Uji Coba UBI
Oleh: Ndaru Anugerah
Apakah Universal Basic Income (UBI) hanya program utopis yang nggak mungkin diimplementasikan?
Kalo ingat UBI, pasti anda ingat saat saya mengulas tentang The Great Reset beberapa bulan yang lalu. Istilah bekennya: Own nothing and be happy. Gimana nggak hepi, wong nganggur dibayar sama negara? (baca disini, disini dan disini)
Akibat kebijakan lockdown (karantina), banyak orang kehilangan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Untuk mencukupi hidupnya, maka pemerintah punya rencana untuk kasih subsidi kepada warganya dengan kasih uang dana hibah tiap bulannya. Itulah UBI. (https://www.cnbc.com/2019/06/27/free-cash-handouts-what-is-universal-basic-income-or-ubi.html)
Ide UBI pertama kali didengungkan oleh Andrew Yang sebagai mantan kandidat presiden AS dari Partai Demokrat yang juga punya Humanity Forward Foundation. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-8265053/Pelosi-says-time-consider-universal-basic-income-pushed-Andrew-Yang.html)
Dan kini, ide UBI mulai diimplementasikan di AS sana. Setidaknya penduduk dari 20 kota di AS telah menerima uang hibah sebesar USD 500 per bulannya, dalam rangka penjajakan program UBI ke depannya. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-9705819/It-lessens-bills-500-payments-tested-upstate-NY.html)
Jadi, kalo anda bilang bahwa UBI adalah program utopis, baiknya anda siap untuk angkat koper terhadap asumsi tersebut. Wong sudah diuji cobakan, mana mungkin ditarik ulang?
Pada tataran teknis, pemerintah nantinya diwajibkan membayar gaji pokok kepada setiap warga negaranya agar dapat membiayai hidup seperti untuk makan dan bayar uang sewa.
Lalu, kenapa pemerintah diwajibkan menjalankan program tersebut?
Karena hadirnya mesin yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI) yang akan menggantikan tenaga manusia ke depannya. Akibatnya banyak pengangguran. Dan untuk meredam gejolak, mereka akan dibayar setara gaji pokok, untuk bertahan hidup. (baca disini)
Terus, bagaimana cara pemerintah mendapatkan uang guna menunjang program UBI tersebut?
Akan ada pemotongan dana pengeluaran sosial non kesehatan (misalnya: subsidi pendidikan) selain menggenjot sektor pajak. Jadi, semua-semua bakal dipajakin. (http://www.economist.com/blogs/economist-explains/2016/06/economist-explains-4)
Apakah semua warga negara kelak akan mendapatkan UBI tersebut dari negara?
Nggak juga. Hanya mereka yang ‘patuh’ saja yang akan mendapatkan tunjangan tersebut. Bagi yang nggak patuh, siap-siap ke laut aja.
Contoh patuh tuh kek apa?
Mau divaksin salah satunya.
Jangan heran kalo ada beleid bahwa mereka yang keukeuh nggak mau divaksin, bakal siap didenda dan kehilangan hak-hak sosialnya, termasuk mendapatkan tunjangan. (https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/14/163000565/simak-menolak-divaksin-covid-19-bisa-didenda-hingga-tak-dapat-bansos?page=all)
Apa itu hanya kebetulan, Rudolfo?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments