Menuju Kelangkaan Pangan (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
Apa yang terjadi selama plandemi berlangsung akhir-akhir ini?
Bukaan ekonomi mulai dilakukan, namun disaat yang sama ada ketidaksiapan pada sektor energi. Harganya yang terkerek naik yang ditenggarai disebabkan oleh stok bahan bakar yang terbatas, menyebabkan krisis energi yang terjadi di banyak negara. (baca disini)
Krisis energi bukan saja mempengaruhi rantai pasokan global dan juga industri, tapi ada juga hal lain yang tak kalah penting.
Apa itu?
Semua orang tahu, bahwa dalam mendongkrak hasil pertanian, salah satu yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk. Dan salah satu pupuk yang banyak digunakan untuk mendukung tanaman pertanian adalah pupuk ammonia yang terbuat dari nitrogen. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0167880920302310)
Saat plandemi menerpa dan menyebabkan kenaikan harga gas hingga mencapai 5 kali lipat pada beberapa bulan terakhir, ini jelas punya andil bagi produksi pupuk ammonia di dunia.
Ini bisa terjadi karena sekitar 80% biaya produksi pupuk ammonia didasarkan pada gas. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-09-27/europe-s-energy-crisis-is-about-to-go-global-as-gas-prices-soar)
Apa yang terjadi dengan produksi pupuk global belakangan ini?
Awalnya, CF Industries yang memiliki pabrik ammonia terbesar di dunia, terpaksa menutup aktivitasnya secara sementara karena adanya terjangan Badai Ida pada wilayah Lousiana di akhir Agustus silam. Ini dilakukan semata-mata karena faktor keamanan. (https://www.worldfertilizer.com/nitrogen/13092021/production-resumes-at-donaldsonville-ammonia-plants/)
Nggak hanya itu karena CF Industries kemudian melakukan aktivitas penutupan 2 pabriknya yang ada di Inggris pada akhir September silam. Penyebabnya klasik: harga gas lagi tinggi-tingginya sehingga nggak layak untuk beroperasi di mode normal. (https://inews.co.uk/news/co2-shortage-uk-deal-restart-carbon-dioxide-production-taxpayer-support-cost-1211567)
Ini jelas aneh.
Kenapa?
Karena kalo alasannya adalah soal harga gas yang lagi tinggi-tingginya, toh pabrik ammonia milik CF Industries yang ada di Lousiana AS, nyatanya masih bisa beroperasi setelah 10 hari ditutup. Jadi alasan karena harga gas naik menjadi nggak relevan. Ada apa sebenarnya?
Asal tahu saja, bahwa CF Industries menjadi pemasok sekitar 65% kebutuhan pupuk di Inggris. Kalo ini dibiarkan, apa yang terjadi dengan nasib pertanian disana?
Mengingat pentingnya pupuk bagi pertanian di Inggris, pemerintah terpaksa memberi subsidi darurat bagi CF Industries, sehingga salah satu pabriknya bisa terus beroperasi. (https://www.lbc.co.uk/news/co2-supplier-cf-industries-hikes-prices/)
Satu informasi yang anda perlu tahu kalo pemegang saham institusional terbesar pada CF Industries, nggak lain adalah Vanguard (1) dan BlackRock (3). (https://money.cnn.com/quote/shareholders/shareholders.html?symb=CF&subView=institutional)
Kalo sudah menyangkut kedua nama besar tersebut, terlalu naif jika kita mengatakan nggak ada skenario yang sedang dimainkan oleh kartel sang Ndoro besar, utamanya dalam bidang per-pupuk-an. (baca disini dan disini)
Ini bukan isapan jempol.
Di awal Oktober silam, perusahaan kimia raksasa BASF, telah menutup aktivitas produksi pupuk ammonia-nya di Jerman dan juga Belgia, tanpa batas waktu yang jelas. (https://www.gasworld.com/basf-becomes-latest-to-curtail-fertiliser-production/2021817.article)
Aktivitas penutupan tersebut, secara nggak langsung akan mempengaruhi bahan bakar diesel berbasis ammonia yang bernama AdBlue. (https://www.breakinglatest.news/entertainment/the-adblue-case-the-additive-for-diesel-is-nowhere-to-be-found-tir-towards-total-block/)
Kalo kita sebut nama BASF selaku kartel Big Ag(riculture), kita tahu siapa mereka, bukan?
Proses penutupan aktivitas produksi pupuk nggak hanya itu saja, karena Achema yang beroperasi di Lithuania dan OCI yang bergerak di Belanda, juga melakukan aktivitas serupa. (https://www.gasworld.com/co2-fertiliser-plant-closures-expected/2021734.article)
Ada juga nama Yara International asal Norwegia, yang melakukan aksi pengurangan produksi pupuk ammonia bagi Uni Eropa (sekitar 40%) dikarenakan naiknya harga gas alam. (https://www.fertilizerdaily.com/20210924-yara-will-reduce-its-ammonia-production-due-to-high-gas-prices/)
Selanjutnya ada Fertiberia yang berlokasi di Spanyol dan juga Odessa Port Plant (OPZ) yang ada di Ukraina, sebagai produsen pupuk utama bagi kedua negara tersebut, juga terpaksa tutup buku. (https://www.icis.com/explore/resources/news/2003/10/07/524960/spain-s-fertiberia-to-idle-two-plants-layoff-162-workers/)
Berikutnya ada nama Borealis AG asal Austria yang telah memangkas produksi pupuknya, selain SKW Piesteritz yang juga memangkas produksi ammonia-nya sebesar 20%. (https://www.icis.com/explore/resources/news/2021/09/23/10687918/borealis-cuts-ammonia-production-on-high-prices-of-natural-gas)
Dan sebagai pamungkas, ada nama Belaruskali OAO sebagai produsen pupuk terbesar keempat dunia yang kena sanksi administratif Biden karena dianggap mendukung rezim yang berkuasa di negara tersebut. Kalo sudah kena sanksi, mau jual barangnya kemana? (https://www.reuters.com/world/europe/biden-administration-set-impose-new-sanctions-belarus-official-2021-08-09/)
Cukup tahu saja jika Belaruskali menguasai 20% pangsa pupuk Potash dunia yang berbasis kalium. (https://qz.com/110080/how-a-determined-china-broke-up-a-global-fertilizer-cartel/)
Dengan semua data yang telah saya ungkapkan di atas, secara gamblang kita bisa melihat adanya grand scenario dibalik krisis pupuk yang terjadi secara global. Dan ini terjadi by design.
Akan kemana arahnya dan bagaimana skenario yang akan dimainkan?
Kita lanjut pada pembahasan berikutnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments