Ketika Sains Tergadaikan


517

Ketika Sains Tergadaikan

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada awal Oktober silam, New England Journal of Medicine (NEJM) buat ulasan editorial yang isinya mengecam pemerintahan Trump karena dianggap salah urus pada pandemi si Kopit. Bukan itu saja, NEJM juga kasih rekomendasi bahwa Trump sudah selayaknya diturunkan dari jabatannya karena kesalahannya tersebut. (https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMe2029812)

Ini jurnal ilmiah kok malah melenceng jadi jurkam-nya Joe Biden? Kok bisa-bisanya ngomongin politik yang bukan ‘lahan garapannya’?

Bagi saya hal itu lumrah adanya, kalo anda tahu siapa sosok dibalik layar jurnal ilmiah tersebut.

Biar anda nggak bertanya-tanya, biar saya kasih tahu anda.

NEJM sejak 2019 silam punya pimred yang bernama Dr. Eric Rubin. Beliau adalah asisten profesor di Harvard T.H. Chan School of Public Health. (https://www.hsph.harvard.edu/)

Dalam menjalankan operasinya, NEJM butuh dana. Pertanyaannya: siapa pendonor jumbo yang rutin memberikan dana hibah ke NEJM?

Sederet nama kondang, dari mulai Wellcome Trust, Ragon Institute, NIAID, hingga Bill & Melinda Gates Foundation. (https://www.nejm.org/doi/suppl/10.1056/NEJMe2029812/suppl_file/nejme2029812_disclosures.pdf)

Apa alasan utama mereka memberikan dana hibah? Alasan klasik: untuk upaya pengembangan vaksin.

Selain itu, anda perlu tahu bahwa NEJM juga terkoneksi dengan erat ke industri farmasi. (https://www.nejmgroup.org/)

Jadi ada kemiripan pola antara NEJM dan WHO, dimana mereka sama-sama didanai oleh Big Pharma dan juga tokoh berpengaruh semisal Bill Gates. (https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA71/A71_INF2Corr1-en.pdf)

NEJM juga menjalin kerjasama strategis dengan Harvard T.H. Chan School of Public Health dan juga Sekolah Kesehatan Masyarakat John Hopkins yang dimiliki oleh konglomerat Michael Bloomberg. (https://www.jhsph.edu/)

Nah, Bloomberg School inilah salah satu dari tiga penyelenggara Event201 (selain WEF dan Gates Foundation), latihan pandemi yang diadakan tepat 20 minggu sebelum pandemi si Kopit merebak di Wuhan. (https://www.centerforhealthsecurity.org/event201/about)

Apakah sampai sini anda mulai paham ya kaitannya? Kita lanjutkan…

Misalnya nih, anda jadi konglomerat terus kasih sumbangan ke lembaga kesehatan dan juga jurnal ilmiah yang punya track record internasional, kira-kira anda mengharapkan pamrih nggak? Apa cuma niat pilantropis semata?

Tidak ada makan siang yang gratis. Kencing aja harus bayar 2000, gimana sumbangan dengan nominal jutaan dollar?

Nggak aneh, jika BG dan elite global lainnya terus berinvestasi ke sekolah-sekolah kesehatan dan juga jurnal ilmiah sekelas NEJM, karena memang ada pamrih yang diharapkan dari dana yang sudah dikucurkan. (https://www.gatesfoundation.org/Media-Center/Press-Releases/2003/06/Bloomberg-School-of-Public-Health-Receives-Grant)

Jadi jangan aneh kalo misalnya sekolah kesehatan Harvard dan John Hopkins mati-matian mengembangkan vaksin si Kopit, karena memang ada ‘nota kesepakatan’ dengan pendonor-nya. (https://www.hsph.harvard.edu/news/hsph-in-the-news/op-ed-a-call-to-build-trust-in-covid-19-vaccination/)

Harapannya vaksin-nya ‘jadi’ dan program jualan vaksin akan mendulang sukses. Bayangkan, berapa keuntungan yang akan didapatkan?

Karenanya jangan heran kalo potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh vaksin si Kopit yang digarap dengan ‘konsep tahu bulat’ tersebut, nggak pernah menjadi concern bagi sekolah kesehatan dan juga jurnal ilmiah. Karena targetnya memang bukan keamanan, tapi barangnya bisa cepat tersedia dan laku di pasaran. (https://www.lewrockwell.com/2020/03/joseph-mercola/six-of-10-vaccines-studied-increase-mortality/)

Kalo sudah begini, akankah sains yang sudah tergadaikan tersebut, bisa diandalkan dalam menanggulangi si Kopit? Retorik, bukan?

Pertanyaan selanjutnya, apa model kolusi yang sama (antara sekolah kesehatan dan farmasi) nggak bisa dicopas untuk diterapkan di semua negara, termasuk Republik Wakanda?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!