Itu Terapi Gen, Dok! (*Bagian 2)


525

Itu Terapi Gen, Dok! (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan saya sudah mengulas tentang beda vaksin dan terapi gen. Dan m-RNA bukanlah vaksin, setidaknya mengacu pada definisi yang telah saya berikan. (baca disini)

Lantas apakah m-RNA merupakan terapi gen?

Tentu saja.

Setidaknya American Society of Gene and Cell Therapy (ASGCT) menegaskan hal itu. “Kandidat vaksin C19 (dari Moderna dan Pfizer) menunjukkan bahwa terapi gen sebagai strategi yang layak untuk digunakan.” (https://www.asgct.org/research/news/november-2020/covid-19-moderna-nih-vaccine)

Pada tataran teknis, kedua kandidat vaksin tersebut menggunakan m-RNA untuk memprogram sel seseorang untuk menghasilkan banyak salinan fragmen virus. Fragmen inilah yang kemudian merangsang sistem kekebalan jika virus mencoba menyerang tubuh.

Dengan kata lain, m-RNA mengirimkan versi sintetis m-RNA ke dalam sel seseorang yang membawa instruksi untuk menghasilkan protein lonjakan SARS-CoV-2 yang kemudian mengaktifkan sistem kekebalan seseorang dalam menghasilkan antibodi.

Itu sebab dalam situsnya Moderna menyatakan, “Tidak seperti vaksin yang dibuat dari virus yang dilemahkan, m-RNA 1273 tidak dibuat dari bahan tersebut, melainkan dari messenger RNA atau kode genetik yang memberi tahu sel bagaimana membuat protein yang dapat membantu sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawan virus.” (https://www.modernatx.com/cove-study)

Majalah Wired menegaskan kembali, “Bahan aktif di dalam m-RNA adalah rangkaian kode genetik yang bergerak dan berisi cetak biru untuk protein. Jadi m-RNA akan mengarahkan sel apapun yang dijangkau untuk menjalankan program antisipasi pengembangan lonjakan virus Korona.” (https://www.wired.com/story/why-its-a-big-deal-if-the-first-covid-vaccine-is-genetic/)

Bukan itu saja. David Martin PhD menyatakan, “Moderna mendeskripsikan produknya bukan sebagai vaksin tetapi sebagai teknologi terapi gen. Sehingga baik Pfizer maupun Moderna tidak bisa membuat klaim bahwa produk mereka dapat menciptakan kekebalan atau mencegah penularan.” (https://www.davidmartin.world/wp-content/uploads/2021/01/BotW_transcript_01112021.pdf)

Bahkan FDA menyatakan bahwa m-RNA yang diajukan oleh Moderna sebagai produk terapi gen dan bukan vaksin. (https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/1682852/000168285220000017/mrna-20200630.htm)

Dalam sebuah artikel pada Februari 2021 silam, MIT Technology Review juga menyatakan hal yang kurleb sama tentang vaksin Moderna, “Vaksin bukanlah fokus mereka, karena menggunakan teknologi m-RNA untuk mendorong tubuh seseorang menghasilkan protein yang dibutuhkan.” (https://www.technologyreview.com/2021/02/05/1017366/messenger-rna-vaccines-covid-hiv/)

Bloomberg malah bicara lebih gamblang, “Vaksin Moderna akan mengubah tubuh manusia menjadi mesin pembuat vaksin.” (https://www.bloomberg.com/features/2020-moderna-biontech-covid-shot/)

Jadi jelas ya Dok, bahwa yang berbasis m-RNA itu bukan-lah vaksin melainkan terapi gen. Itu yang ngomong bukan saya, tapi para narasumber yang kompeten. Apa anda merasa lebih kompeten ketimbang orang-orang tersebut?

Sehingga kalo bisa disimpulkan, terapi gen adalah proses memodifikasi atau memanipulasi ekspresi gen, ataupun mengubah sifat biologis sel hidup. Jadi m-RNA akan menginstruksikan sel anda untuk menghasilkan protein.

Dan terapi gen ini cocok dengan definisi yang dibuat oleh kalangan medis maupun hukum dan bukan definisi jadi-jadian yang dibuat Merriam-Webster. (https://web.archive.org/web/20210226153704/https://www.merriam-webster.com/dictionary/vaccine)

Masalahnya nggak cukup sampai disini.

Dalam sebuah podcast, David Martin PhD menyatakan bahwa C19 bukanlah penyakit, melainkan serangkaian gejala klinis yang dikaitkan dengan influenza maupun penyakit demam lainnya. Wajar jika kemudian WHO kebingungan sendiri atas kondisi tersebut. (https://www.westonaprice.org/podcast/its-gene-therapy-not-a-vaccine/)

Gimana nggak.

Orang yang nggak punya gejala penyakit, nyatanya begitu di test PCR hasilnya positif. Apa nggak pusing? Analoginya adalah: bagaimana mungkin orang tanpa gejala sakit gigi, kemudian divonis telah mengidap sakit gigi?

Lantas untuk mengatasi hal ini, timbullah istilah abrakadabra pada orang tersebut: ‘pembawa asimtomatik’ alias Orang Tanpa Gejala (OTG) karena bingung mau bilang apa. Yang aya-aya wae…

Dengan semua ini, maka hanya asumsi belaka yang kemudian dipakai, bahwa terapi gen yang diusung oleh m-RNA dapat menginstruksikan tubuh untuk menghasilkan antigen SARS-CoV-2. Buat apa itu semua, karena belum ada buktinya bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan Kopit.

Apa yang bisa disimpulkan, Dok?

Bahwa suntikan m-RNA bukanlah vaksin, karena nggak bisa mencegah infeksi, nggak bisa buat anda kebal terhadap virus dan nggak bisa mencegah penularan penyakit.

Dilain pihak, anda yang disuntik dengan ‘vaksin’ berjenis m-RNA, akan otomatis mengubah kode genetik anda, mengubah anda menjadi pabrik protein virus secara terus menerus karena nggak ada saklar OFF-nya. Apa iya proses tersebut nggak berbahaya pada tubuh anda?

Sampai disini jelas ya, Dok? Silakan dilanjut TikTok-annya..

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!