Lebih Digdaya (*Bagian 2)


518

Lebih Digdaya (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bagian kedua tulisan ‘Lebih Digdaya’, kenapa belum muncul?” tanya seorang netizen kepada saya. Saya hanya tersenyum membaca pertanyaan tersebut.

Kerjaan sebagai analis sangat berat. Salah satunya harus cari literatur valid yang dapat mendukung analisa yang saya buat. Dan ini sangat time consuming. Wajar jika kemudian saya agak keteter dalam melanjutkan analisa berseri, karena keterbatasan sumber daya yang saya punya.

Sabar adalah kunci utamanya, selain peran serta aktif anda untuk kasih donasi, ya minimal mengklik iklan yang ada di portal ini, agar pekerjaan saya ke depannya menjadi lebih mudah. Dan sekali lagi, itupun kalo anda bersedia. Pun anda keberatan, toh nggak ada paksaan.

Oke kita lanjut.

Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas tentang BlackRock yang memberi jalan pada seorang Biden untuk maju sebagai presiden AS menggantikan Trump. Dan ini nggak gratis, karena BlackRock berhasil ‘menaruh’ orang-orangnya pada pemerintah Biden. (baca disini)

Tidak hanya Biden, The Fed selaku bank sentral AS, juga ada dalam kendali BlackRock, dimana nasib aset unggulan bank sentral tersebut, nyatanya ‘dipercayakan’ pada BlackRock.

Misalnya BlackRock dikasih ‘kepercayaan’ untuk mengelola program sekuritas berbasis hipotek komersial dan pembelian obligasi primer/sekunder perusahaan selain Exchange Trade Funds-nya dengan nilai kontrak jumbo tanpa penawaran. (https://www.wsj.com/articles/fed-hires-blackrock-to-help-calm-markets-its-etf-business-wins-big-11600450267)

Luar biasa, betapa sangat baiknya The Fed pada BlackRock.

Wajar jika kemudian lembaga non-profit sekelas Campaign for Accountability (CfA) mengatakan dalam laporannya, “BlackRock selaku manajer aset terbesar di dunia, telah menerapkan strategi lobi, dan cara-cara lainnya dalam upaya memantapkan dirinya sebagai perusahaan keuangan paling kuat di dunia.” (https://campaignforaccountability.org/new-report-details-how-blackrock-fought-off-government-regulation-by-spending-big-in-washington/)

Bahkan menurut CfA, BlackRock sangat rentan terpapar risiko sistemik layaknya sistem perbankan pada umumnya, mengingat besarnya aset yang dikelolanya. Tapi ini menjadi mentah dengan aksi lobi-lobi yang dibuat oleh BlackRock.

CfA bukan satu-satunya pihak yang berteriak lantang soal BlackRock.

Wartawan keuangan senior Pam dan Russ Martens juga mengkritik tentang peran BlackRock yang cukup dominan pada bank sentral AS tersebut. (https://wallstreetonparade.com/2020/06/blackrock-authored-the-bailout-plan-before-there-was-a-crisis-now-its-been-hired-by-three-central-banks-to-implement-the-plan/)

Pertanyaannya: apakah antara The Fed dan BlackRock nggak ada benang merahnya? Apakah mereka berdua merupakan entitas yang saling lepas, atau justru mereka berdua terkoneksi erat?

Mungkin ini pertanyaan retorik. Bagi anda selaku penggila geopolitik pasti tahu bahwa kedua entitas tersebut tidak saling lepas, justru mereka saling terkoneksi.

Coba anda bayangkan bagaimana bisa ‘proyek’ The Fed yang bernilai jumbo dapat diberikan kepada BlackRock tanpa adanya penawaran? Lha wong nilai proyek yang nilainya milyaran rupiah saja, penawaran terbuka mutlak diperlukan, bukan?

Selidik punya selidik, BlackRock ternyata punya andil dalam mendongkrak kekayaan Kepala the Fed, Jerome Powell (senilai USD 25 juta), melalui investasi sekuritas swasta milik Powell. (https://wallstreetonparade.com/2020/08/fed-chair-powell-had-4-private-phone-calls-with-blackrocks-ceo-since-march-as-blackrock-manages-upwards-of-25-million-of-powells-personal-money-and-lands-3-no-bid-deals-with-the-fed/)

Apakah kalo kemudian ada spekulasi tentang konflik kepentingan The Fed pada BlackRock, bukan menjadi hal yang lumrah? “Jelas aja kasih proyek, kan sudah kasih keuntungan,” begitu kurleb-nya.

Tapi itu hanya spektrum yang sempit. Dalam jangkauan yang lebih luas lagi, kita akan lihat bagaimana BlackRock terkoneksi dengan The Fed.

Di tahun 2019 silam, Larry Fink bergabung dengan genk Davos alias World Economic Forum. Dan anda tahu bahwa genk Davos adalah lembaga kartel Ndoro besar yang bercokol di Swiss. (https://www.weforum.org/press/2019/08/world-economic-forum-appoints-new-members-to-board-of-trustees/)

Nggak aneh jika kemudian BlackRock senantiasa bersuara tentang program turunan ‘ekonomi berkelanjutan’ PBB yang diusung oleh lewat ESG (Environmental Social and Governance) investing yang dimilikinya. Ya karena BlackRock merupakan bagian dari kartel Ndoro besar. (https://www.blackrock.com/institutions/en-us/insights/investment-actions/integrating-un-sdgs-in-investments)

Menjadi wajar jika kemudian investasi dunia diarahkan ke ekonomi hijau yang dikelola BlackRock, karena memang itulah target yang ingin dicapai.

Pada tataran praktis, perusahaan yang dinilai nggak ‘ramah lingkungan’ (karena tidak menerapkan ekonomi hijau), bakal dibuat bangkrut. (baca disini)

Kalo badan dunia sekelas PBB saja sudah kasih ‘mandat’ kepada BlackRock untuk mengelola ekonomi berkelanjutan, apa susahnya sekelas The Fed yang juga jaringan yang sama, kemudian mempercayakan BlackRock sebagai manajer investasinya?

Ini mungkin yang bisa dijadikan jawaban mengapa BlackRock menjadi sangat digdaya saat ini, karena ada sokongan kartel Ndoro besar pada lembaga keuangan tersebut.

Jadi klop juga jika kemudian BlackRock nggak pernah bisa dijerat pakai UU yang bisa mengawasi sepak terjangnya dalam mengelola aset keuangan global, walaupun sangat rentan memicu kegagalan sistemik.

Siapa juga yang berani mengaudit lembaga keuangan milik kartel Ndoro besar? (http://www.stern.nyu.edu/sites/default/files/assets/documents/STERN%20White%20Paper%202017-03%20withcover%20%281%29_0.pdf)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Mas, no worry, klo masalah ceklak ceklik yg suka nongal nongol di web ini. setiap habis baca2 atau sekedar mampi2, tak lupa saya eksekusi. Kita sama2 tahulah. Itu yang saya baru bisa lakukan. Tapi sebaiknya jangan disebut di artikel mas, nanti robot gugle ngebaca lho mas.. bisa kena penalty a.d.s.e.n.s.e nya. Tapi semoga saja tidak.

    My best regards
    Ondel2 monas
    wkkk

error: Content is protected !!