Charlie Hebdo (*Bagian 1)


518

Charlie Hebdo (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Paris, 7 Januari 2015. Tiga pria menggunakan masker dan melakukan penyerangan di kantor majalah satir Charlie Hebdo dengan menggunakan senjata otomatis. 50 tembakan dilancarkan.

Akibat aksi brutal tersebut, tercatat 12 orang tewas dan 5 orang mengalami luka serius. (https://en.wikipedia.org/wiki/Charlie_Hebdo_shooting)

Saat melakukan serangan, para pria bersenjata tersebut meneriakkan kalimat, “Kami telah membebaskan dendam Nabi Muhammad.” Belakangan, ketiga orang tersebut diidentifikasikan sebagai anggota Al-Qaeda yang berasal dari Yaman. (https://www.aljazeera.com/news/2015/1/14/al-qaeda-in-yemen-claims-charlie-hebdo-attack)

Itu narasi media mainstream. Kalo anda puas, anda nggak perlu baca analisa saya.

Karena saya akan mengulas apa yang sebenarnya terjadi pada serangan tersebut. Namun, mengingat banyaknya informasi yang akan diberikan, terpaksa saya akan pecah menjadi 2 bagian.

Kita mulai ya.

Serangan tersebut dipicu oleh majalah satir Charlie Hebdo yang menurunkan karikatur Nabi Muhammad. Dan mirip kejadian saat ini, aksi ini langsung memicu penyerangan kepada kantor berita majalah satir tersebut.

Namun ada beberapa kejanggalan yang terjadi berkaitan dengan serangan tersebut. Misalnya: ngapain juga para penyerang tersebut meninggalkan identitas mereka di dalam mobil? (https://news.sky.com/story/charlie-hebdo-how-terror-attacks-unfolded-across-paris-12081403)

Ini kok sama saja dengan peristiwa serangan teror pada dua menara WTC 9/11, dimana paspor sang pelaku akhirnya ditemukan diantara reruntuhan dan dalam kondisi tidak rusak sama sekali? Emejing. (https://www.nytimes.com/2001/09/16/us/after-attacks-investigation-fbi-was-seeking-2-hijacking-suspects-time-attacks.html)

Berbekal ID yang ditemukan di mobil, 2 pelaku serangan berhasil diamankan. Namun anehnya lagi, pelaku ketiga (yang bernama Hamyd Mourad), justru akhirnya menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.

Masa iya, teroris yang siap Jihad kok malah menyerahkan diri gegara takut ditangkap dan ditembak mati? Masuk akal nggak sih?

Usut punya usut, ternyata Mourad menyerahkan diri gegara dia merasa punya alibi yang kuat bahwa dia bukanlah sosok yang dianggap sebagai salah satu pelaku penyerangan tersebut. (https://www.intellihub.com/18-year-old-charlie-hebdo-suspect-surrenders-police-claims-alibi/)

Dengan penyerahan diri Mourad, skenario jadi berantakan. Karena skenarionya, serangan tersebut dilakukan oleh 3 orang teroris Al-Qaeda. Titik.

Jadi kalo tiba-tiba Mourad menyerahkan diri, ya karena dia merasa nggak bersalah. Namun tindakannya tersebut sangat fatal.

Yang ada kemudian Mourad ‘dipaksa’ mengakui apa yang tidak diperbuatnya, guna mendukung narasi resmi yang dibuat bahwa penyerangan dilakukan oleh 3 orang teroris.

Dan media mainstream nggak pernah menurunkan alasan penyerahan diri yang dilakukan Mourad. Paling yang tertulis: Mourad menyerahkan diri karena dirinya merasa bagian dari penyerangan tersebut. Itu teroris apa tukang maling jemuran? (https://www.washingtonpost.com/world/europe/gunmen-storm-paris-satirical-newspaper-killing-at-least-11/2015/01/07/f358b17a-9660-11e4-aabd-d0b93ff613d5_story.html)

Keanehan kedua adalah seputar kematian yang menimpa Helric Fredou. Fredou adalah seorang anggota polisi yang menangani kasus penyerangan kantor berita Charlie Hebdo. Nah dialah yang secara intensif membuat laporan seputar perkembangan kasus tersebut.

Eh, nggak hujan nggak angin, tiba-tiba Fredou bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Padahal penyelidikan yang dilakukannya belum membuahkan hasil. Dan media mainstream nggak pernah membahas tentang kasus bunuh diri yang sangat janggal tersebut.

Belakangan, narasi resmi yang dikembangkan adalah Fredou bunuh diri karena depresi dan kelelahan. Kalo benar demikian adanya, mana buktinya bahwa Fredou depresi dan kelelahan? Kok nggak ada penjelasan resminya? (https://www.mirror.co.uk/news/world-news/charlie-hebdo-top-cop-helric-4963644)

Bukan itu saja, laporan hasil penyelidikan yang dilakukan Fredou, kemana larinya? Kok tiba-tiba nggak jelas keberadaannya?

Harusnya kalo kita mau berpikir kritis, kenapa juga 3 teroris tersebut harus bersikap reaktif terhadap kartun Charlie Hebdo, tetapi abai pada tindakan Perancis terhadap beberapa negara Islam yang jadi korban serangan NATO sejak tahun 2000 silam?

Apakah dengan melakukan penyerangan, maka tujuan untuk memuliakan Islam dapat terwujud? Tentu tidak. Malahan orang awam akan kehilangan simpati terhadap serangan teror tersebut.

Jadi, kalo anda percaya narasi resmi yang dibangun oleh media mainstream, anda telah kehilangan daya nalar yang seharusnya bisa dipakai dalam menjawab teka-teki ini.

Saya tanya, apakah anda percaya terhadap narasi resmi 9/11 yang menyatakan bahwa 19 Muslim yang sebagian besar orang Saudi, tanpa dukungan intelijen dan pemerintah, bisa dengan mudahnya mengecoh badan intelijen AS dan juga Mossad yang termashyur di dunia, dengan melakukan pengeboman di Pentagon dan menara WTC?

Kalo anda ngumpet dimana aja mereka bisa tahu keberadaan anda, masa teroris yang melakukan aksi super dahsyat tersebut, kok mereka bisa kecolongan? Logikanya dimana?

Jelas narasi tentang penyerangan Charlie Hebdo sama sekali nggak ‘bersih’ alias banyak cacat disana-sini. Terus, bagimana kisah yang sesungguhnya terjadi?

Saya akan bahas pada bagian kedua nanti.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!