Berkah Nasi Goreng


511

“Benar nggak kalo Prabowo bakal jadi menteri nanti di kabinet Jokowi?” begitu pertanyaan yang menyasar kanal whatsapp. Sambil senyum-senyum sendiri, saya membalasnya, “Jangan percaya hoax!”

Jujur dalam beberapa hari ini, saya kebanjiran beberapa pertanyaan bernada sama. Bagi banyak orang, saya dikenal sebagai dukun politik karena katanya apa yang saya omongkan banyak benarnya ketimbang salahnya, menyangkut hal-hal yang belum terjadi terus jadi kenyataan.

Lewat tulisan ini, saya sedikit kasih analisa saya jelang hari pelantikan dan tentu saja rencana yang ditunggu-tunggu bagi banyak orang dengan harap-harap cemas. Benar binggo! Rencana pengumuman postur kabinet Jokowi. Siapa akan mengisi posisi apa, tepatnya.

Kalo dibilang siapa yang paling berbahagia saat ini, maka bisa jadi Om Wowo-lah jawabannya. Kok bisa begitu? Ya karena dia tengah ketiban pulung selepas pertemuan nasi goreng yang disediakan mama Mega tempo hari. (baca disini)

Kok bisa? Gimana ceritanya?

Jadi gini, diplomasi nasi goreng tempo hari sebenarnya merupakan jalan pembuka kebuntuan politik, terutama yang menyangkut Prabowo dengan kubu banteng yang ada di belakang Jokowi. Kode keras berupa bawang putih-lah yang dijadikan petunjuk untuk pembuka kebuntuan politik akibat gelaran pilpres yang lalu.

Disisi yang lain, kita tahu bersama bahwa kemudian Surya Paloh nggak mau kalah set. Pada saat diplomasi nasi goreng berlangsung, SP juga menerima kunjungan sang Gabener ummat 212, juga di bilangan Menteng. Apakah kebetulan belaka seperti klaim SP, saya pernah mengulasnya. (baca disini)

Sejak pertemuan yang sarat muatan politik tersebut, kalo anda cermat memperhatikan pemberitaan yang ada di Metro TV sebagai corong politik milik SP, maka beritanya bukan melulu Jokowi lagi sebagai topiknya, tapi sudah mulai bergeser kearah lainnya.

Mulailah berita bergeser ke wacana perlunya pembentukkan oposisi sambil sesekali sliding program kerja Jokowi yang dinilai mulai ada ketidakberesan. Dan ini terus terang membuat gerah kubu banteng, utamanya mama Mega sebagai pemilik saham.

Friksi tersebut mulai diperuncing dengan ulah beberapa kali lobby-lobby yang dilakukan kader Nasdem kepada sang Gabener. Apalagi urusannya kalo nggak urusan hajatan besar di 2024 nanti. Intinya, Nasdem bersedia mendukung AB untuk melenggang di 2024 dengan konsesi bla-bla-bla.

Langkah politik yang dibesut SP, jelas membuat mama Mega mendongkol. Puncaknya adalah saat pelantikkan anggota DPR (2/10), dimana mama Mega enggan berjabatan tangan dengan SP, meskipun kita tahu bersama SP sudah siap-siap menyambut uluran tangan mama Mega.

Apa implikasi yang bisa disimpulkan? Bahwa kalopun Nasdem masih berada dibarisan koalisi, bukan posisi strategis yang akan didapat dalam postur kabinet Jokowi nantinya. Selain itu, bisa disimpulkan bahwa mama Mega lebih sreg bergandengan dengan Om Wowo ke depannya.

Wong aku wis ngerti isi kolore si Wowo, kok,” begitu kurang lebih bahasa Jerman-nya.

Makanya jangan heran kalo misalnya Gerindra awalnya ngotot untuk menyorong Ahmad Muzani sebagai calon ketua MPR, tapi belakangan posisi strategis tersebut rela direbut oleh Bamsoet. Kok mau? Ya karena buah diplomasi nasi goreng tadi.

Skenario-nya adalah, posisi ketua MPR sengaja diisi oleh orang Golkar, sedangkan Gerindra akan mendapatkan kue yang lain sebagai gantinya. Apa itu? Di akhir ulasan saya kasih sedikit bocoran.

Nggak aneh kalo hari-hari belakangan jelang pelantikkan, roadshow digelar secara intensif oleh Om Wowo. Mulai kunjungan ke istana pada Jumat (11/10) lalu dan bertemu dengan Jokowi. Dilanjut dengan menemui SP dikediamannya di Permata Hijau (13/10).

Warbiyasah!

Mengingat Om Wowo yang sangat antipati sama SP, bisa anjang sana ke rumah boss Metro TV tersebut. Kalo nggak ada keperluan yang sangat mendesak yang harus mengesampingkan ego dirinya, ngapain juga tindakan itu diambil sama seorang Om Wowo?

Bahkan rencananya, safari ke beberapa ketua partai koalisi akan dijabani oleh sang mantan Danjen Kopassus tersebut pada beberapa hari ke depannya.

Targetnya ada dua. Pertama mau kulo nuwon kepada partai koalisi bahwa Gerindra siap bergabung dalam satu perahu. Jadi nggak pada kaget, kok tiba-tiba muncul.

Dan kedua ingin menunjukkan kepada publik bahwa ke depan Om Wowo dan partainya kelak akan mendapatkan kue kekuasaan yang sepadan. Minimal di postur kabinet sebagai upah loyalitasnya ke mama Mega selain barter jabatan ketua MPR tadi.

Jadi clear ya skenario yang akan digelar.

Lantas posisi apa kira-kira yang akan didapatnya?

Coba bayangkan, anda dipaksa kehilangan mobil Avanza untuk dijanjikan mobil Kijang sebagai gantinya. Mungkinkah posisi non strategis yang akan didapatkan Om Wowo dan pasukannya?

Seperti saya pernah ulas, kelak Gerindra-lah yang akan dipilih menjadi kawan sejati PDI-P ke depannya. Mitra strategis, kurang lebihnya.

Pertanyaannya, mungkinkah mitra strategis dikasih posisi pemandu sorak? Ya, kalo Jokowi dianggap sebagai kader Banteng jadi RI 1, maka Om Wowo dapat jabatan yang kurang lebih sepadan, lah.

Menteri apa yang sepadan dengan kapasitas seorang presiden? Ya, silakan tebak sendiri.

“Selain itu, akan ada kader Gerindra lainnya yang akan mengisi postur kabinet Jokowi,” begitu info yang saya dapat dari istana.

Menang banyak Om Wowo gegara ketiban rejeki nasi goreng. Tinggallah para kampret yang durjana memaki sosok Wowo dari kejauhan, “Kurang asem ente Wo. Ternyata selama ini ana dijadiin onta tungganggan sama ente.”

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!