Pengujian Vaksin di Benua Hitam
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, vaksin Kopit rencananya akan diujicobakan di Afrika,” begitu ungkap seseorang kepadaku melalui whatsapp beberapa minggu yang lalu.
Menanggapi hal itu, saya cuma bisa senyum-senyum sendiri.
Kenapa?
Karena saya sudah tahu rencana itu sebelumnya. Saya akan buktikan.
Sebagain informasi, uji vaksin C19 (yang sudah paten) pertama di dunia, sudah dimulai pada 24 Juni silam bertempat di Afrika Selatan. Ujicoba dimulai di Johannesburg dan Pretoria, setelah itu baru menyebar ke wilayah lain dari negara tersebut.
Lantas vaksinnya darimana?
Vaksin dikembangkan oleh Jenner Institute di Universitas Oxford, yang rencananya akan menyasar pada 2000 orang di Afrika Selatan. (https://www.cfr.org/blog/trials-covid-19-vaccine-candidate-begin-south-africa)
Kenapa juga Afrika Selatan yang disasar percobaan vaksin?
Karena Afrika Selatan adalah negara di Afrika yang paling parah terkena pandemi si Kopit, hingga saat ini. Begitu kurleb laporannya. (https://sacoronavirus.co.za/)
Terus, saya tahu darimana bahwa Afrika yang akan jadi tempat mula-mula, untuk pengujian vaksin di Kopit?
Simak pernyataan Melinda Gates yang diliput oleh Forbes (23/6): “Ada 60 juta petugas kesehatan [di seluruh dunia]. Mereka pantas mendapatkan vaksin terlebih dahulu, merekalah yang berurusan dengan ini di garis depan, berusaha menjaga kita semua aman. Dan kemudian Anda harus mulai berjenjang dari sana, berdasarkan negara dan populasi. Di sini di Amerika Serikat, orang-orang berkulit hitam yang benar-benar harus mendapatkannya terlebih dahulu dan banyak orang pribumi, serta orang-orang dengan gejala yang mendasarinya, dan kemudian orang-orang tua.” (https://www.forbes.com/sites/jenniferwang/2020/06/23/bill-and-melinda-gates-have-sharp-words-for-us-lack-of-leadership-in-fighting-pandemic/)
Artinya apa? Yang bakalan dapat vaksin duluan adalah negara dengan populasi terpadat di dunia. Negara manakah itu?
Coba simak apa yang dikatakan BG pada September 2018 silam?
“Pertumbuhan populasi yang (sangat) cepat di beberapa negara termiskin di Afrika dapat membahayakan kemajuan di masa depan dalam rangka pengurangan kemiskinan global dan juga peningkatan kesehatan.” (https://www.weforum.org/agenda/2018/09/africas-rapid-population-growth-puts-poverty-progress-at-risk-says-gates/)
Aliasnya, negara yang disasar untuk mendapatkan prioritas vaksin si Kopit (lewat proses ujicoba) adalah negara yang ada di Afrika. Ini klop dengan penyataan MG yang menyatakan bahwa orang berkulit hitam dan ‘pribumi’ juga yang akan dapat prioritas vaksin, walaupun itu di Amrik sekalipun.
Makanya saya nggak kaget menanggapi pesan yang diberikan oleh seseorang, di awal tulisan.
Tentang rencana ini, presiden Tanzania, Dr. John Magufuli sudah tahu skenario-nya. Makanya di tahun 2018, sang Bulldozer menghimbau untuk segenap kaum hawa yang ada di negara tersebut, untuk ramai-ramai menolak program Keluarga Berencana yang gencar dipromosikan PBB. (baca disini)
“Jangan menggunakan alat kontrasepsi,” demikian seruan Magufuli. (https://edition.cnn.com/2018/09/11/africa/tanzania-birth-control-magufuli-intl/index.html)
Magufuli cuma mau ngomong bahwa ‘ADA RENCANA JAHAT ELITE GLOBAL’ untuk mengurangi jumlah populasi orang Afrika dengan berbagai cara. Memakai alat kontrasepsi dan menjadikannya sebagai kelinci percobaan vaksin adalah beberapa contohnya.
