silakan baca hasil penelitian Prof. Pall yang sudah ditinjau oleh rekan sejawat (peer review) pada jurnal ilmiah internasional yang tersedia secara online. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0891061815000599)

Dan masih banyak penelitian lainnya yang bicara hal yang sama. Ini saya kasih link-nya agar anda bisa baca-baca. (https://ehtrust.org/)

Point pentingnya adalah: apakah teknologi CRISPR Cas9 nggak punya dampak bagi manusia berdasarkan aktivitas penyuntingan genetika yang dilakukannya?

Pada bagian kedua kita akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!