Upaya Menggoyang Sang Bulldozer


524

Upaya Menggoyang Sang Bulldozer

Oleh: Ndaru Anugerah

Siapa presiden dari benua Afrika yang paling dicecar oleh media mainstream Barat saat ini?

Sang Bulldozer Dr. John Pombe Magufuli, jawabannya.

Setidaknya media mainsteam sekelas Bloomberg News telah menempatkan wartawan seniornya – Antony Squazzin – dalam upaya menggoyang sang Bulldozer. “Bulldozer Afrika telah menabrak si Kopit, dan mengklaim Tuhan ada bersamanya,” begitu kurleb isi beritanya. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-06-19/africa-s-bulldozer-runs-into-covid-19-claims-god-on-his-side)

Bukan itu saja, bahkan Squazzin telah menyebut presiden Magufuli sebagai presiden Maverick yang ada dalam cerita fiktif marvel.

Dan lebih gilanya lagi, Squazzin bahkan mengklaim banyak kematian akibat si Kopit di Tanzania yang sengaja ditutup-tutupi oleh Magufuli. “Banyak kematian dan penguburan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan Tanzania di malam hari,” ungkap Squazzin sambil mengutip unggahan video dari Al Jazeera. (https://www.youtube.com/watch?v=NLsft6BMmdU&feature=youtu.be)

Walaupun video yang diklaimnya itu nggak menggambarkan apapun, mengingat di benua Afrika banyak terjadi wabah mematikan seperti Ebola yang penguburannya menggunakan protokol ala C19. Tapi itupun terjadi beberapa tahun silam, bukan saat ini.

Lantas apa yang membuat seorang Magufuli layak dicecar oleh elite global melalui kaki tangan media mainsteam miliknya? Apakah karena Magufuli kerap menggunakan kata Tuhan dalam setiap kebijakan yang diambilnya, supaya terlihat lebih relijius?

Ini tidak ada kaitannya dengan pernyataan relijius yang kerap dipakai Magufuli. Bukan itu alasannya. Lalu apa? Setidaknya ada 3 kesalahan ‘fatal’ yang dilakukan sang Bulldozer.

Pertama, karena keberaniannya dalam mengungkap skandal alat pengujian C19 yang ternyata jauh dari kata reliabel alias dapat diandalkan.

“Ketika kami mengambil sampel dari pepaya dan menamainya Elizabeth Ane, 26 tahun, perempuan. Pengujian menggunakan alat rapid test, hasilnya positif. Ketika kami mengambil sampel dari oli mobil dan menamainya Jabil Hamza, 30 tahun pria. Dan pengujian menggunakan alat rapid test hasilnya negatif…. Apakah lantas pepaya perlu dikarantina karena terbukti positif C19 sementara oli mobil tidak?” begitu kurleb pernyataan Magufuli.

Pernyataan Magufuli cukup fundamental. Pertama dia berbicara tentang ngawurnya sistem pengujian C19. Harusnya alat uji yang dipakai bersifat reliabel sehingga tidak dapat mendeteksi positif atau negatif pada obyek BUKAN MANUSIA. Eh ini kok malah ngawur nggak karu-karuan. Masa pepaya mengandung Corona?

Kedua Magufuli bicara tentang konspirasi jahat yang ada pandemi abal-abal ala si Kopit, dibalik alat rapid test yang digunakan. “Ketika anda perhatikan kasus ini, JELAS ADA PERMAINAN KOTOR YANG SEDANG DIMAINKAN LEWAT ALAT TES INI. Bisa saja orang yang bekerja di laboratorium telah dibeli dan dibayar oleh pihak tertentu,” ungkap Magufuli.

Bisa disimpulkan, Magufuli tengah menyasar permainan elite global lewat pandemi palsu di Kopit, dimana mata dunia kembali dibuka oleh pernyataan Magufuli tersebut. Magufuli cuma mau ngomong, “Ngapain pake di test-test segala, wong alat test-nya juga ngawur.”