Sebagai imbasnya, kini Magufuli tengah menjadi incaran elite global untuk ‘dijatuhkan’. Dengan isu apa? Apalagi kalo nggak PELANGGARAN HAM dan kasus KORUPSI.
Padahal kalo mau kritis, banyak negara-negara di Afrika yang menjalankan sistem kediktatoran ala militer sekaligus rejim yang korup. Namun, karena disokong oleh Amrik, beritanya nyaris tak terdengar. Saya pernah singgung tentang hal ini. (baca disini)
Lantas kenapa juga orang dari Benua Hitam yang disasar oleh elite global?
“Benua Hitam itu kaya akan sumber daya alam yang nggak ternilai harganya,” kataku.
Nggak aneh bila sejak 1960an, AS mencoba mengontrol wilayah ini. Caranya? “Siapun pemimpin yang berkuasa, harus mau di dikte oleh Washington. Kalo nggak, ancaman kudeta militer-lah ganjarannya,” begitu kurlebnya.
Coba tengok apa yang terjadi pada presiden Patrice Lumumba (dari Zaire/Kongo) dan presiden Kwane Nkrumah (dari Ghana) yang terjadi pada dekade 1960an, akibat mereka berdua menolak untuk dijadikan ‘boneka’ oleh AS. (https://www.theguardian.com/global-development/poverty-matters/2011/jan/17/patrice-lumumba-50th-anniversary-assassination) (https://www.nytimes.com/1978/05/09/archives/cia-said-to-have-aided-plotters-who-overthrew-nkrumah-in-ghana.html)
Pernah dengar AFRICOM alias US Africa Command yang dibuat di era Bush (2007) sebagai kepanjangan dari Perang Dingin melawan Uni Soviet di Afrika?
Ngapain juga badan itu dibentuk di Afrika (dengan mendirikan banyak pangkalan militer disana), kalo Afrika nggak memiliki sumber daya alam yang potensial? (https://www.researchgate.net/publication/228746120_The_United_States_Africa_Command_security_for_whom)
Aliasnya apa? Afrika SANGAT KAYA SDA-NYA, dan pangkalan militer AS di Benua Hitam sengaja didirikan untuk MENGHENTIKAN PENGARUH CHINA dan RUSIA pada benua tersebut saat ini.
Jadi bukan karena alasan untuk menjaga kemananan dunia. Prett itu mah. Yang benar karena alasan MENJAGA KEAMANAN DAN KEPENTINGAN AMERIKA DI SANA.
Sampai sini paham, kan sayang?
Namun sial betul jadi warga Afrika. Sudah hasil alamnya dikeruk habis-habisan oleh elite global, rakyatnya masih (dibuat) terbelakang dan banyak warganya banyak yang kelaparan. Eh, masih juga dijadikan kelinci percobaan.
Tapi ada good news-nya nih guys…
Saat ujicoba vaksin C19 dilakukan di Johannesburg (24/6), terjadi resistensi dimana rakyat Afsel ketakutan setengah mati terhadap ujicoba vaksin si Kopit dan menggelar aksi demonstrasi dengan membakar masker penutup wajah sebagai simbol penolakan. (https://www.fox5dc.com/news/protest-versus-africas-1st-covid-19-vaccine-test-shows-fear)
Saking parahnya tingkat resistensi, sampai CEO GAVI – Seth Berkley – angkat suara, “Sentimen anti vaksin di Afrika adalah YANG TERBURUK yang pernah saya lihat.”
Artinya apa?
Rakyat Afrika nggak bodoh-bodoh amat untuk tahu, bahwa vaksin si Kopit bukan saja nggak efektif, tapi juga dapat membawa konsekuensi buruk buat nyawa mereka ke depannya. “Emang kita orang apaan, kok mau dijadiin kelinci percobaan?”
Mungkin elite global lupa. Dengan adanya internet di seluruh dunia, menjadikan masyarakat jadi melek informasi atas semua rencana jahat mereka. Termasuk rakyat di Afrika.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments