Kemana Akan Bermuara?


514

Kemana Akan Bemuara?

Oleh: Ndaru Anugerah

Dalam suatu analisa di Oktober 2020, saya pernah katakan bahwa plandemi ini sebenarnya operasi psikologis yang dilakukan badan kesehatan dunia, dengan menggandeng mitra media mainstream sebagai corong propagandanya. (baca disini)

Apa harapannya?

Tentu saja perubahan perilaku pada masyarakat global, yang sesuai dengan rencana yang mereka telah rancang sebelumnya. (https://web.archive.org/web/20210301021807/https://www.who.int/about/communications/actionable/behaviour-change)

Itu operasi psikologis yang sudah disusun matang jauh sebelum plandemi digelar.

Tepat sebulan sebelum plandemi dirilis, WHO mendirikan Kelompok Penasihat Teknis (TAG) yang diketuai oleh Prof. Cass Sunstein dari Harvard, dengan tim yang berasal dari World Bank, WEF dan juga BMGF. (https://hls.harvard.edu/faculty/directory/10871/Sunstein)

Pada 2008, Prof. Sunstein pernah buat makalah yang berjudul Teori Konspirasi dengan koleganya yang bernama Prof. Adrian Vermeule. Inti makalah itu adalah bagaimana serangkaian metode psikologis diperkenalkan guna melawan orang-orang yang menentang narasi resmi. (https://web.archive.org/web/20211005185657/https://chicagounbound.uchicago.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1118&context=law_and_economics)

Jadi, guna melawan kaum ‘teori konspirasi’ (yang dinilai melawan narasi resmi), mereka berdua mengusulkan perlunya psy-ops terpadu guna mendiskreditkan siapapun yang berseberangan dengan pemerintah.

Salah satu produknya adalah label ‘teori konspirasi’ yang disematkan kepada siapapun yang menentang narasi mainstream, terutama saat plandemi Kopit.

Nggak aneh, jika TAG yang diketuai Prof. Sunstein langsung buat rumusan tentang perubahan perilaku yang akan mereka terapkan pada masyarakat global. (https://cdn.who.int/media/docs/default-source/documents/bi-tag-technical-note1_principles-and-steps.pdf?sfvrsn=efdefb39_5&download=true)

Selain membuat diktat perubahan perilaku, TAG lewat anggotanya yang bernama Dr. Susan Michie juga mendorong agar operasi psikologis diterapkan, agar rakyat patuh pada skenario yang diterapkan. Tentu saja, rencana ini hanya bisa berjalan dengan mitra media mainstream. (https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/887467/25-options-for-increasing-adherence-to-social-distancing-measures-22032020.pdf)

Klop sudah, mengingat perilakunya direkayasa dengan bantuan propaganda media mainstream plus aksi sensor yang dilakukannya. Gimana nggak banyak orang yang patuh dengan skenario yang diterapkan TAG secara global?

Satu yang perlu anda tahu, bahwa operasi perubahan perilaku masyarakat, telah lama digunakan oleh pemerintah Inggris, dengan kode Mindspace. Apalagi tujuan utamanya selain mendorong perilaku patuh warga Inggris. (https://www.instituteforgovernment.org.uk/sites/default/files/publications/MINDSPACE.pdf)

Pertanyaannya: apakah operasi perubahan perilaku merupakan program yang dibenarkan dalam tataran etika?

Justru tidak sama sekali, karena ini sama saja dengan program cuci otak massal, guna menyukseskan sebuah agenda.(https://www.telegraph.co.uk/news/2021/05/14/scientists-admit-totalitarian-use-fear-control-behaviour-covid/)

Setelah kita tahu agenda rekayasa perubahan perilaku yang dijalankan oleh antek-antek Ndoro besar, pertanyaan selanjutnya: kemana ini akan bermuara?

Pada awal-awal plandemi, saya telah dengan lugas mengatakan bahwa ada 2 agenda besar jangka pendek yang akan diterapkan saat operasi psikologis dibalik Kopit. Pertama, sudah terjadi, dimana program enjus massal global telah dieksekusi tanpa perlawanan yang berarti.

Tinggal 1 agenda jangka pendek yang masih belum dieksekusi, yaitu: uang digital. Silakan anda periksa jejak digital yang telah saya buat. (baca disini dan disini)

Dengan kata lain, muara operasi psikologis ini adalah penerapan mata uang digital secara global.

Bagaimana kita bisa tahu itu?

Saya akan coba buktikan.

Anda pernah dengar tentang Global Public-Private Partnership (G3P) alias Kemitraan Publik-Swasta Global? Secara singkat ini adalah jaringan di seluruh dunia yang dibentuk untuk menegakkan kebijakan publik terutama yang menyangkut kesehatan, keuangan dan ekonomi global.

Jadi G3P adalah jaringan global stakeholder capitalism dari sang Ndoro besar bersama para jongosnya. Dengan adanya G3P, maka sang Ndoro akan mengendalikan setiap aspek kehidupan kita, lewat tangan para kacungnya. (https://www.researchgate.net/publication/315303907_Stakeholder_Involvement_in_Public-Private_Partnerships_Its_Influence_on_the_Innovative_Character_of_Projects_and_on_Project_Performance)

Dengan adanya plandemi, maka terima atau nggak, penggunaan uang cash menjadi berkurang. Ini berlaku dimana-mana. Dan ini memang bagian dari rencananya. (https://www.ft.com/content/430b8798-92e8-4b6a-946e-0cb49c24014a)

Seiring makin berkurangnya penggunaan uang cash, maka ke depan akan diperkenalkan konsep baru yang bernama Bank Sentral Mata Uang Digital (Central Bank Digital Currency). Itu sudah di-sounding sama WEF yang merupakan bagian G3P. (https://www.weforum.org/agenda/2020/08/why-its-time-to-take-central-banks-digital-currencies-seriously/)

Rencana ini hanya akan berjalan jika dan hanya jika sistem keuangan global ambruk.

Plandemi Kopit baru memberi kontribusi sebagian dari kerusakan yang diharapkan. Berikutnya akan ada kerusakan ekonomi global yang dipicu oleh serangan siber. (baca disini dan disini)

Dengan hancurnya sistem keuangan global, maka konsep bank sentral yang mengelola mata uang digital akan mudah untuk dijalankan dengan jaringan G3P.

Pada tataran teknis, semua yang anda punya dan miliki, akan ditukar dengan uang digital.

Kalo anda nggak mau, terus anda mau transaksi (baik jual atau beli sesuatu) pakai apa jika nggak ada medianya?

Menjadi masuk akal, jika own nothing and be happy menjadi jargon yang akan terwujud dalam waktu dekat. (https://www.forbes.com/sites/worldeconomicforum/2016/11/10/shopping-i-cant-really-remember-what-that-is-or-how-differently-well-live-in-2030/)

Singkatnya, saat CBDC diperkenalkan dan kemudian diawasi oleh G3P, maka anda nggak lagi punya kontrol atas uang maupun apapun yang anda punya saat ini.

Semoga anda siap dengan kondisi ini.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!