Kebohongan Demi Kebohongan Terbongkar
Oleh: Ndaru Anugerah
Apa yang menarik dalam plandemi Kopit yang digelar oleh kartel Ndoro besar?
Jawabannya saat kebohongan yang ditutup-tutupi serapat mungkin, akhirnya terbongkar juga. Disini upaya untuk mengungkapkan kebenaran menemukan tantangan yang sesungguhnya.
Sudah banyak kebohongan yang berhasil dibongkar sejar awal plandemi digelar. (baca disini dan disini)
Dan yang terbaru ada kabar dari Inggris.
Maksudnya?
Kalo anda lihat angka kematian akibat Kopit yang terjadi di Inggris, berapa angka resminya? Maka anda akan menemukan angka lebih dari 150 ribu orang. Sekali lagi, ini rilis data resmi lho ya? (https://www.worldometers.info/coronavirus/country/uk/)
Nah, berdasarkan data resmi tersebut, banyak orang Inggris yang protes ke pemerintah. Mereka meminta data ‘yang sesungguhnya’ menyangkut orang yang meninggal karena Kopit dan bukan dengan Kopit.
Sebagai informasi, di Inggris sana, tabulasi datanya lumayan rapih. Adalah Office for National Statistics (ONS) yang melakukan pekerjaan itu. Jadi kapanpun diminta, datanya ada. Nggak kayak Wakanda, dimana semua data nggak pernah jika ditanyakan. Sekalinya ada, datanya direkayasa.
Skip-skip.
Karena ada UU dimana pemerintah Inggris harus menanggapi permintaan kebebasan informasi (FOI), ONS akhirnya buka suara, dan hasilnya sangat-sangat mengejutkan.
Berdasarkan paparan ONS, hanya 6183 orang di Inggris dan Wales yang meninggal dikarenakan Kopit antara rentang waktu 1 Februari 2020 hingga 31 Desember 2021. (https://dailyexpose.uk/2022/01/20/ons-admits-just-6k-covid-deaths-since-feb-20/)
Nah terus, angka kematian sebanyak lebih dari 150 ribu itu, data apaan? Mbok ya kalo ngibul, kira-kira dikit napa? Masa iya dari hanya ribuan, langsung lompat ke ratusan ribu?
Aliasnya: ini mah bukan pandemi tapi plandemi.
Semisal kita lihat data dari Infectious Fatality Rate (IFR) dari Kopit di negara tersebut yang dirilis oleh ONS, maka angkanya sangat-sangat kecil. Silakan anda pelototin tabel di bawah ini.
Apa yang bisa disimpulkan?
Bahkan angka IFR si Kopit memang kurleb-nya sama dengan yang telah diungkapkan oleh Prof. John Ioannidis dari Stanford University. (baca disini)
Kalo begitu, ngapain perlu enjus-enjusan secara berkala? Ngapain harus pakai protokol konyol? Bukankah ini penipuan besar-besaran?
Jawabannya: karena plandemi memang harus berjalan sesuai rencana, apapun risikonya.
Termasuk saat kebohongan demi kebohongan terbongkar sekalipun.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments