Program Delusional (*Bagian 2)


524

Program Delusional (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan kita sudah membahas tentang klaim kosong energi hijau yang katanya terjangkau. Fakta di lapangan justru kebalikannya. Kasus di negara misqueen dengan gamblang menyatakan bahwa akses ke energi dengan harga terjangkau hanyalah delusi semata. (baca disini)

Sekarang kita mau bahas klaim selanjutnya. Dikatakan bahwa energi hijau bersifat andal.

Benarkah demikian?

Asal tahu saja bahwa energi terbarukan tidak mampu sepenuhnya menggerakkan industri manufaktur atau industri ‘intensif energi’ lainnya di belahan negara mana-pun.

Kita tahu bahwa energi terbarukan diproduksi oleh industri. Ini disebut sebagai produsen energi. Rystad Energy salah satunya, yang menyediakan energi hijau bagi masyarakat Eropa. (https://energycentral.com/news/rystad-energy-repowereu-europes-big-budget-and-bold-energy-plan-may-fall-short-objectives)

Saat ini, Rystad Energy (yang salah satunya memproduksi panel surya) terpaksa meninggalkan fasilitas produksi mereka karena kenaikan harga energi ‘kotor’ di pasaran. Memangnya untuk memproduksi panel surya, pakai energi apa selain fossil fuel?

Wajar jika harga produk mereka (panel surya dan perangkat lainnya) jadi lebih mahal karena ongkos produksinya mehong. (https://www.rigzone.com/news/european_renewable_energy_supply_chain_under_threat-05-oct-2022-170592-article/)

Itu masalah pertama.

Masalah kedua adalah bagaimana energi terbarukan dapat menghasilkan intensitas energi yang konsisten yang dibutuhkan konsumen. Ini jelas sulit, kalo tidak dikatakan mustahil.

Fakta mengatakan bahwa energi terbarukan bahkan kesulitan untuk menyuplai energi bagi jalur produksi mereka sendiri. Jika swadaya saja sulit, lantas bagaimana bisa memasok energi yang cukup bagi masyarakat luas? (baca disini dan disini)

Perihal pasokan energi, memegang cukup penting untuk dibahas.

Misalnya saat Uni Eropa meluncurkan program REPowerEU di tengah konflik yang berkecamuk antara Ukraina dan Rusia. (https://ec.europa.eu/info/strategy/priorities-2019-2024/european-green-deal/repowereu-affordable-secure-and-sustainable-energy-europe_en)

Penting untuk diketahui bahwa Rusia merupakan kontributor energi utama bagi Eropa. Utamanya sebagai pemasok energi primer seperti minyak mentah, gas alam, hingga angin. (https://ec.europa.eu/eurostat/documents/4187653/13722720/Gross%2Bavailable%2Benergy%2BRussia.jpg/3adf20b4-b959-2c52-6e20-b5149cfcd5d2?t%3D1648451018615)

Dengan adanya fakta ini, mengapa kemudian Uni Eropa malah mendorong konflik berkepanjangan di Ukraina? Bukankah perang akan berimbas pada pasokan energi bagi masyarakat Eropa karena Rusia merupkana pemasoknya? Aneh, bukan? (https://english.almayadeen.net/news/politics/massive-rallies-across-europe-over-soaring-prices-living-cos)

Kembali ke REPowerEU.

Secara mendasar kebijakan yang diterapkan Uni Eropa adalah mengganti energi kotor ke energi terbarukan, dengan asumsi pasokan energinya cukup bagi masyarakat. Sekali lagi ini hanya asumsi.

Sayangnya ini bukan sekedar rencana, karena sudah ada eksekusinya.

Jerman misalnya, yang sejak 2013 silam telah menerapkan kebijakan Energiewende (transisi energi) guna mendorong energi hijau, makin mendorong program REPowerEU. Walaupun ini secara otomatis akan meningkatkan biaya transisi energi secara signifikan. (https://energyskeptic.com/2019/germanys-renewable-energy-program-energiewende-is-a-big-expensive-failure/)

Apakah energi terbarukan di Jerman dapat diandalkan?

Nyatanya, Energiewende sukses membuat warga Jerman menghadapi ketidakstabilan jaringan, dan utamanya pasokan energi yang cukup saat musim dingin tiba.

Musim dingin 2021 adalah salah satu contoh dimana situasi tak berangin dan mendung, akan sulit untuk menggerakkan turbin angin sebagai pemasok energi.

Akibatnya pemadaman listrik terpaksa dilakukan ditengah kekurangan pasokan energi. (https://notrickszone.com/2021/01/28/berlin-on-the-brink-blackouts-loom-as-coal-plants-running-at-100-capacity-struggle-to-keep-lights-on-in/)

Mungkin mengacu pada hal ini, Jerman terpaksa membuka kembali Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (PLTB) yang sebelumnya telah ditutup karena ada program transisi ke energi hijau. (https://www.forbes.com/sites/juliecoleman/2022/07/08/germany-reopens-coal-plants-because-of-reduced-russian-energy/?sh=7514af957350)

Bahkan perusahaan energi RWE terpaksa membongkar ladang turbin angin-nya di dekat Lutzerath untuk memperluas tambang batu bara Garzweiler. (https://www.theguardian.com/world/2022/oct/26/german-windfarm-coalmine-keyenberg-turbines-climate)

Kenapa ini dilakukan?

Karena energi terbarukan nggak bisa diandalkan dalam menghasilkan pasokan energi yang dibutuhkan. Ini jelas nggak realistik.

Kalopun mau melakukan proses transisi energi kotor, maka penggunaan tenaga nuklir yang paling bisa diandalkan sebagai substitusinya. (https://www-pub.iaea.org/MTCD/Publications/PDF/Pub1754web-26894285.pdf)

Masalahnya, dengan adanya program Energiewende yang digulirkan pemerintah Jerman, maka bukan saja energi batu bara dan fossil fuel lain-nya yang akan diberangus, tapi juga energi yang dihasilkan tenaga nuklir. (https://abcnews.go.com/International/wireStory/correction-germany-nuclear-shutdown-story-82051054)

Jadi nuklir nggak bisa dipakai sebagai energi alternatif pengganti fossil fuel. Ke laut ajee..

Terlebih lagi, pemerintah Jerman telah ketok palu untuk bergerak menuju pembangkit listrik terbarukan di tahun 2030 mendatang. Sungguh sangat nekat. (https://renewablesnow.com/news/german-govt-approves-plan-for-wind-solar-push-780099/)

Ini ironis, mengingat Pengadilan Auditor Federal Jerman justru mengeluarkan laporan yang intinya himbauan agar pemerintah tidak melanjutkan program transisi energi karena dapat mendatangkan malapetaka.

“Sejak 2018, keberhasilan untuk membentuk transisi energi sangatlah kecil. Ini bukan saja membahayakan Jerman sebagai lokasi bisnis, tapi juga membebani kemampuan keuangan perusahaan dan rumah tangga pribadi yang mengonsumsi listrik,” begitu kurleb-nya.

(https://www.welt.de/wirtschaft/article229449033/Energieversorgung-Bundesrechnungshof-warnt-vor-Stromluecke.html)

Apakah laporan ini digubris? Jangan harap.

Terlepas dari semua masukan, pada akhirnya proyek energi terbarukan akan terus berjalan. Meskipun nggak bisa diandalkan dalam menghasilkan pasokan energi yang cukup, nyatanya proyek sang Ndoro besar ini terus melaju dengan iming-iming energi ramah lingkungan dengan harga terjangkau.

Manyun-manyun deh..

Pada bagian ketiga tulisan kita akan gali lebih dalam tentang program abracadabra ini.

Salam Demokrasi!!

Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!