Klub Ndoro Besar (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anuugerah
Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas tentang Grup Bilderberg (GB) dengan proyek pertamanya, integrasi Eropa atau yang dikenal dengan Uni Eropa. (baca disini)
Lalu apa yang dilakukan GB setelah Uni Eropa terbentuk?
Di tahun 2008, terjadi krisis global dipicu oleh rontoknya Lehman Brothers. (baca disini)
Guna mengatasi masalah ini, GB membentuk proyek baru yang bernama G20 di tahun 2009. Dan ini merupakan tata kelola global pertama di dunia, guna mencapai tujuan One World Order. (http://www.youtube.com/watch?v=pzm_R3YBgPg)
Sebelum membahas masalah tersebut, apakah proses terbentuknya Uni Eropa nggak bermasalah?
Nggak juga.
Di tahun 2011, GB mengadakan pertemuan tahunan di Swiss yang membahas secara spesifik tentang Yunani. Singkatnya, masalah ekonomi di Yunani harus segera ditanggulangi kalo mau proyek rumah kaca UE nggak hancur berkeping-keping akibat efek domino dari Yunani.
“Bailout harus diberikan, guna mencegah kemungkinan ditinggalnya Euro sebagai mata uang bersama,” demikian isi laporan yang disampaikan Daniel Estulin dari Bloomberg. (http://www.danielestulin.com/2011/06/13/bilderberg-report-2011-informe-club-bilderberg-2011/)
Silakan baca ulasan saya tentang krisis ekonomi di Yunani dan konteksnya dengan utangan yang diberikan oleh lembaga Bretton Woods. (baca disini)
Apakah dengan skema hutang yang digelontorkan bagi Yunani, dapat mengentaskan masalah di Uni Eropa? Nggak juga, bukan? Karena ide menyatukan negara-negara dalam satu kaukus, nggak semudah pelihara ‘babi ngepet’ yang bisa langsung kasih hasil dalam tempo sekejap.
Ada banyak kendala baik ekonomi, sosial, politik, hingga budaya yang nggak sama. Sekarang coba pikir Indonesia sama Malaysia. Walaupun satu rumpun, mana bisa kita disatuin sama bangsa Upin-Ipin tersebut?
Coba kita tilik apa yang ada di kepala masing-masing negara UE tersebut.
Di tahun 2011, Jerman dan Perancis beda pendapat soal konsep pemerintah Ekonomi Eropa Bersatu. Bagi Jerman, negara Eropa yang kelak mengalami kesulitan ekonomi, bakal dibantu asal mau didikte untuk pengetatan anggaran. Jadi ekonomi tiap negara berjalan secara terpisah alias sendiri-sendiri.
Sedangkan bagi Perancis, konsepnya beda lagi. Perancis lebih mikir tentang penyatuan ekonomi secara fundamental. Jadi nggak ada konsep pemilahan seperti yang diinginkan Jerman. (http://www.spiegel.de/international/europe/0,1518,737423,00.html)
Itu baru 2 negara. Gimana dengan belasan negara Eropa lainnya yang tentunya punya konsep yang tidak sama satu dengan yang lainnya?
Tapi semua kekurangan ini nggak akan menyurutkan langkah bagi rencana integrasi Eropa. Kenapa?
Seperti kata Pangeran Bernhard selaku pendiri klub sang Ndoro, “GB ada tempat kelahiran bagi Komunitas Eropa.” Jadi, apapun yang terjadi, Uni Eropa bakalan tetap ada. Titik. (https://www.amazon.com/Trilateral-Commission-Cambridge-International-Relations/dp/052142433X)
Bukan soal Uni Eropa yang menarik untuk dibahas pada GB. Yang menarik dari GB justru peran China pada komunitas tersebut.
Maksudnya?
Pada salah satu diskusi yang digelar GB, mereka membahas tentang peran penting China pada dunia. Bicara tentang Pakistan, China hadir disana bahkan menjadi sekutu dan rekan strategis Pakistan. (http://www.indiandefencereview.com/spotlights/the-chinese-vision-of-sino-pak-strategic-partnership-i/)
Saat membahas Afrika, China juga hadir disana dan dapat menjadi pemain baru di Benua Hitam tersebut. Bahkan IMF mengakui bahwa China merupakan ‘ancaman serius’ bagi kekaisaran AS. (https://www.newstatesman.com/world/north-america/2020/11/china-rises-age-us-global-economic-dominance-ending)
Kalo sekedar diskusi, tentu bukan hal yang spesial. Tapi kalo 2 tokoh China hadir dalam diskusi Bilderberg, itu lain ceritanya, bukan?
Tercatat bahwa Prof. Huang Yiping selaku pakar ekonomi ternama dari Universitas Peking dan Fu Ying selaku Wakil Menlu China hadir dalam diskusi yang digelar klub Ndoro besar tersebut. Dan ini jelas aneh, mengingat GB hanya berisikan kartel yang ada di Amerika Utara dan Eropa.
Di tahun 1972, Rockefeller dan Zbigniew Brzezinski pernah mengusulkan agar Jepang bisa dimasukkan ke dalam klub tersebut, namun proposal tersebut ditolak oleh pihak Eropa. Sebagai jalan tengah akhirnya dibentuklah Komisi Trilateral yang mengintegrasikan elite Eropa Barat, Amerika Utara dan Jepang. (https://www.britannica.com/topic/Trilateral-Commission)
Lalu apa maksud diundanganya China dalam pertemuan ‘rahasia’ tersebut?
Seperti yang kita ketahui, bahwa krisis ekonomi global 2009 yang dipicu oleh ambruknya Lehman Brothers, ‘menugaskan’ kepada G20 untuk mengatasinya. Dan Jean Claude Trichet selaku petinggi Bilderberg menyatakan, “Ini menandai munculnya tata kelola ekonomi global.” (http://www.bis.org/review/r100428b.pdf)
Pernyataan Trichet diamplifikasi oleh Presiden Uni Eropa yang baru diangkat Herman van Rompuy, “Tahun 2009 adalah tahun pertama pemerintahan global.” Dan nggak lama kemudian, China dan India selaku negara dengan ‘ekonomi raksasa baru’ diundang dalam pertemuan Komisi Trilateral, yang diadakan di tahun tahun yang sama. (http://www.trilateral.org/go.cfm?do=Page.View&pid=13)
Jadi, diundangnya China dalam diskusi BG dan juga pertemuan Komisi Trilateral, bukan tanpa sebab. Ini adalah upaya sistematis untuk menempatkan China dalam sistem tata kelola global yang baru sebagai skenario lanjutan.
Rencana awalnya, China sengaja ‘diatur’ sebagai kekuatan ekonomi baru yang akan menggantikan kekaisaran AS. Dan sebagai konsekuensinya, AS sengaja dibuat ambruk dan hegemoni beralih ke China.
Nggak aneh jika kemudian China dilibatkan, mengingat ide besar tersebut nggak akan terlaksana tanpa adanya ‘partisipasi aktif’ dari China.
Apakah rencana yang telah disusun GB atas China berjalan sesuai rencana?
Saya pernah bahas tentang hal tersebut dengan tuntas. (baca disini)
Lantas, bagaimana tentang ide membangun pemerintah global ala klub Ndoro besar tersebut ke depannya?
Saya akan bahas pada analisa berikutnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments