Sputnik di Venezuela
Oleh: Ndaru Anugerah
Meskipun adanya sanksi AS yang dijatuhkan pada Venezuela, akhirnya vaksin Sputnik V asal Rusia berhasil mendarat di negara Amerika Latin tersebut pada bulan Februari lalu.
Sebanyak 100 ribu dosis vaksin Sputnik tiba di Caracas untuk langsung diberikan kepada para petugas medis dan nakes. (https://www.rt.com/news/515451-us-sanctions-venezuela-covid/)
Dan pada Sabtu kemarin, Presiden Maduro mendapatkan suntikan pertama dari vaksin Rusia tersebut. (https://www.rt.com/news/517418-maduro-gets-sputnik-vaccine/)
Suntikan itu sendiri sebenarnya merupakan penegasan sikap politik Maduro, bahwa dirinya lebih percaya pada vaksin buatan Rusia daripada vaksin buatan Big Pharma. Kalo nggak percaya sama Rusia, ngapain juga Maduro mau divaksin Sputnik?
Apakah Maduro merupakan pemimpin pertama di dunia yang menerima suntikan Sputnik?
Nggak juga.
Presiden Argentina Alberto Fernandez sudah curi start dengan menyediakan dirinya disuntik memakai vaksin yang sama pada Januari silam, hanya beberapa hari setelah dubes Italia di Moscow disuntik vaksin Rusia tersebut. (https://www.dw.com/en/argentinas-covid-vaccination-program-relies-on-russias-sputnik-v/a-56380982)
Bukan itu saja.
Vaksin Sputnik kini sedang menunggu persetujuan Uni Eropa, karena vaksin tersebut merupakan satu-satunya vaksin yang telah divalidasi alias peer-review dan telah dipublikasi di jurnal ilmiah The Lancet. (https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)00191-4/fulltext)
Karena merasa yakin dengan kemanjurannya, para politisi di Jerman, Italia, Irlandia dan negara lainnya telah menyerukan persetujuannya terhadap penggunaan vaksin tersebut.
Warga di Austria, Jerman dan Swiss bahkan melihat bahwa vaksin Sputnik lebih baik ketimbang vaksin buatan AstraZeneca alias Big Pharma. (https://www.rt.com/news/517236-sputnik-astrazeneca-austria-germany-switzerland/)
Ini jelas progress yang baik, mengingat pada awalnya vaksin ini dicemooh oleh media mainstream Barat. Dibilang nggak efektif-lah, vaksin abal-abal-lah, bersifat mematikan-lah, dan lain sebagainya. Nyatanya vaksin Sputnik berhasil menjawab semua ‘umpatan’ tersebut.
Dengan makin banyak dipakainya vaksin Rusia tersebut, maka skenario sang Ndoro besar bisa berantakan, apalagi dengan rencana sisipan digital ID yang dilakukan bersamaan dengan program vaksinasi tersebut. Bisa rugi bandar, karena vaksinnya gak laku dan program ‘sisipan’ gagal dieksekusi. (baca disini)
Apa yang akan dimainkan ke depannya?
Akan dibuat narasi bahwa virus Kopit telah bermutasi, sehingga vaksin Rusia tersebut dinilai gagal dalam mengantisipasi mutasi tersebut. Dan ini sudah terjadi, bukan? (baca disini dan disini)
Sebaliknya, pihak Ndoro besar akan mengantisipasi dengan mengeluarkan vaksin jenis baru atau suntikkan tahunan guna mengatasi pandemi yang disebabkan oleh si Kopit. (baca disini)
Akankah Putin bisa mengatasi semua jebakan ‘betmen’ ini?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Saya mengikuti artikel di blog anda. yang mau saya tanyakan, Berarti vaksin made in Cina itu buka kelompok big pharma ya?
tentu saja bukan. tapi saya perlu kasih catatan atas aplikasi vaksin Sinovac. pada lain waktu saya akan membahasnya.
Terjawab sudah di postingan abang yg selanjutnya. Terimakasih
Denger-denger udah mau masuk vaksin tahap 3, booster, bang !
Mmg sudah. Agustus ini akan dipakai di wakanda
Pertunjukannya dimulai lagi ngga neh!!! Bang ?
Ngeri2 krispi kek nyah.. ??
Malah, nakes duluan lagi pake vaksin booster big pharma, WHO aja tidak menyarankan untuk mencampur-campur vaksin.
Pejabat kita, walaupun banyak gelar, ketawan kaga ada ilmunya, cuma text book doang, kga pernah penelitian ilmiah. Miris memang negeri ini. atau memang mereka tidak peduli. Entahlah, berarti mereka tidak punya empati lagi sebagai manusia.
Mulai tahu kan kualitas ilmuwan tik-tok? ??
Dokter yang mengerti, akan menolak vaksin pfizer dan moderna untuk vaksin ke 3 Nakes
Mereka bukan nggak tahu. Mereka justru tahu dan ngerti. Tp cari aman.