Tak Sekedar Virus


510

Tak Sekedar Virus

Oleh: Ndaru Anugerah

“COVID-19 bukan sekedar wabah yang disebabkan oleh virus. Banyak keanehan ditemukan disana,” begitu kata seorang pengamat intelijen.

Mari kita lihat datanya.

Di Italia, sebelum 20 Februari, tercatat hanya ada 3 kasus infeksi COVID-19. 2 wisatawan yang kembali plesiran dari Wuhan dan dikonfirmasi pada 30 Januari, dan seorang pria yang juga habis plesiran dari Wuhan dan dikonfirmasi pada 6 Februari.

Data tersebut yang mengeluarkan ISS (Instituto Superiore di Sanita) atau Pusat Layanan Kesehatan Nasional Italia.

Tiba-tiba muncul infeksi baru yang sama sekali tidak terkait dengan virus asal Wuhan.

Maksudnya?

Pada 19 Februari, Dinas Kesehatan Lombardy mengeluarkan pernyataan bahwa seorang pria Italia berusia 38 tahun didiagnosis terinfeksi COVID-19.

Namun anehnya, pria tersebut belum pernah bepergian ke China apalagi Wuhan, serta tidak melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi sebelumnya.

Segera setelah pasien yang belakangan diberi nama pasien nomer 4 tersebut dinyatakan terinfeksi, Italia mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam jumlah orang yang terinfeksi.

Dalam satu hari saja sejak ditetapkan, jumlah kasus yang dikonfirmasi meningkat menjadi 20 orang. Dan setelah 3 minggu, Italia memiliki 17660 kasus yang dikonfirmasi. Emejing…

Kalo pasien nomor 4 tidak terinfeksi dari pasien nomor 1,2, dan 3 yang jelas berinteraksi dengan Wuhan secara langsung, lalu dari mana sumber infeksinya? Apa mungkin sumbernya berasal dari luar China? Bukankah Trump mati-matian klaim bahwa COVID-19 berasal dari China?

Keanehan kedua.

Ini kejadiannya di Korea Selatan, tapi agak-agak mirip sama di Italia.

Awal mulanya, Italia mengalami 30 kasus impor COVID-19 yang dimulai pada 20 Januari. Setelah dilacak, semuanya ternyata ada interaksinya dengan Hubei atau Wuhan alias telah bepergian kesana.

Sampai akhirnya, Korsel menemukan anomali pada pasien nomor 31. Pasien tersebut seorang wanita berusia 61 tahun dan dinyatakan positif COVID-19 pada 18 Februari 2020.

Masalahnya, pasien nomor 31 tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan China, tidak memiliki kontak dengan orang China apalagi kontak dengan 30 orang Korsel yang sudah terinfeksi sebelumnya.

Lantas dari mana sumber infeksinya?

Sama seperti kasus di Italia, begitu pasien nomor 31 dikonfirmasi, langsung terjadi lonjakan yang signifikan pada penderita COVID-19 di negara ginseng tersebut.

Selang dalam waktu sehari, jumlah pasien positif menjadi 58 orang. Dan kurang dalam seminggu, angkanya melonjak tajam menjadi 1000 orang. Hingga akhirnya mencatat angka 8086 kasus yang terkonfirmasi setelah 3 minggu.

Sekali lagi dengan pertanyaan yang sama, darimana asal virusnya? Mungkinkah tiba-tiba jatuh dari langit?

Yang paling mungkin dilakukan adalah mencari kesamaan antara 2 kasus tersebut. Dan setelah dicari, ternyata ada tuh kesamaannya.

Pertama, virusnya berasal dari dalam dan bukan dari luar. Dan kedua, virus sengaja disebar secara masif mengingat tingginya angka lonjakan orang terinfeksi.

Dan bicara tentang kecepatan penyebaran, artinya ada operasi senyap yang sengaja dijalankan dari dalam. Yang paling logis dalam melakukannya adalah intelijen atau militer yang telah dibekali ilmu intelijen.

Pertanyaannya: apa mungkin pihak militer Italia dan Korsel yang melakukannya? Jelas nggak logis.

Lalu, siapa yang punya kompetensi? Yang paling mungkin adalah pihak militer AS melalui pangkalan militernya yang ada di kedua negara tersebut.

Sekedar mengingatkan, Korsel pernah mengalami kasus MERS di tahun 2015. Menurut narasi yang beredar bahwa seorang pengusaha Korsel yang telah terinfeksi MERS setelah traveling ke Arab Saudi dan menularkannya kepada 38 orang Korsel lainnya setibanya di provinsi Gyeonggi.

Seingat saya, berita tersebut belum sempat diverifikasi secara resmi oleh pemerintah Korsel.

Justru menurut laporan Kantor Berita Korea – Yonhap – pada mulanya terjadi ‘kebocoran’ bio-laboratorium di pangkalan militer AS yang terletak di Osan USAF. Kejadian ini mengakibatkan 100 tentara Korsel dikarantina.

Sebagai informasi, pangkalan militer USAF di Osan merupakan tempat bagi proyek JUPITR ATD (Joint United States Forces Korea Portal and Integrated Threat Recognition Advanced Technology Demonstration) yang melakukan program biologis militer yang terkoneksi dengan bio-lab militer Fort Detrick, di Maryland.

Bagaimana dengan di Italia?

Italia sendiri memiliki setidaknya 3 pangkalan militer AS di negaranya. Caserma Del Din dan Caserma Ederle (yang keduanya terletak di Vicenza) serta Camp Darby (yang terletak di Pisa).

Jadi baik Korsel dan Italia, keduanya mempunyai kesamaan, dimana terdapat pangkalan militer AS bercokol dikedua negara tersebut.

Apakah ini bisa dijadikan bukti? Tentu tidak.

Tapi kita bisa simpulkan, bahwa COVID-19 ternyata bukan sekedar virus.

Kenapa?

Karena ada pesan tersirat yang hendak disampaikan kepada dunia internasional berupa situasi panik global.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Akttivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


7 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bisa dijabarkan lebih min kenapa italy dan korea? Kenapa bukan negara lain? Mungkin bisa ketemu benang merah nya

    1. Namaku ndaru bukan min…
      Ttg italia, sy sdh sering ulas. Kalo korsel tujuannya mgkn utk menyebar panik di asia. Jd tdk bs disamakan atau ditarik benang merahnya.

      1. Salam kenal, Pak Ndaru
        Berarti apapun senjata biologis itu namanya, akan membuat tubuh manusia sakit dan menghasilkan banyak exosome u/ memulihkan diri ya (Andrew Kauffman)? Sangat mungkin modus operandi teroris2x yang menyebarkannya di beberapa tempat seperti 2 negara itu?

        Analisa bagus dan tajam
        Salam pemulihan Indonesia

error: Content is protected !!