Menyoal Makanan Ultra Proses


522

Menyoal Makanan Ultra Proses

Oleh: Ndaru Anugerah – 06062024

“Bang, bisa bahas soal makanan ultra proses?” pinta seorang netizen.

Secara definitif, makanan ultra proses alias Ultra Processed Food (UPF) adalah makanan yang diformulasikan secara industri yang berasal dari makanan alami atau sintesis dari senyawa organik lainnya.

Karena hadirnya bahan tambahan makanan seperti pengawet, pewarna dan perasa, maka UPF sangat diminati oleh banyak kalangan, karena rasanya dan secara ekonomis menguntungkan. (https://en.wikipedia.org/wiki/Ultra-processed_food)

UPF pertama kali hadir di era 1980an, dan menjadi booming saat klasifikasi makanan Nova diperkenalkan PBB di tahun 2009 silam merujuk pada penelitian asal Brazil. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10261019/)

Apa bentuk dari UPF yang paling banyak ditemui di pasaran?

Dari mulai mie instan, nugget ayam, hot dog, makanan sereal, makanan siap saji (biasanya dalam kemasan), makanan panggang, makanan ringan hingga minuman ringan (baik yang ada di botol maupun kotak) dan juga permen, es krim, kue-kue serta nggak ketinggalan permen.

Lantas apa masalahnya dengan UPF?

Penelitian yang dirilis pada tahun 2019 silam di Brazil, mendapatkan bahwa konsumsi makanan UPF disana, berkaitan erat dengan lebih dari 10% kematian dini yang seharusnya dapat dicegah. (https://doi.org/10.1016/j.amepre.2022.08.013)

Masalahnya, Brazil bukanlah negara berpenghasilan tinggi seperti AS, Kanada, Inggris, Jerman ataupun Australia. Masyarakat Brazil jauh lebih sedikit mengkonsumsi produk-produk UPF, dan biasanya negara dengan penghasilan tinggi jauh lebih banyak konsumsi produk UPF.

Kalo di Brazil tingkat kematian dini-nya mencapai 10%, di negara-negara maju berapa?

Kembali ke laptop.

Seiring perkembangan jaman, UPF terus menggantikan konsumsi makanan tradisional, seperti nasi, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Dampaknya, makin banyak kematian yang disebabkan UPF seperti: obesitas, kardiovaskular, diabetes hingga kanker.

Itulah yang namanya kematian dini. Harusnya nggak mati, jadi meninggoy gegara kerap mengkonsumsi produk-produk UPF.

Kenapa pemerintah menjadi tidak berdaya terhadap produk-produk UPF?

Karena adanya kesepakatan perdagangan bebas global yang melibatkan WTO, yang intinya melegalisasi produk-produk UPF yang dihasilkan oleh perusahaan transnasional. Yang terjadi kemudian, pemerintah justru memberikan endorsement terhadap produk UPF karena klausul perdagangan bebas tersebut.

Di Meksiko misalnya, pemerintah menjadi lemah oleh ‘tekanan’ korporat penghasil UPF. Akibatnya para korporat sukses mengambil alih jalur distribusi pangan dan menggantikan pangan lokal dengan makanan serba olahan yang harganya murce.

Ini bisa terjadi karena adanya Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang menyebabkan arus investasi langsung dalam pengolahan makanan dan perubahan struktur ritel Meksiko selain munculnya perusahaan agribisnis global dan juga makanan. (https://www.grain.org/article/entries/5170-free-trade-and-mexico-s-junk-food-epidemic)

Dengan adanya NAFTA, maka pemerintah otomatis menghapus aturan yang mencegah investor untuk memiliki saham lebih dari 49% pada sebuah perusahaan. NAFTA juga meniadakan aturan yang awalnya melarang jumlah minimum kandungan dalam negeri pada sebuah produk.

Jadi semua mengacu pada keuntungan yang didapat investor semata, dan itu-pun investor asing bukannya investor lokal.

Bagaimana para investor produk UPF bisa dengan mudah masuk ke suatu negara dan kemudian mendapatkan endorsement dari pemerintah?

Selain adanya regulasi, para investor produk UPF juga mendapatkan sokongan dari kelompok ‘bayangan’ yang kerap melakukan lobi-lobi politik bagi produk UPF.

Mungkin anda pasti pernah mendengar tentang International Life Sciences Institute (ILSI)?

Silakan baca ulasan saya tentang lembaga tersebut. (baca disini dan disini)

Secara umum, ILSI adalah NGO yang didirikan oleh Alex Malaspina di 1978 silam setelah mendapatkan sokongan dana dari Coca Cola yang termasuk dalam kartel sang Ndoro besar. (https://en.wikipedia.org/wiki/International_Life_Sciences_Institute)

Melalui ILSI, banyak anggota-anggotanya yang sengaja disusupkan ke badan-badan kesehatan dan gizi di banyak negara. Tujuannya nggak lain dan nggak bukan untuk mempengaruhi kebijakan yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Tentu saja selaras dengan kepentingan kartel sang Ndoro besar.

Singkatnya, melalui ILSI kartel sang Ndoro (dari mulai Coca Cola, DuPont, PepsiCo, Danone hingga Monsanto dan Roundup) menyalurkan dana-nya. (https://www.nytimes.com/2019/09/16/health/ilsi-food-policy-india-brazil-china.html)

Berpegang pada prinsip ‘tidak ada makan siang yang gratis’, maka hadirnya agen-agen ILSI di banyak negara, sarat dengan kepentingan sang Ndoro besar.

Ini cukup beralasan, karena di tahun 2020 silam, penelitian yang diterbitkan Sarah Steele pada Nutrisi Kesehatan Masyarakat menegaskan bahwa ILSI nggak lain adalah alat propaganda industri. (https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/pushing-partnerships-corporate-influence-on-research-and-policy-via-the-international-life-sciences-institute/C42EDA188F5E66983D80C8A44E90AB21/core-reader)

Berdasarkan temuannya, Steele mengungkapkan ‘pola aktivitas’ dimana ILSI berupaya mengeksploitasi kredibilitas ilmuwan dan akademisi demi mempekuat posisi industri selain mempromosikan konten buatan industri dalam pertemuan, jurnal dan aktivitas lainnya.

Ini diperkuat dengan pernyataan Gary Ruskin selaku Direktur Eksekutif USRTK, “ILSI sangat berbahaya karena berkeinginan agar para konsumen tetap mempertahankan produk industri makanan olahan, minuman manis dan junk food lain-nya yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya.” (https://usrtk.org/wp-content/uploads/2021/01/USRTK-in-BMJ.pdf)

Terus dimana peran lembaga global sekelas WTO?

Mereka bertindak sebagai lembaga administratif para industrialis, meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus merusak  kesehatan masyarakat dan memperpendek umur manusia.

Jangan heran jika agenda yang diusung adalah isu-isu seperti: pasar global, makanan olahan, kebutuhan sistem pangan modern alias yang jadi target dalam Sustainable Development Goals 2030 di sektor pangan. Karena memang sang Ndoro besar punya kepentingan disana.

Semoga anda paham tentang UPF ini dan implikasinya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!