Tinggal Dihapus Aja!


513

Tinggal Dihapus Aja!

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang terjadi dengan Trump dimana Big Tech menghapus akun media sosial yang dimilikinya jelas bukan tindakan yang pro-demokrasi. Kenapa? Ini karena Big Tech bukanlah aktor negara, jadi mana bisa punya kewenangan melakukan aksi ‘penyensoran’.

Dan seperti prediksi saya sebelumnya, aksi Big Tech tersebut kembali memakan korban. Orang yang disasar juga bukan tokoh kaleng-kaleng karena memiliki follower yang jumlahnya bejibun. Dialah Robert F. Kennedy alias RFK.

Tercatat, 15 menit sebelum melakukan webinar di platform media sosial, akun Instragram-nya dihapus secara permanen dari peredaran. (https://www.foxbusiness.com/technology/facebook-instagram-robert-kennedy-jr-vaccines)

Kenapa dihapus?

Jubir Facebook mengatakan, “Kami menghapus akun ini karena berulang kali membagikan klaim yang salah tentang virus atau vaksin.”

Ini nggak aneh, mengingatnya sebelumnya RFK kerap dituding sebagai kelompok anti-vaxxer ataupun teori konspirasi yang bertujuan menggagalkan program vaksinasi global. Jadi dianggap ‘penyesatan’. (https://people.com/health/robert-f-kennedy-jr-banned-instagram-sharing-false-anti-vaccine-claims/)

Karena berpotensi untuk menggagalkan proyek besar sang Ndoro besar, eksekusi-pun dilakukan.

Menanggapi tudingan tersebut, RFK mengatakan, “Yang kami lakukan adalah upaya penyeimbangan agar demokrasi berfungsi. Untuk itu debat publik harus diizinkan, termasuk masalah vaksin. Penyensoran merupakan ancaman pada masa depan demokrasi.”

RFK menambahkan, “Setiap pernyataan yang sayaa masukan kea kun Instagram bersumber dari database pemerintah, publikasi ilmiah yang telah ditinjau oleh rekan sejawat ataupun berita yang dikonfirmasi dengan cermat. Jadi nggak mungkin ada postingan saya yang salah.”

Sebaliknya RFK menuding, “Facebook, industri farmasi dan regulator menggunakan istilah ‘misinformasi vaksin’ sebagai cara untuk menghujat apapun yang tidak sesuai dengan narasi resmi tentang COVID-19 selain melakukan penyensoran. Dan ini jelas kontraproduktif.”

Bahkan Marry Holland selaku Presiden Children’s Health Defense menyatakan hal yang kurleb sama, “Kebebasan berekspresi merupakan landasan demokrasi. Kalo sekarang Facebook melakukan aksi penyensoran terhadap akun medsos RFK, bukankah itu bertentangan dengan prinsip demokrasi?”

Belakangan, RFK memang berteriak lantang perihal program vaksinasi Kopit. Ini nggak berlebihan mengingat vaksin yang dipakai saat ini merupakan vaksin uji coba dan bukan vaksin yang sudah ada ajeg. Yang namanya uji coba pasti banyak kesalahan yang diperbuat, bukan?

Belum lagi fakta menyatakan bahwa vaksin dengan teknologi baru yang belum pernah digunakan sebelumnya pada manusia. Apa iya nggak akan menimbulkan dampak serius dikemudian hari? (https://www.nbcnews.com/science/science-news/what-mrna-how-pfizer-moderna-tapped-new-tech-make-coronavirus-n1248054)

Daripada buat pusing, mendingan akun-nya dihapus dari peredaran. Titik.

Dan seperti prediksi saya sebelumnya, aksi main sensor akan makin aktif ke depannya. Kalo sekelas tokoh beken sekelas RFK dan Trump bisa dihapus akun medsos-nya, gimana anda dan saya? (baca disini)

“Mendingan pindah ke platform yang lain, Bang. Pastinya yang nggak main sensor.”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!