Ketika Makanpun Harus Bermasker


524

Ketika Makanpun Harus Bermasker

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana aturan plandemi menjadi semakin gila dari hari ke hari?

Gimana nggak gila, masa anak SD diwajibkan untuk memakai masker saat mengunyah, menelan atau saat berbicara saat menyantap makan siangnya? Itu jelas kebijakan abrakadabra.

Ini nggak mengada-ada, karena terjadi di Geiger Montessori School yang ada di Tacoma, Seattle. Awalnya aturan ini diberlakukan saat sekolah mulai melakukan pembelajaran onsite di musim gugur ini, namun dengan protokol Kopit yang sangat aneh. (https://nypost.com/2021/09/22/washington-school-students-told-to-wear-masks-while-chewing/)

Dengan hadirnya aturan aneh bin ajaib tersebut, maka para ortu mengajukan complain ke pihak sekolah. Namun pihak sekolah bersikukuh bahwa mereka telah menerapkan prokes yang ditetapkan oleh CDC dan juga Depkes negara bagian Washington.

Dan keluhan para ortu akhirnya sampai juga ke pihak media. Makin meriah-lah suasananya. (https://mynorthwest.com/3149178/rantz-tacoma-covid-students-school-mask-while-chewing-lunch/)

Apakah klaim yang diungkapkan pihak sekolah bahwa mereka sudah menerapkan SOP dengan benar, dapat dipercaya?

Nyatanya itu justru sungguh lebay.

Berdasarkan dokumen negara bagian Washington dengan jelas menyebutkan bahwa ‘siswa dapat melepas maskernya saat makan maupun minum’. Dengan demikian, saat menyantap makan siang-nya, ya masker-nya bisa dilepas. Gimana juga kalo masker tetap dipakai saat makan? (https://www.doh.wa.gov/Portals/1/Documents/1600/coronavirus/820-105-K12Schools2021-2022.pdf)

Itu dokumen resmi negara bagian. Gimana dengan aturan yang dikeluarkan CDC?

Sama saja. Pedoman CDC menyebutkan bahwa saat makan siang, siswa nggak perlu pakai masker. Kecuali kalo siswa tersebut melewati food service line. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/community/schools-childcare/k-12-guidance.html)

Dan bisa ditebak, setelah kasusnya ‘rame’, pihak sekolah-pun melunak. “Kami hanya menjalankan aturan yang ada. Dan kami nggak akan memberikan sanksi kepada siswa manapun yang tidak menggunakan masker saat menyantap makanannya.”

Cendol deh…

Kalo anda rajin mengikuti analisa saya, berkali-kali saya katakan bahwa anak-anak justru memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik ketimbang orang dewasa. Terutama dalam plandemi Kopit saat ini. Dan itu ada penelitian yang menunjang. (baca disini dan disin)

Data yang dirilis CDC juga paralel. Berdasarkan data, anak-anak (0-17 tahun) yang meninggal akibat Kopit hanya 464 dari 672.000 angka kematian di AS saat ini alias 0,07%. (https://www.cdc.gov/nchs/nvss/vsrr/covid_weekly/index.htm#SexAndAge)

Jadi jangan terlalu lebay terhadap anak, karena faktanya mereka jauh lebih kebal terhadap serangan si Kopit ketimbang anda.

Mau protes, silakan.

Namun satu yang pasti, bahwa aturan super-duper yummy bukan hanya diterapkan di Geiger Montessori School, karena sekelas Stanford University juga buat kebijakan yang kurleb sama lebay-nya.

Masa iya, mahasiswa yang sudah disuntik vaksin lengkap, kudu pakai masker saat main basket? Logis nggak sih? (https://www.outkick.com/stanford-rec-center-orders-fully-vaxxed-basketball-players-to-mask-up-on-the-court-or-else/)

Kesimpulannya: antara yang pinter dan yang oon, memang nggak ada bedanya saat plandemi ini, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!