Strategi Assad
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada tulisan yang lalu, saya menurunkan analisa tentang status perekonomian di Suriah sebagai imbas dari jatuhnya perekonomian di Lebanon. Seorang kemudian nyeletuk kepada saya, “Mungkinkah Suriah bakal terseret arus jatuhnya Lebanon?” (baca disini)
Saya coba membahasnya.
Baru-baru ini (11/11), Suriah menggelar konferensi internasional tentang kembalinya para pengungsi akibat perang. (https://www.voltairenet.org/article211611.html)
Konferensi ini cukup penting untuk diadakan karena perang hybrid yang dilancarkan AS dan sekutunya pada negara tersebut, gatot alias gagal total. (https://astutenews.com/2018/08/chaos-theory-hybrid-war-and-the-future-of-syria/)
Pada kesempatan itu, Bashar al-Assad berterima kasih kepada Rusia dan Iran selaku sekutu utamanya semasa perang Suriah, sehingga rakyat Suriah bisa melampaui badai tersebut. (http://sana.sy/en/%3Fp%3D209573)
Kalo anda baca media mainstream, hanya sepenggal informasi ini yang akan anda dapatkan, bukan? Bahwa ada konferensi pengungsi di Suriah, yang berlangsung di masa pandemi si Kopit. Titik.
Pertanyaan kritisnya: ngapain Suriah repot-repot menggelar konferensi pengungsi kalo cuma itu targetnya? Aliasnya, ada target ‘tersembunyi dibalik acara tersebut.
Apa itu?
Satu yang perlu dicatat pada kesempatan itu, bahwa Rusia sudah kasih komitmen untuk memberikan bantuan ‘pemulihan’ pasca perang kepada Suriah sebanyak USD 1 milyar, termasuk untuk pemulangan para pengungsinya. (http://sana.sy/en/%3Fp%3D209632)
Bukan itu saja, Moscow juga berencana membuka misi perdagangan di Damascus. (https://tass.com/economy/1222535)
Gimana dengan Iran?
Iran berencana akan membantu secara finansial Suriah, dengan memakai skenario dana bantuan internasional. (https://www.islamtimes.org/en/news/897378/iran-proposes-establishment-of-international-fund-to-reconstruct-syria)
Berhasil apa nggaknya rencana Iran, itu nomor dua. Yang utamanya adalah kedua negara sepakat untuk membantu Suriah untuk pemulihan.
Lalu apa yang lain?
Dalam konferensi tersebut, ternyata Pakistan juga hadir. (https://tass.com/politics/1222469)
Ngapain Pakistan hadir pada konferensi tersebut kalo nggak punya kepentingan ‘strategis’? Lalu ngapain juga Pakistan repot-repot kasih bantuan medis ke Suriah baru-baru ini? (https://sana.sy/en/%3Fp%3D208194)
Lantas dimana titik temu diantara Iran, Rusia, Pakistan dan Suriah?
Belt & Road Initiative milik China, jawabannya.
Salah satu rute BRI yang akan dikembangkan adalah CPEC alias China Pakistan Economic Corridor, yang berjalan dari sisi Timur. (https://sputniknews.com/columnists/201704241052940823-cpec-multipolar-world-future/)
Dan rute lainnya alias West-CPEC dari sisi Barat adalah rute yang menghubungkan Iran, Irak, Suriah, Azerbaijan dan hingga mencapai Rusia yang selaras dengan jalur North South Transport Corridor. (https://news.cgtn.com/news/3d3d414f30457a4d34457a6333566d54/index.html)
Kalo rute ini berhasil digelar, bukankah Suriah akan menjadi titik simpul antara wilayah Mediterania Timur dan Eurasia? Coba bayangkan jika rute ini berhasil diwujudkan, maka peta geopolitik di Timur Tengah otomatis bakal bergeser.
Dengan terwujudnya rencana ini, maka setidaknya 5 negara yang terlibat (China, Pakistan, Iran, Rusia dan Suriah), bakal mendapatkan ‘manfaatnya’ secara langsung.
Tebak siapa yang bakal dirugikan jika skenario ini terwujud? Tentu saja Paman Sam.
Ini sebenarnya bukan skenario baru. Kenapa?
Karena pada 2004 silam, Suriah sudah punya rencana besar yang namanya proyek Four Seas yang menghubungkan Mediterania, Laut Kaspia, Laut Hitam dan Teluk Persia ke dalam jaringan energi. (https://www.upi.com/Energy-News/2011/01/06/Syrias-Assad-pushes-Four-Seas-Strategy/98471294335880/)
Dengan adanya skenario tersebut, maka otomatis Suriah merupakan jantung jaringan energi dan transportasi yang cukup vital.
Makanya, sebelum Perang Suriah meletus, Assad sempat menandatangani perjanjian kerjasama dengan beberapa negara, antara lain: Rumania, Ukraina, Azerbaijan, Iran, Irak, Lebanon dan nggak ketinggalan Turki. (http://syrianfacts.com/en/2018/02/04/)
Jadi rencana awalnya, China akan cari sumber energi (migas) ke arah Barat, selain mencari bahan mentah dan juga pasar. Dan Suriah-lah penghubung jalur Sutra China tersebut.
Namun sial, AS yang tahu skenario besar Assad keburu menggelar perang Suriah dengan memakai kekuatan proxy-nya yaitu kelompok ‘jihadis’ Wahhabi.(baca disini)
Akankah Suriah akan tenggelam seiring jatuhnya ekonomi Lebanon?
Nggak akan. Kenapa?
Setidaknya Rusia dan China sangat bergantung pada posisi strategis Suriah. Hancurnya Suriah sama saja menghancurkan rencana besar China yang bertujuan mewujudkan tata dunia baru yang multi-polar.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments