Kode Keras Keoknya Terawan?


520

Kode Keras Keoknya Terawan?

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bagaimana kemungkinan vaksin Nusantara yang dikembangkan mantan menkes Terawan, Bang?” tanya seorang kepada saya.

Saya pernah bahas tentang hal itu sebulan yang lalu. (baca disini)

Intinya, Terawan akan sulit menembus barikade ‘kartel’ kesehatan yang ada di negeri Ondel-Ondel tersebut, walaupun sampai berbusa dirinya buat statement bahwa vaksinnya aman digunakan.

Dan benar saja prediksi saya.

Para praktisi kesehatan dan epidemiolog di negeri tersebut langsung ambil sikap pesimis terhadap vaksin buatan dalam negeri tersebut. “Mendingan disetop aja, lah uji cobanya,” ungkapnya. (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5392555/epidemolog-ui-minta-vaksin-nusantara-disetop-ada-apa)

Dari Badan Pengawas Obat juga keluarin statement yang kurleb sama. “Pengembangan vaksin tersebut nggak sesuai dengan kaidah medis yang berlaku umum,” begitu ungkapnya. (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5488373/bpom-vaksin-nusantara-dr-terawan-tak-sesuai-standar-khasiat-dipertanyakan)

Kok bisa ngomong begitu, apa dasarnya?

Ada perbedaan tempat lokasi penelitian dengan pihak yang sebelumnya mengajukan diri sebagai komite etik. Maksudnya, penelitian dilakukan di RSUP Kariadi Semarang, kok komite etiknya berasal dari RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta?

Singkatnya, Terawan dituding telah melanggar prinsip good clinical practice. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210310140321-20-616025/bpom-vaksin-nusantara-terawan-tak-sesuai-kaidah-klinis)

Apakah tudingan tersebut relevan?

Nggak juga.

Saya kasih tahu ya, vaksin-vaksin Big Pharma lebih gila lagi. Bukan saja melakukan by-pass pada uji pra-klinis pada hewan, tapi juga hasil uji cobanya belum dipublikasi pada jurnal yang sudah divalidasi alias peer-review. (baca disini dan disini)

Ini dimungkinkan karena Trump mengeluarkan protokol Operation Warp Speed, dengan tujuan vaksin bisa dibuat secepat kilat. Jadi soal keamanan nggak masuk dalam daftar yang harus dipenuhi dengan alasan kondisi darurat. (baca disini)

Jadi vaksin-vaksin tersebut adalah vaksin percobaan. Soal khasiat, mana ada yang bisa jamin?

Nah kalo Badan Pengawas Obat negeri Ondel-Ondel mau ‘main keras’, biar fair jangan hanya pada vaksin Nusantara, tapi juga pada vaksin-vaksin Big Pharma. Itu baru cengli.

Masalahnya, apa berani menindak vaksin-vaksin sang Ndoro besar tersebut?

Sruput dulu lem-nya, kawan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!