Blunder Zaky


505

Siapa yang nggak kenal Bukalapak? Bukalapak merupakan satu dari 4 start up unicorn yang dimiliki Indonesia, selain Gojek, Tokopedia dan Traveloka. Sebagai informasi, start up unicorn adalah julukan yang diberikan kepada suatu perusahaan yang bergerak dengan basis IT serta memiliki valuasi lebih dari USD 1 milyar.

Berkaitan dengan hal tersebut, secara ekonomis e-commerce lokal, sangat dibutuhkan oleh Indonesia sebagai penunjang ekonomi nasional.

Sadar akan perlunya wadah bagi generasi milenial untuk bisa mengembangkan sektor ekonomi kreatif berbasis IT, maka Jokowi melalui menteri Komunikasi dan Informatika (Rudiantara) memberi sokongan penuh terhadap start up lokal untuk tumbuh dan berkembang.

Bahkan Jokowi berkeinginan agar start up unicorn yang ada di Indonesia bisa mencapai minimal 5 buah di tahun 2019 ini.

Gak heran presiden sekalas Jokowi tak ragu mengendorse Bukalapak demi tekadnya untuk mewujudkan ambisinya tersebut. Bahkan Jokowi rela-relanya menghadiri HUT ke-9 Bukalapak demi menunjukkan dukungan. “Masa sama Singapura aja, kita masih kalah jauh total start up unicorn-nya?”

Tapi, apa yang terjadi kemudian jadi bertolak belakang, saat Achmad Zaky selaku CEO Bukalapak, berkicau melalui akun twitter-nya:

“Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kayak gini. Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin (14/2)” Yang dimaksud Zaky adalah dana riset yang digelontorkan pemerintah Jokowi yang relatif sangat kecil, yaitu hanya sekitar USD 2 milyar. Jauh nilainya dibandingkan Malaysia dan Singapura.

Bukan itu saja, dia mengklaim bahwa data R&D tersebut adalah data rujukan tahun 2016. Dan siapa presiden-nya, tentu kita bisa tahu bersama. Singkatnya, cuitan itu ditujukan kepada presiden Jokowi yang dinilai nggak becus mengatur pengembangan teknologi informasi di Indonesia.

Sontak cuitan tersebut mendapatkan tanggapan yang meriah dari para cebongers. Bukan saja mencaci sang CEO yang dinilai nggak tahu terima kasih atas apa yang telah dilakukan Jokowi demi berkembanganya start up Bukalapak, tapi cebongers juga ramai-ramai mengusung tagar #uninstallbukalapak di dumay.

Tentu ini tidak baik buat start up Bukalapak yang nilai valuasinya sangat tergantung pada review dari netizen yang menggunakan aplikasi tersebut untuk kepentingan bisnis.

Kebayang dong, kalo misalnya sejuta cebongers ramai-ramai kasih bintang 1 di review, maka akan melorotlah nilai valuasi BL. Ini akan berdampak turunnya reputasi yang dimiliki start up tersebut. Kalo rating-nya melorot, niat investor akan suntik dana juga ogah. Belum lagi kalo nilai reviewnya menyentuh angka 1, tanpa ragu langsung ditendang dari AppStore.

Bukan itu saja, ternyata Zaky juga membuat kesalahan fatal. Ternyata data yang diambilnya dari wikipedia ternyata bukan data tahun 2016 seperti yang diklaimnya, melainkan data usang di tahun 2013. Lha saat itu Jokowi belum jadi presiden, bray…

Super duper aneh kalo dibilang orang yang bisnisnya dibidang IT sampai salah ambil data. Kan data adalah basis bisnisnya? Tambahan lagi, si Zaky adalah jebolan IT dari Institut Teknologi Bandung yang reputasinya sudah kesohor di Indonesia.

Aliasnya, sang CEO punya niat untuk berbohong dimuka publik atas cuitannya tersebut.

Sadar akan nasib masa depan perusahaan miliknya yang jatuh bangun dirintis sejak dia masih menjabat status anak kos di tahun 2010, segeralah si Zaky keluarin statement minta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Utamanya kepada cebongers yang terkenal baperan.

Bukan itu saja, Zaky kemudian buru-buru menemui Jokowi di Istana Negara, hari ini (16/2), demi mendapatkan dukungan dari pakde yang ditujukan kepada para cebongers untuk tidak melanjutkan aksi boikot #uninstallbukalapak.

Akankah upaya Zaky membuahkan hasil?

Eits, tunggu dulu. Karena ternyata seiring panasnya kasus cuitan si CEO, para netizen yang terkenal kreatif mulai mengoprek-oprek kehidupan pribadi si Zaky. Ada temuan yang cukup mengagetkan terkait dirinya.

Usut punya usut, ternyata si Zaky ternyata cukup dekat dengan gank Saudagar Nusantara yang dikomandoi Rendy Saputra. Wajar kalo akhirnya cebonger nyinyir. “Itu kelompok yang gemar ngebangun ekonomi ummat, kan? Yah minimal banyak kampret berada di sana,” begitu cuitan cebonger.

Mulailah cocoklogi dimainkan para cebonger garis keras. Walhasil tambah runyam situasinya.

Beginilah jadinya kalo pebisnis yang gak tahu politik, nekat masuk wilayah politik. Ibarat nyampur kencing onta sama bajigur, terus ditenggak. Kenyes-kenyes gimana, gitu rasanya…

Salam Nyungsep!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!