Penipuan terhadap Sains
Oleh: Ndaru Anugerah
Apa benar kalo orang yang disuntik vaksin akan memiliki risiko yang jauh lebih kecil untuk terinfeksi dan menularkan virus Kopit, ketimbang orang yang nggak disuntik vaksin?
Tentang ini saya pernah bahas dalam 2 seri tulisan. (baca disini dan disini)
Jadi, vaksin Kopit nggak bisa mencegah seseorang untuk tidak terinfeksi maupun menghentikannya sebagai penyebar virus. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32507409/)
Kalo begitu, vaksinasi juga nggak akan mungkin membentuk kekebalan kawanan.
Kenapa?
Karena dengan adanya kekebalan kawanan berarti suatu populasi telah terlindungi dari virus, sehingga menjadi kebal terhadap infeksi yang ditimbulkannya. Lha gimana mau ‘terlindungi’ kalo vaksin nggak bisa mencegah infeksi dan penyebaran virus?
Kalo beneran ada penelitian/jurnal ilmiah yang mengatakan bahwa vaksinasi dapat mencegah infeksi dan penyebaran virus, tolong tunjukin deh ke saya. Karena memang nggak ada penelitian seperti itu.
Wajar jika kemudian WHO menyatakan diawal bahwa, “We do not know whether the vaccines will prevent infection and protect against onward transmission.” (https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/the-moderna-covid-19-mrna-1273-vaccine-what-you-need-to-know)
Meskipun belakangan WHO menganulir apa yang sudah dikatakannya dengan menyatakan bahwa vaksinasi dapat membentuk kekebalan kawanan. (https://www.who.int/news-room/q-a-detail/herd-immunity-lockdowns-and-covid-19)
Cendol deh. Kebijakan kok selalu direvisi? Lockdown direvisi. PCR juga direvisi. Bahkan definisi kekebalan kawanan juga direvisi. (baca disini)
Namun, bukan berarti konsep kekebalan kawanan yang dianjurkan WHO sudah benar. Nyatanya itu hanya dibangun berdasarkan asumsi dan nggak ada penelitian yang dapat menunjang kebijakan tersebut. (baca disini)
Ini jelas penipuan terhadap sains.
Terus, bagaimana penanganan yang tepat merujuk pada sains?
Strategi yang tepat adalah mengembangkan kekebalan kawanan alami seperti yang diusulkan oleh puluhan ribu dokter dan ilmuwan terkenal di seluruh dunia pada Oktober silam. (https://gbdeclaration.org/)
Dan ini justru tidak mengindahkan sains, tetapi malah mengedepankan sains.
“Kalo begitu kejadiannya, mana mungkin program Ndoro besar bisa digelar sih Bang?”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments