Aset Yang Berharga


511

Aset Yang Berharga

Oleh: Ndaru Anugerah

Menhan AS James Mattis pada Mei 2017 mengatakan kepada publik tentang komitmen negaranya memerangi teroris ISIS di Suriah. (https://www.theguardian.com/us-news/2017/may/28/james-mattis-defense-secretary-us-isis-annihilation)

“Tujuan kami adalah agar para pejuang asing tidak kembali lagi ke daerah asalnya di Afrika, Eropa, Amerika hingga Asia,” begitu kurleb konfirmasi yang diberikan Mattis saat itu.

Namun kenyataannya, justru bertolak belakang.

Laporan yang dibuat oleh wartawan BBC justru mengungkapkan hal yang berbeda. Faktanya pasukan AS justru hadir untuk ‘mengevakuasi’ pasukan jihadis ISIS yang telah terusir kalah dari Raqqa, Suriah Utara. (http://www.bbc.co.uk/news/resources/idt-sh/raqqas_dirty_secret)

Dalam laporannya tersebut, dikatakan bahwa AS dan Inggris telah membuat kesepakatan rahasia dengan para jihadis agar mereka bisa melarikan diri dari Raqqa.

Apa arti penting Raqqa bagi para jihadis binaan AS?

Raqqa itu merupakan ibukota ke-khalifahan bagi ISIS. Dan jatuhnya Raqqa ke tangan Suriah, jelas mimpi buruk bagi para jihadis tersebut. (https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-raqqa-idUSKBN1CM0VC)

Kalo memang pesawat tempur koalisi pimpinan AS punya tekad untuk memberangus jihadis ISIS, maka bisa dengan mudahnya itu dilakukan, mengingat tinggal jatuhkan bom, dan masalah selesai. Dengan kata lain: “Itu merupakan operasi sederhana buat dilakukan.”

Nyatanya, konvoi bus dan truk yang memuat pasukan jihadis tersebut nggak masuk target untuk dihancurkan, sehingga mereka bisa melakukan eksodus besar-besaran.

“Kami nggak bisa mencegah eksodus teroris dari Suriah,” ungkap Kol. Ryan Dillon selaku jubir Operation Inherent Resolve. Ya jelas aja nggak kuasa, lha wong pasukannya membantu evakuasi para jihadis tersebut.

Seperti yang anda ketahui, bahwa pasukan jihadis tersebut direkrut dari banyak negara, mulai dari Perancis, Turki, Azerbaijan, Saudi, China, Tunisia hingga Mesir. Dan AS memang sengaja menggunakan kekuatan jihadis tersebut untuk menggoyang kepemimpinan Bashar Assad di Suriah. (baca disini)

Jadi serangan yang dilakukan pasukan koalisi pimpinan AS selama perang Suriah terhadap pasukan teroris tersebut, nggak lain adalah klaim kosong semata. Gimana mungkin tangan memukul muka sendiri? (baca disini)

Pertanyaannya: apakah baru pertama kali pasukan koalisi pimpinan AS melakukan ‘evakuasi’ pada teroris binaan mereka?

Nggak juga.

Pada perang di Afghanistan pada November 2001, AS juga pernah melakukan aksi serupa guna melakukan aksi ‘penyelamatan’ kepada para jihadis Al-Qaeda dari daerah Kunduz.

Pada waktu itu, Donald Rumsfeld selaku Menhan AS memerintahkan agar Pentagon dan CIA mengatur aksi ‘penyelamatan’ tersebut. Ini dilakukan setelah pasukan AS berhasil menduduki kota Kunduz yang ada di Afghanistan Utara.

Kurleb 8 ribu pasukan jihadis berhasil ‘diselamatkan’ pasukan AS saat itu. (https://www.newyorker.com/magazine/2002/01/28/the-getaway-2)

Ini jelas ironis.

Sebelumnya, Presiden Bush mengatakan, “Kamu akan menangkap pasukan teroris tersebut dan membawa mereka ke pengadilan.” (http://edition.cnn.com/2001/US/11/26/gen.war.against.terror/index.html)

Kenyataannya, para teroris tersebut bukannya ditangkap, tapi malah diterbangkan ke tempat yang aman.

“Pemerintah AS memerintahkan Komando Pusat untuk mendirikan koridor udara khusus untuk membantu memastikan keselamatan penerbangan dari Kundus ke Barat Laut Pakistan,” demikian ungkap jurnalis investigasi Seymour Hersh.

Saat kasus tersebut terbongkar, AS lalu bilang, “Itu bukan inisiatif kami. Apa yang telah menjadi evakuasi terbatas, ternyata menjadi lepas kendali. Dan kami telah ditipu oleh ISI Pakistan atas eksodus tersebut.”

Yaelah, mana ada ceritanya ISI Pakistan berani macem-macem sama AS?

Lagian dengan frase ‘evakuasi terbatas’ artinya AS mengakui bahwa memang ada evakuasi yang dilakukan terhadap para jihadis tersebut. Kok bisa teroris dianggap korban yang wajib dievakuasi?

Dengan kata lain, kasus di Kunduz dan Raqqa pada intinya sama, yaitu ada operasi intelijen yang digelar oleh pasukan koalisi pimpinan AS terhadap para jihadis yang buat kekacauan di daerah tersebut.

Lantas kenapa AS dan sekutunya melakukan aksi penyelamatan tersebut?

Karena para teroris tersebut nggak lain adalah aset berharga untuk diselamatkan.

Bukan itu saja, kelak para jihadis yang telah dievakuasi tersebut juga akan digunakan untuk membentuk kelompok-kelompok baru teroris semisal Lashkar-e Taiba dan Jaish-e Muhammad yang ada di Kashmir guna menggelar ‘proyek’ baru dengan jargon jadul ‘tegakkan khilafah’. (https://www.sipri.org/sites/default/files/files/PP/SIPRIPP11.pdf)

Binun deh. Mainnya nggak bisa yang lebih kreatif dikit, apa?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!