Hal selanjutnya yang cukup fatal dilakukan oleh Magufuli adalah memecat pakar kesehatan dan petugas laboratorium yang diduga melakukan penggelembungan angka kematian akibat si Kopit.

Selanjutnya, Tanzania tidak merilis lagi angka kematian akibat si Kopit di negaranya.

Bukan itu saja, Magufuli juga menyarankan warganya untuk tidak menggunakan masker, memperbolehkan pernikahan berlangsung selama masa pandemi, hingga membuka kembali sekolah dan tempat publik lainnya. “Tuhan akan melindungi Tanzania dan kita telah menang melawan Corona,” begitu kurleb seruan Magufuli. (https://www.bbc.com/news/world-africa-52966016)

Langkah berani lainnya yang dilakukan Magufuli adalah menahan setidaknya 13 aktivis (mahasiswa, wartawan hingga politisi) yang kerap mengkritik kebijakan Magufuli dalam menangani pandemi C19, sejak 23 Maret silam, karena dinilai provokatif. (https://monitor.civicus.org/updates/2020/04/22/tanzania-dissidents-and-critics-bear-heavy-brunt-increasing-restrictions-expression/)

Warbiyasah. Bayangkan jika seluruh pemimpin Afrika (dan dunia) mengikuti langkah yang diambil Magufuli, apa nggak kacau rencana vaksinasi global plus yang dibesut oleh elite global?

Dan ketiga Magufuli dinilai tengah menyerang program depopulasi yang tengah dimainkan oleh elite global utamanya di Afrika sejak 2018 silam.

“Saya menghimbau kepada segenap perempuan yang ada di Tanzania, UNTUK BERHENTI MINUM PIL KB KARENA NEGARA MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK ORANG UNTUK BEKERJA,” ungkap Magufuli. (https://www.cnn.com/2018/09/11/africa/tanzania-birth-control-magufuli-intl/index.html)

“Mereka yang menganjurkan pemakaian kontrasepsi adalah orang asing uang memiliki MOTIF JAHAT,” tambah Magufuli. (https://www.reuters.com/article/us-tanzania-politics/president-urges-tanzanias-women-to-set-ovaries-free-have-more-babies-to-boost-economy-idUSKCN1U51AZ)

Magufuli ngomong tentu ada dasarnya, nggak asbun. Gitu-gitu dia seorang Doktor di bidang Kimia. Begitupun saat dia menyerang program depopulasi manusia yang didengungkan oleh badan dunia (sebagai kepanjangan tangan elite global).

Bukankah tujuan akhir vaksinasi global plus, arahnya kesana? (baca disini, dan disini)

Makin menarik mengikuti sepak terjang presiden gaek sekelas John Magufuli di Tanzania. Satu hal yang penting diapresiasi adalah bagaimana dia sebagai pemimpin, telah berani pasang badan untuk kepentingan bangsanya. Meskipun Magufuli sadar, posisinya berada diujung tanduk, karena berani melawan skenario jahat elite global.

Nggak percaya?

Coba tilik apa yang telah dilakukan seorang Magufuli kepada rakyatnya. Sejak terpilih di tahun 2015, dia telah memangkas gajinya sendiri dari sekitar USD 15 ribu/bulan menjadi hanya sekitar USD 4 ribu/bulan. Bukan itu saja, demi alasan efisiensi dia memangkas 30 kementerian menjadi hanya 11 kementerian.

Dan yang perlu mendapatkan acungan jempol adalah tindakannya dalam memotong pengeluaran pemerintah yang berlebihan di berbagai departemen, termasuk perjalanan ke luar negeri oleh pejabat, yang kemudian uangnya disalurkan untuk mengobati para penderita AIDS di Tanzania. (https://en.wikipedia.org/wiki/John_Magufuli)

Akankah seorang John Magufuli berhasil digulingkan oleh elite global?

Apa perlu kita tanyakan pada kandang kambing yang bergoyang?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!